MOJOK.CO – Luhut Panjaitan memang dan akan selalu istimewa, bagi bangsa Batak maupun bangsa Indonesia.
Keputusan Presiden Jokowi menunjuk Luhut Binsar Panjaitan sebagai pelaksana tugas Menteri Kelautan dan Perikanan, pasca-penetapan status tersangka Edhy Prabowo oleh KPK, memantik banyak reaksi di linimasa. Banyak kritik dan cibiran tentang betapa sakti dan berkuasanya seorang Luhut Panjaitan.
Gelombang kritik dan cibiran tersebut tentu sah-sah saja di lingkungan demokrasi Indonesia. Namun, menurut saya, cibiran terhadap Luhut adalah hal yang sangat kontraproduktif. Ini serius. Kalau saya ditanya, siapa menteri yang paling konsisten menjadi penyelamat bangsa ini, jawabannya tentu saja adalah Luhut Binsar Panjaitan. Bukan Terawan, Menteri Kesehatan yang hanya sesekali muncul itu, atau Mahfud MD, Menkopolhukam yang hanya ngegas kalau sudah ada kejadian itu.
Nama Luhut Binsar Panjaitan, sang Menkomarves (keren juga singkatannya) adalah jaminan mutu bagi segala urusan negeri ini. Tak berlebihan jika kemudian muncul julukan Menkosaurus (Menteri Koordinator Segala Urusan) untuk Luhut. Deretan jabatan yang pernah diembannya telah membuktikan hal tersebut. Bayangkan, Luhut sudah pernah mengemban jabatan tertinggi di enam kementerian (atau setara kementerian). Bayangkan, enam lho ini. Pancasila aja cuma lima.
Tak ada yang bisa membantah betapa seorang Luhut memang linuwih dan pilih tanding. Lha gimana, bahkan dari namanya saja sudah tergambar kehebatannya.
Dalam bahasa Batak, Luhut itu berarti semua sekalian, berkumpul, bersama. Dari sini saja, kita dapat melihat harapan dari orangtua Luhut yang menginginkan agar anaknya menjadi pribadi yang bisa melakukan semua pekerjaan sekaligus. Ditambah lagi, ia juga diharapkan dapat membuat orang-orang berkumpul. Harapan sederhana yang kelak ternyata tercapai. Luhut kini terbukti mampu membuat banyak orang berkumpul, setidaknya berkumpul dan berhimpun bersama dalam satu kepentingan, baik dalam urusan politik maupun investasi.
Kalau beberapa waktu lalu, Mossad, pasukan elite Israel, berhasil mempertemukan Benyamin Netanyahu (Perdana Menteri Israel) dengan Mohammed bin Salman (Putra Mahkota Arab Saudi), maka, Luhut, sang mantan anggota Kopassus, dapat melakukan deal investasi antara Indonesia dan Amerika Serikat. Luar biasa, bukan?
Gimana nggak luar biasa? Di saat publik sedang ribut gara-gara gonjang-ganjing peristiwa di Petamburan tempo hari, the one and only Luhut Binsar Panjaitan sudah berada di Washington. Tak main-main, di sana Luhut bertemu Presiden Donald Trump dan wakilnya Mike Pence, CEO United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam Boehler, serta penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner.
Tentu saja, urusan Luhut ke negara Paman Sam bukan untuk memberi selamat kepada Donald Trump, wong yang bersangkutan nyatanya kalah dalam pilpres. Di sana, Luhut membawa misi mulia: menuntaskan kesepakatan investasi sebesar 2 milliar US dolar dari IDFC untuk Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia. Kesepakatan tersebut akhirnya ditandatangani pada 19 November 2020.
Melalui kunjungan itu pula, ia ditahbiskan sebagai pemecah rekor orang Indonesia yang paling sering bolak-balik cantik ke Gedung Putih. Dalam jangka tiga hari, ia berhasil empat kali masuk Gedung Putih. Bahkan ia juga sempat diterima di Oval Office, suatu area yang sangat privat, tempat kerja Presiden, di Gedung Putih.
Selanjutnya, kata ‘Binsar’ berarti terbit (matahari). Selain menandakan waktu lahir beliau adalah saat terbitnya mentari, nama tersebut juga menjadi harapan orangtua Luhut agar anaknya kelak bisa menjadi sosok yang bersinar di mana pun ia berkarier.
Lagi-lagi, harapan tersebut menjadi kenyataan. Selepas sukses dalam karier militer, ia juga sukses dalam karier di dunia politik serta bisnis.
Kita semua tahu, bahwa bisnis Luhut tersebar di mana-mana. Strategi politiknya pun bukan ecek-ecek. Buktinya, saat ini ia menjadi orang kepercayaan Presiden Joko Widodo. Ia selalu berada dalam kabinet, walau berpindah-pindah posisi. Ibarat pemain bola, ia memiliki kemampuan versatile, serbaguna di posisi apa pun. Jadi bek bisa, jadi gelandang oke, jadi penyerang moncer, bahkan kalau perlu, jadi pemilik klub pun sanggup.
Lalu, kata ‘Pandjaitan’, itu adalah nama marga yang menjadi jaminan mutu di negeri ini. Sebut saja pahlawan revolusi D.I. Panjaitan, atau penyanyi Christine Panjaitan. Atau, siapa yang tak kenal Panjaitan Bersaudara (Panbers) di masa jaya mereka.
Khusus bagi orang Batak, pencapaian Luhut adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Dulu, ada stigma menyebalkan yang mengatakan bahwa orang Batak itu kalau tidak menjadi preman, ya pasti menjadi pendeta.
Stigma tersebut perlahan mulai bergeser ketika nama-nama seperti Hotman Paris Hutapea, Hotma Sitompul, atau Otto Hasibuan, dll menjadi pendekar di dunia hukum. Lalu ada lagi, Panda Nababan, Ruhut Sitompul, Hinca Panjaitan, dan kawan-kawannya yang masuk ke dunia politik. Pilihan ladang berkarya orang Batak pun semakin beragam.
Nah, Luhut Binsar Panjaitan mungkin dapat dikatakan sebagai mimpi tertinggi bagi orang-orang Batak saat ini. Posisinya sangat sulit untuk disamai generasi-generasi berikutnya. Kenapa disebut mimpi tertinggi? Pertama, karena selepas 2024, Luhut dikabarkan tak akan memegang jabatan apa pun lagi di pemerintahan. Kedua, bagi orang Batak, akan sangat susah, atau bisa dibilang tidak mungkin, untuk menjadi Presiden.
Yah, tentu saja ini terlepas dari fakta bahwa banyak kalangan yang menganggap Luhut merupakan “presiden bayangan” yang kekuatannya jauh lebih presiden ketimbang presiden itu sendiri lho, ya.
BACA JUGA Edhy Prabowo Ditetapkan Jadi Tersangka, Jokowi Tunjuk Luhut Panjaitan Jadi Menteri KKP Sementara dan tulisan Yesaya Sihombing lainnya.