Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Pentingnya Kehidupan Dunia

Puthut EA oleh Puthut EA
19 Oktober 2018
A A
kepala suku
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sehabis salat Jumat, tepat ketika kaki saya hampir menapaki sandal, Dik Anggoro mencegat saya. Dia ketua remaja masjid. Anak muda itu meminta saya bergabung rapat bakda siang ini juga. Kalau punya waktu luang, katanya

Saya mengiyakan. Saya lalu balik lagi masuk ke dalam masjid dan kemudian duduk bersama beberapa orang yang sudah lebih dulu berada di sana. Masjid ini sesekali memang sering mengundang perwakilan warga. Saya sepertinya dianggap sebagai perwakilan warga perumahan.

Di kampung ini ada 3 perumahan yang setidaknya setiap salat Jumat hampir sebagian warga ketiga perumahan itu, melakukan ibadah Jumat di masjid ini.

Tidak lama kemudian, belasan orang sudah berkumpul. Hampir semua saya kenali muka mereka. Dua di antaranya sangat saya kenali karena profesor ternama di kota ini.

Pak Ramdani, ketua takmir masjid, membuka acara. Intinya, dia mengatakan bahwa forum ini diadakan sebagai sarana tabayun. Konfirmasi dan klarifikasi. Saya yang pada dasarnya suka sesuatu yang mengandung misteri, langsung njenggirat. Penasaran.

Pak Ramdani lalu menjelaskan. Di masjid ini sudah beberapa bulan ada kajian sehabis salat Isya’ di hari Senin. Kajian Senin Malam, namanya. Pengisinya bergantian. Salah satunya seorang ustad muda. Namanya: Ustad Mulyadi. Saya melihat ke arah anak muda itu. Mungkin usianya 35 tahun. Cukup muda. Dua atau tiga kali, dia pernah mengisi khotbah Jumat.

Pokok perkaranya, Ustad Mulyadi ini mulai sering mendakwahkan tema kajian: pentingnya kehidupan dunia. Hal inilah yang menjadi bahan tabayun siang ini. Para tetua dan pengurus masjid perlu mendengar langsung apa yang dimaksud dengan tema ini.

“Mas Mulyadi,” ucap Sang Profesor menyambung Pak Ramdani, “Ini kan zaman akhir. Kita semua diingatkan untuk selalu ingat pentingnya kehidupan akhirat. Setidaknya menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. Kenapa Anda justru mempromosikan pentingnya kehidupan dunia.”

Saya melihat tak ada perubahan apapun di wajah Ustad Mulyadi. Dia terlihat tenang. Kalem. Wajahnya teduh. Kemudian dengan suara halus dia menyatakan terimakasih atas forum tabayun ini, dan meminta maaf jika membuat situasi tidak menyenangkan.

Dia lalu mulai angkat bicara: “Bapak-bapak, perbolehkan saya bertanya: Apakah nanti ada perbuatan kita di dunia yang tidak dihisab di akhirat?”

“Tentu tidak ada, Mas…” sahut Dik Anggoro.

“Bahkan pikiran kita pun akan dihisab. Akan ditimbang dan dihitung,” kata Pak Ramdani, “kalau pikiran baik akan dapat pahala. Pikiran buruk tidak dapat dosa selama tidak diperbuat.”

Suasana tenang. Saya bahkan bisa mendengar nafas Haji Rahmat, pemilik toko kelontong di samping masjid.

“Kalau begitu, urusan dunia sungguh sangat penting.” terdengar suara Ustad Mulyadi. Pelan tapi tegas. “Sebab yang dihisab, ditimbang, dan dihitung, itu perbuatan kita di dunia…”

Iklan

“Kita seyogianya mengingatkan banyak orang bahwa akhirat itu bukan sesuatu yang terpisah dengan dunia. Hal inilah yang sering membuat orang berpikir bahwa dunia itu sekarang, akhirat itu nanti. Padahal yang dihisab perbuatan di dunia…”

Saya mulai merasa omongan ustad muda ini makin percaya diri. Tapi tetap tidak kehilangan kontrol.

“Karena pemahaman semacam ini pula yang menyebabkan ada batas-batas perbuatan. Ada perbuatan untuk akhirat, ada perbuatan untuk dunia. Salat Jumat dianggap urusan akhirat. Demikian pula dengan puasa, haji, sedekah, dll…

“Sementara main futsal, ngopi, momong anak, bercengkerama dengan keluarga, nonton film, membeli sandal, dll, dianggap urusan dunia….

“Bagaimana bisa begini?”

Semua orang tampak berpikir.

“Apakah saat kita membeli sandal di dunia, tidak dihisab di akhirat? Apakah saat kita main futsal, tidak dihisab di akhirat?”

Muka orang-orang saya perhatikan tampak berpikir keras.

“Apakah perbuatan dan aktivitas itu akan dihisab, Bapak-bapak?”

“Dihisab…” terdengar dengung jawaban lumayan serempak.

“Baiklah. Kalau begitu, adakah urusan di dunia yang tidak penting?”

“Tidak ada…” lagi, terdengar dengung jawaban.

“Apakah dunia tidak penting?”

“Penting…” lagi-lagi terdengar jawaban semua orang dengan suara yang tak lepas benar dari tenggorokan.

“Dengan begitu, semua aktivitas kita adalah ibadah. Mencari nafkah, tidur, ngopi bersama teman, main futsal, membaca buku, main Facebook, semua… Semua ibadah. Karena akan dihisab. Sehingga harus kita maknai dan niatkan sebagai ibadah.”

“Termasuk forum tabayun kita siang ini juga ibadah…” entah kenapa kalimat itu meluncur dari mulut saya.

“Alhamdulillah…” Pak Ramdani lalu bangkit. Menyalami Ustad Mulyadi. Dan orang-orang pun mengikuti…

Terakhir diperbarui pada 19 Oktober 2018 oleh

Tags: akhiratduniakehidupan
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Mengatasi Rasa Khawatir dan Tidak Puas dalam Hidup | Semenjana Eps. 8
Video

Mengatasi Rasa Khawatir dan Tidak Puas dalam Hidup | Semenjana Eps. 8

17 Maret 2025
7 Jenis Investasi Bukan Uang yang Sering Dilupakan Orang | Semenjana Eps. 4
Video

7 Jenis Investasi Bukan Uang yang Sering Dilupakan Orang | Semenjana Eps. 5

27 Februari 2025
Pengadilan Akhirat untuk Kaum Terpelajar MOJOK.CO
Esai

Pengadilan Akhirat untuk Kaum Terpelajar

24 September 2021
Berbalas Fiksi

Bekal ke Akhirat, Sagita Ngamen di Bus Sugeng Tindak

21 Januari 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.