MOJOK.CO – Fanshuri tidak percaya Tatang semudah itu bakal jadi mualaf. Fanshuri yakin pasti Tatang memiliki maksud terselubung.
Kabar rencana mualafnya Tatang yang bakal digelar di masjid bikin geger kampung. Fanshuri adalah salah satu dari sedikit warga kampung yang tak percaya Tatang masuk Islam secepat itu. Apalagi, sejak kenal dari dulu Tatang tak pernah sedikit pun menunjukkan ketertarikan pada Islam.
Meski dalam hatinya senang karena mendapat saudara seiman, tapi pikiran Fanshuri diliputi kecurigaan. Terutama ketika tersiar kabar kalau Tatang masuk Islam karena ingin mempersunting Zainab, putri Pak Dukuh yang cantik luar biasa dan jadi primadona kampung.
Merasa ada yang tak beres, Fanshuri pun bermaksud memperingatkan Gus Mut. Saksi sekaligus pembimbing Tatang besok ketika pembacaan syahadat diselenggarakan di masjid.
“Gus, apa Gus Mut nggak merasa aneh sama Tatang?” tanya Fanshuri tanpa basa-basi.
Gus Mut masih mencerna maksud pertanyaan Fanshuri.
“Aneh apanya sih, Fan?” tanya Gus Mut sembari menyirami halaman rumahnya. Tak begitu peduli.
“Tatang itu kan nggak pernah ada kabar tertarik sama Islam sama sekali. Kok bisa-bisanya dia jadi mualaf sih, Gus? Itu kan aneh sekali,” tanya Fanshuri.
Gus Mut tersenyum.
“Kenapa kamu menaruh curiga segitunya, Fan? Ada apa ini? Bukannya senang ada orang masuk Islam, jadi mualaf, kok kamu malah kayak kebakaran jenggot begitu?” tanya Gus Mut bingung.
“Bukan begitu, Gus. Di satu sisi saya tentu seneng dengar ada orang mualaf, tapi di sisi lain saya juga patut mempertanyakan Tatang mendadak mau pindah agama dong?” tanya Tatang.
Gus Mut agak kaget dengan pernyataan Fanshuri.
“Memangnya apa yang membuatmu jadi berhak mempertanyakan Tatang jadi mualaf?” tanya balik Gus Mut.
“Ya kan bisa jadi Tatang itu nggak tulus masuk Islamnya, kan bisa aja?” tanya Fanshuri lagi.
Gus Mut terkekeh. Fanshuri merasa sewot melihat Gus Mut terkesan meremehkan persoalan ini.
“Gus, Gus Mut itu kan juga tahu kalau Tatang itu cukup dekat sama Zainab anaknya Pak Dukuh,” kata Fanshuri.
“Oh, mereka emang dekat ya? Aku malah baru tahu,” kata Gus Mut betul-betul baru dapat informasi ini.
“Nah, makanya itu, Gus. Gus Mut perlu hati-hati. Siapa tahu Gus Mut itu sebenarnya dimanfaatkan sama Tatang,” kata Fanshuri.
“Dimanfaatkan?” Gus Mut bingung.
“Iya, dimanfaatkan. Kan bukan mustahil kalau misi Tatang ini sebenarnya coba mau mendekati Zainab. Mereka itu kan beda agama. Bisa ngamuk Pak Dukuh nanti kalau tahu mereka dekat. Makanya itu, untuk menjalankan misinya, bisa aja Tatang ini masuk Islam biar urusan mendekati Zainab ini lancar,” kata Fanshuri bak seorang intelejen.
Gus Mut terdiam sejenak. Kabar Tatang yang dekat dengan Zainab ini sama sekali tak diketahuinya. Gus Mut hanya disowani oleh Tatang dan dua temannya beberapa kali sejak tiga bulan lalu. Dalam pertemuan itu, Tatang sedari awal ingin masuk Islam dan bermaksud meminta tolong Gus Mut untuk membimbingnya. Baik ketika pembacaan syahadat, maupun ketika urusan belajar dasar-dasar agama setelahnya.
