Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kepala Suku

Sebetulnya Enak Nggak Sih Jadi Penulis Itu?

Puthut EA oleh Puthut EA
22 Maret 2018
A A
KEPALA SUKU-MOJOK

KEPALA SUKU-MOJOK

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pertanyaan yang saya pilih menjadi judul di atas adalah jenis pertanyaan yang sering dilayangkan kepada saya, tapi lewat obrolan tak resmi. Artinya, banyak orang ingin tahu tapi tidak dilontarkan di depan publik. Padahal sebetulnya ini jenis pertanyaan yang wajar ditanyakan, terutama bagi mereka yang ingin menekuni dunia menulis.

Tapi pertanyaan ini sebetulnya agak sulit dijawab. Sebabnya sederhana, apa sih yang dimaksud dengan ‘enak’ dalam konteks itu? Yang pasti bukan enak dalam makna makanan.

Kalau saya pribadi, berprofesi sebagai penulis itu enak. Enak dalam banyak hal.

Pertama, ini jenis pekerjaan yang tidak memerlukan banyak alat. Bahkan sudah beberapa tahun ini, alat saya cuma hape. Tiga buku termutakhir saya, dan tiga lagi yang akan terbit, semua saya tulis di hape. Ringkas, mudah dibawa, dan kalau rusak atau ngadat, segera bisa membeli lagi karena harganya tidak begitu mahal.

Kedua, bisa bekerja di mana saja. Ya, saya bisa bekerja di kafe, kamar, bandara, stasiun, dll. Bahkan saya sering sekali bekerja sambil tiduran. Enak rasanya. Walaupun sering juga pas sedang tiduran sambil menulis di hape, lalu tertidur.

Ketiga, royalti. Ini juga penting. Penulis kan butuh uang. Kalau bisa ya yang banyak. Tapi bagi saya yang penting cukup. Penulis mendapat uang dari dua sumber utama: honorarium dan royalti. Honorarium biasanya didapat kalau karya seorang penulis dimuat di media massa, baik onlen maupun digital. Kalau royalti didapat dari penerbitan buku. Saya paling suka dengan royalti. Karena mirip tabungan. Penulis biasanya mendapatkan royalti setiap enam bulan sekali dari pihak penerbit. Karya-karya saya tidak bisa disebut best seller atau mega best seller. Tapi juga tidak bisa disebut tidak laku. Karena karya saya lumayan banyak yang diterbitkan, jadinya ya lumayanlah buat saya. Nah, sekarang bayangkan kalau seorang penulis menerbitkan belasan buku apalagi jika laris semua. Rasanya seperti tidak bekerja tapi terus dibayar. Enak kan?

Keempat, kesal saja bisa jadi duit. Banyak penulis yang bisa menulis dengan cepat. Saya mungkin salah satunya. Sementara ide bisa didapat dari mana saja. Kalau saya kesal terhadap sesuatu yang tiba-tiba saya rasakan, tinggal saya ambil hape, tak tik tik tok menuliskan hal yang saya rasakan, selesai, lalu kirim. Beberapa hari kemudian tinggal menerima honorarium. Kalau kesal saja bisa jadi duit, apalagi kalau bahagia…

Kelima, obat stres paling murah. Sebagaimana kebanyakan manusia yang hidup di zaman sekarang, saya juga mudah stres. Dan sebagaimana kebanyakan orang, saya punya sekian siasat untuk meredakan stres. Nonton, jalan, ngopi bersama teman-teman, bercengkerama dengan keluarga, dll. Tapi dari sekian hal itu, obat stres paling murah bagi saya adalah menulis. Menulis apa saja. Kalau yang jenis seperti ini biasanya di catatan pribadi. Tidak dikirim ke media massa. Bahwa nanti sebagian dari tulisan itu bisa untuk bahan tulisan ke media massa atau bahkan menjadi bagian dari sebuah buku, itu soal lain.

Keenam, tidak perlu berinteraksi dengan banyak orang. Saya termasuk orang yang kurang bisa basa-basi. Tidak terlalu suka bertemu dengan banyak orang. Dalam hal seperti inilah, menjadi penulis merupakan profesi yang pas bagi saya. Mau berbulan-bulan gak bertemu dengan orang pun tidak masalah.

Ketujuh, tetap bisa berbagi. Berkarya adalah kesediaan berbagi. Berkarya dalam bidang penulisan berarti membagikan pemikiran, imajinasi, dan kreativitas kita kepada orang lain. Bagi saya, ada kepuasan yang tidak bisa dibayar apapun jika saya bisa membagikan itu semua kepada orang lain.

Jadi bagaimana? Tertarik menjadi penulis? Silakan…

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2018 oleh

Tags: BerbagiImajinasiKreativitaspenulis
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO
Ragam

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025
Tak Berniat Jadi Penulis, Tapi Hidup Berubah Karena Menulis | Semenjana Eps. 16
Video

Tak Berniat Jadi Penulis, Tapi Hidup Berubah Karena Menulis | Semenjana Eps. 16

10 Juni 2025
Hairus Salim: Mengkritik Karya Pram dan Tiga Kata Kunci Mengenal Karya Pram
Video

Hairus Salim: Mengkritik Karya Pram dan Tiga Kata Kunci Mengenal Karya Pram

18 Maret 2025
Menjadi penulis jika ingin sejahtera maka jangan hanya fokus menulis MOJOK.CO
Ragam

Panduan untuk Calon Penulis agar Hidup Sejahtera, Karena Tak Cukup kalau Andalkan Royalti Saja

19 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan MOJOK

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.