Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Manusia Membuat Nazar, Ia Sendiri Pula yang Menawar ketika Harus Melunasinya

Irfan Afifi oleh Irfan Afifi
9 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Seorang lelaki ditimpa kesulitan dan mengucap nazar. Setelah tiba waktunya membayar nazar, ia membuat perhitungan agar mudah melunasinya. Apakah kau pikir Tuhan adalah pedagang yang bisa kau tawar?

Seorang lelaki sedang mengalami sebuah masalah besar yang melanda hidupnya. Sudah berbulan-bulan masalah ini belum bisa ia pecahkan. Dalam rangka mengurai masalahnya ia mendatangi teman-temannya agar mendapat masukan dan solusi. Namun, tak satu pun masukan maupun solusi dari temannya bisa membantu mengurai masalah yang mengimpit itu.

Suatu hari seorang teman menyarankan agar dia memintakan petunjuk kepada Allah. Ia disarankan agar banyak berdoa untuk membuka diri pada hidayah Tuhan. Dalam rangka meneguhkan niat keseriusannya mendapat petunjuk dan solusi, ia juga disarankan untuk menyatakan nazar agar permasalahannya bisa segera mendapat petunjuk.

“Kau sebaiknya menyatakan sebuah nazar, kawanku,” kata seorang teman. “Dengan cara itu kau menunjukkan kesungguhan niatmu mendapat petunjuk Tuhan.”

Saran temannya sempat menjadi perhatiannya. Tak lama setelah itu ia menyatakan nazarnya secara lisan.

“Jika masalahku ini terpecahkan, aku bernazar akan menjual rumahku ini dan uangnya akan kesedekahkan seluruhnya kepada fakir miskin,” ucapnya di suatu malam.

Hari segera berganti. Setelah nazar yang ia ucapkan ia mengalami banyak peristiwa dan mendengar saran-saran yang bisa membantunya menyusun sebuah tindakan dan solusi bagi permasalahannya. Lambat laun masalah besar yang melilit hidupnya bisa terpecahkan. Sungguh betapa bahagianya ia karena terlepas dari masalah besar yang telah menggelisahkannya berbulan-bulan. Saking senangnya, ia melupakan nazarnya.

Suatu malam saat memasuki kamar salatnya, ia melihat sebuah tasbih tergeletak di atas sajadah. Benda itu mengingatkannya pada malam yang pedih saat ia tenggelam dalam doa dan mengucapkan nazarnya.

Oh, iya, aku harus melunasi nazarku. Kenapa aku begitu pelupa, batinnya.

Sejak itu ia ingin segera menununaikan nazarnya. Ia merasa itu sebuah janji kepada diri sendiri dan Tuhan yang harus ia penuhi. Ia tidak ingin mengkhianati janjinya sendiri. Ia tak mau menjadi orang munafik.

Akan tetapi, ia punya masalah saat hendak menunaikan nazarnya. Ia berpikir jika rumahnya ia jual dan uang hasil penjualan itu ia berikan seluruhnya kepada fakir miskin, alangkah sayangnya. Ia menyesal kenapa dulu terlalu bersemangat mengucapkan nazar. Seharusnya ia tidak bernazar menjualnya rumah. Seharusnya ia menazarkan barang lain yang lebih kecil harganya.

Sayangnya, nazar tak bisa dicabut. Ia berusaha memutar otak agar bisa mengurangi kerugian akibatnya nazarnya yang tak mungkin ditarik kembali.

Setelah beberapa lama ia menemukan solusi jitu. Ia akan menjual rumahnya dengan harga satu dinar. Itu harga yang sangat murah. Selain itu ia juga akan menjual kucing yang meninggali rumah tersebut dengan harga sepuluh ribu dinar. Rumah yang ia jual tersebut harus dibeli sebagai paket tunggal bersama kucingnya. Jadi, seseorang yang ingin membeli rumah ini tidak boleh membeli rumahnya tanpa membeli kucingnya atau sebaliknya, hanya membeli kucing tanpa membeli rumahnya. Rumah dan kucing dijual sebagai kesatuan tunggal.

Tak lama setelah penjualan itu diumumkan, datanglah seorang pembeli yang tanpa menawar membeli paket jual ini. Sang pembeli menyerahkan uang sebesar sepuluh ribu satu dinar.

Iklan

Sehari setelah jual beli dilakukan, si lelaki segera menunaikan nazarnya dengan membagikan uang satu dinar sebagai hasil penjualan rumahnya kepada fakir miskin. Sementara itu, uang hasil penjualan kucing yang bernilai sepuluh ribu dinar menjadi miliknya utuh dan ia simpan rapat-rapat. Di kemudian hari uang sepuluh ribu dinar tersebut ia belikan rumah lagi untuk ia tinggali.

Memang manusia sering melakukan tindakan seperti di kisah itu. Mereka punya tekad kuat untuk menjalankan ajaran agama atau ajaran-ajaran lain, tetapi mereka cenderung menafsirkan ajaran tersebut sesuai apa yang bisa menguntungkan diri mereka. Jika mereka tidak segera melatih dirinya untuk mengatasi dan menghilangkan kecenderungan ini, mereka sungguh tidak akan pernah benar-benar belajar.

Dinukil, disadur, dan dikembangkan dari Idries Shah Tale of Dervish, 1969.

Baca edisi sebelumnya: Cara Burung India Lepaskan Diri dari Kurungan Tuannya dan artikel kolom Hikayat lainnya.

Terakhir diperbarui pada 9 Juni 2018 oleh

Tags: #hikayatcerita sufikisah sufimenawarnazar
Irfan Afifi

Irfan Afifi

Artikel Terkait

Imam As'ad Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi dan Zikir, Malah Hidup Berkecukupan
Liputan

Lelah Miskin, Meniti Jalan Sufi, Malah Hidup Berkecukupan

4 Juni 2021
Kolom

Puasa Prasangka dan Kisah Sufi yang Angkuh karena Merasa Lebih Saleh

4 Mei 2021
pendapat argumen orang bodoh mojok.co pendapat argumen orang bodoh mojok.co Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan
Esai

Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan

7 Maret 2021
Persiapan Mumtaz Rais kalau Jadi Mau Berenang dari Jakarta ke Labuan Bajo
Pojokan

Persiapan Mumtaz Rais kalau Akhirnya Jadi Berenang dari Jakarta ke Labuan Bajo Bolak-balik

2 September 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.