“Sebentar, sebentar, Fan. Aku nanya bentar boleh, Fan?” tanya Gus Mut.
Fanshuri mengangguk.
“Zainab ini bukannya pernah dekat sama kamu juga ya?” tanya Gus Mut.
Fanshuri agak kaget mendengar pertanyaan Gus Mut ini.
“Loh, loh, Gus Mut dapet kabar dari mana ini?” tanya Fanshuri.
“Kayaknya hampir semua orang di desa ini tahu kabar itu,” kata Gus Mut.
“Ta, tapi kan itu cuma kabar burung. Belum tentu kebenarannya. Gus Mut perlu hati-hati denger kayak gitu. Bisa jadi fitnah lho,” tutur Fanshuri.
Mendadak Gus Mut tertawa terbahak-bahak. Fanshuri bingung.
“Lho, kok malah ketawa sih, Gus? Ini saya serius lho,” kata Fanshuri.
“Bukan, bukan begitu. Aku ini ketawa karena kamu itu aneh, Fan,” kata Gus Mut.
“Aneh? Aneh gimana?” tanya Fanshuri.
“Ya kamu itu aneh. Kamu nggak terima ketika ada kabar burung tentangmu, tapi kamu santai saja menyebarkan kabar burung yang belum ada kejelasannya,” kata Gus Mut.
“Kabar burung yang saya sebarkan, Gus? Sebentar, sebentar, kabar burung yang mana ini maksudnya?” tanya Fanshuri.
“Lah, itu kamu baru aja menyebarkan isu kalau Tatang jadi mualaf dengan tidak tulus,” kata Gus Mut.
Fanshuri terkejut mendengar tudingan dari Gus Mut ini.
“Sebentar, Gus. Kalau soal Tatang itu bukan sekadar isu dong. Ini kan persoalan keimanan seseorang,” kata Fanshuri.
“Lah ya malah justru karena itu,” kata Gus Mut.
“Justru itu? Justru gimana, Gus?” tanya Fanshuri.
“Ya justru hal itu malah semakin isu isapan jempol doang. Karena mana bisa kamu mengetahui isi hati Tatang apakah dia jadi mualaf itu beneran tulus atau tidak?” kata Gus Mut.
Fanshuri terdiam seribu bahasa.
“Kenapa tidak kamu belah saja dada Tatang sehingga kamu tahu bahwa hatinya beneran ada nama Allah dan Rasul-Nya atau tidak?” kata Gus Mut.
Fanshuri semakin terpojok, tapi masih ada sedikit kengototan di matanya.
“Ta, tapi, Gus… kalau Gus Mut mengakomodasi keimanan palsu seseorang, apa Gus Mut rela menanggung risikonya?” tanya Fanshuri masih saja ngotot.
Gus Mut cuma tersenyum kecil.
“Fan, Islamnya Tatang itu tidak ada urusannya antara kamu dan aku. Apa yang akan diucapkannya besok di masjid itu cuma ucapan di mulut. Jauh di lubuk hatinya, bisa jadi dia sudah Islam jauh sebelum ketemu dengan kita, atau kalau ternyata ini cuma kedok seperti kecurigaanmu aku tidak rugi apa-apa.”
“Aku ini jauh lebih rela menanggung Tatang mengucapkan syahadat, ketimbang menanggung kecurigaan yang menyebabkannya batal mengimani Islam,” kata Gus Mut masih dengan menyirami taman di halaman rumahnya.
Fanshuri cuma terdiam.
“Lagipula, Fan,” kata Gus Mut tiba-tiba, “ketika kamu mempertanyakan keislaman si Tatang begini, memangnya itu bikin kamu jadi lebih Islam dari dia?”
BACA JUGA Apakah Surga Hanya untuk Orang Islam Saja? dan kisah Gus Mut lainnya.