MOJOK.CO – Dosa syirik merupakan satu-satunya dosa yang tak akan diampuni oleh Tuhan. Tapi kalau Tuhan itu Maha Pengampun, kenapa tak bisa mengampuni dosa itu?
“Terkutuk itu orang yang suka bertapa di pohon beringin belakang lapangan kelurahan kita, Gus,” kata Mas Is tiba-tiba saat bermain catur bareng Gus Mut.
“Oh ada?” tanya Gus Mut terkejut karena baru tahu.
“Ada, Gus. Tiap malam jumat orangnya ke sana. Kayaknya sampai bawa kemenyan segala,” kata Mas Is.
“Bawa kemenyan? Ngapain?” tanya Gus Mut lagi.
“Ya apalagi kalau mau praktik jadi dukun itu,” kata Mas Is.
“Oh,” kata Gus Mut sambil menjalankan kuda caturnya.
“Dosa orang kayak gitu nggak bakal diampuni kan, Gus? Kasihan banget deh,” kata Mas Is.
Gus Mut agak kaget mendengar kalimat Mas Is.
Mas Is yang melihat air muka terkejut Gus Mut jadi ikut heran.
“Lah, kan emang iya kan, Gus? Dosa syirik itu kan dosa yang nggak bakal diampuni sama Tuhan. Lagian, ngapain juga nganggap pohon beringin keramat gitu. Kurang kerjaan banget,” kata Mas Is.
“Bukan kurang kerjaan, Mas Is, itu,” kata Gus Mut.
“Lah, Gus Mut ini bagaimana. Jelas kurang kerjaan lah, nenek moyang kita dulu yang suka mengeramatkan pohon beringin memang sesat dulu, tapi juga jangan diikuti dong. Udah tahu itu dosa syirik masih aja dijabanin,” kata Mas Is tiba-tiba emosi sendiri.
“Mas Is, ada alasan sebenarnya pohon beringin itu dikeramatkan oleh nenek moyang kita. Jangan asal mengejek kepercayaan orang terdahulu begitu. Ingat, Gusti Allah itu nggak suka kalau ada hamba-Nya yang mengejek sesembahan orang lain,” kata Gus Mut.
“Lah, udah jelas-jelas itu sesat. Itu dosa syirik kok Gus Mut malah belain sih?” kata Mas Is.
Gus Mut terkekeh.
“Bukan begitu maksudku, Mas Is. Aku bukan sedang dalam membela atau membenarkan mereka. Aku itu cuma bilang kalau dalam surat An-Nam ayat 108 itu Gusti Allah berfirman jangan ngejek atau mencela sesembahan orang lain, apalagi tanpa dasar pengetahuan yang cukup,” kata Gus Mut.
“Ya saya kan punya pengetahuan yang cukup, kalau mereka itu salah, sedangkan agama kita ini yang benar,” kata Mas Is.
Gus Mut lagi-lagi tersenyum mendengar kalimat ngegas Mas Is.
“Mas, sampeyan tahu nggak apa hikmah dari nenek moyang kita yang suka keramatkan pohon beringin begitu?” tanya Gus Mut.
“Hikmah? Ya nggak ada, Gus. Perilaku sesat kok dicari hikmahnya itu gimana sih, Gus?” kata Mas Is.
“Justru dari hal-hal kayak gitu itu malah banyak hikmahnya, Mas Is,” kata Gus Mut.
“Memang apa hikmahnya, Gus?” tanya Mas Is.
“Begini. Dengan adanya kebiasaan memperlakukan istimewa pohon beringin, orang-orang zaman sekarang jadi hati-hati kalau mau menebang pohon beringin,” kata Gus Mut.
“Iya, soalnya takut dikira ada penunggunya,” kata Mas Is cepat memotong.
“Bukan cuma itu, Mas Is. Ada keuntungannya juga secara alam,” kata Mas Is.
Mas Is terheran-heran mendengar pernyataan Gus Mut.
“Kok bisa, Gus?”
“Gini lho. Pohon beringin itu salah satu pohon yang sangat baik dalam menyimpan cadangan air kalau musim hujan, dan mengeluarkan mata air secara teratur saat kemarau.”
“Kalau Mas Is tahu, di dekat pohon beringin belakang lapangan kelurahan itu kan ada sumber mata air. Di luar soal praktik orang yang disebut dukun sama Mas Is itu, mengistimewakan pohon beringin itu jadi ada hikmahnya. Seperti bikin masyarakat kita—tanpa sadar—ikut menjaga pohon beringin itu, yang artinya juga ikut menjaga pasokan air di daerahnya.”
“Mas Is bisa lihat sendiri. Alhamdulillah di daerah kita jadi jarang kekeringan karena memang ada banyak pohon beringin di area kampung kita,” kata Gus Mut.
Mas Is manggut-manggut, seperti mendapat pencerahan baru.
“Tapi yang dilakukan dukun itu, dosa syirik kan, Gus? Dosa yang nggak bakal diampuni sama Gusti Allah kan?” kata Mas Is.
“Kata siapa nggak bisa diampuni Gusti Allah, Mas Is. Ingat, Gusti Allah itu Maha Pengampun juga lho,” kata Gus Mut.
“Ta, tapi kan, ada ayatnya itu kalau dosa syirik itu nggak bakal diampuni. Ada lho, Gus, itu. Ada ayatnya kok. Saya lupa bunyinya gimana, tapi seingat saya ada,” kata Mas Is.
“Iya, itu ada ayatnya, tapi kamu jangan menjustifikasi begitu. Dosa syirik itu nggak bakal terampuni kalau orang itu sudah mati duluan sebelum tobat dari dosa syiriknya,” kata Gus Mut.
“Oh, gitu. Jadi kalau dosa-dosa lain itu ada kemungkinan bisa diampuni ya sekalipun kita sudah meninggal dunia?” tanya Gus Mut.
“Ya ada kemungkinan. Soalnya ada amal jariyah, doa dari anak yang saleh, sampai ilmu yang bermanfaat yang dimungkinkan meringankan dosa-dosa kita walaupun kita sudah mati. Tentu saja kecuali dosa syirik, Mas Is,” kata Gus Mut mengakhiri obrolan.
BACA JUGA Ribetnya Jadi Perempuan Bercadar atau tulisan rubrik KHOTBAH lainnya.