MOJOK.CO – Begitu banyaknya musim di kaleidoskop 2020, masih bisa kita peras menjadi satu musim. Musim yang saya sebut sebagai musim prank di Indonesia.
Berbahagialah kita sebagai bangsa Indonesia. Selain terkenal di dunia sebagai bangsa relijius, Indonesia adalah negara dengan musim paling banyak.
Selain musim hujan, musim kemarau, kita masih punya musim rambutan, musim durian, musim gowes, musim pancaroba, dan sila anda tambahkan sendiri kelanjutannya.
Tapi dari semua musim ini, masih bisa kita peras menjadi trimusim, dwimusim atau bahkan ekamusim. Yah, mirip-mirip Pancasila yang sempat diwacanakan menjadi trisila dan ekasila.
Bahkan begitu banyaknya musim di tahun 2020 ini, masih bisa kita peras menjadi satu musim dan kita sebut saja sebagai musim prank di Indonesia.
Rentetan prank nasional pada kaleidoskop 2020 dimulai dengan hebohnya Keraton Agung Sejagat dan kekaisaran yang berpusat di Bandung, Sunda Empire.
Klaim Sunda Empire memang luar biasa. Selain klaim sebagai kekaisaran bumi dan matahari yang mempunyai perwakilan di 54 negara, mereka juga yang mengendalikan nuklir di dunia. Intelejen Sunda Empire Internasional bahkan disebut-sebut mampu menghentikan pandemi Covid-19 dan ini sungguh luar biasa.
Klaim yang membanggakan kita adalah, daftar ulang negara-negara di dunia yang katanya akan berakhir pada tanggal 15 Agustus 2020. Semua negara harus daftar ulang di Bandung, dan bangsa kita menjadi pemimpin dunia yang sesungguhnya. Maka setelah 15 Agustus 2020, kita akan memasuki era kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
Sayangnya polisi segera mengendus motif prank kelompok ini. Kaisar/Maharani Ratu Agung Ratnaningrum, Perdana menteri Nasri Banks, Sekretaris Jenderal Rangga Sasana keburu ditangkap polisi.
Coba kalau tidak ditangkap, di bawah kepemimpinan Sunda Empire mungkin tatanan dunia baru bisa terwujud dan tidak seruwet sekarang ini.
Yah, kita hanya berharap pada penerusnya saja, barangkali sebelum tertangkap, mereka sudah melantik putra mahkota atau membentuk pemerintahan darurat, untuk melanggengkan dinasti Sunda Empire.
Tapi soal dinasti, di negara tetangga Sunda Empire juga sedang ramai-ramainya. Ini dipicu oleh Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Pak Jokowi yang akhirnya mendapat rekomendasi dari PDIP sebagai calon walikota Solo pada bulan Juli 2020.
Gibran yang awalnya dalam beberapa kali pernyataannya keukeuh tidak mau terjun ke dunia politik, ternyata luluh juga. Ini juga jadi bagian penting dalam kaleidoskop 2020.
Ditambah lagi Bobby menantu Pak Jokowi juga menjadi Cawalkot di pilkada Medan. Klop sudah, benar-benar mantab. Tapi entah apa yang dirasakan Ibu Megawati.
Sebelumnya, Ibu Mega meminta kepada seluruh kader PDIP agar tidak memanfaatkan jabatan sebagai akses keluarga, kerabat, hingga anak-anak mereka yang belum memiliki pengalaman untuk bertarung di Pemilu.
“Tapi berhentilah, kalau kalian punya anak, anaknya itu enggak bisa, jangan dipaksa-paksa. Jengkel lho saya. Lah iya lho, ngapain sih kayak nggak ada orang. Kader itu ya anak kalian juga lho. Ya kalau nggak anakne, kalau ndak istrine, kalau nggak ponakane,” kata Megawati di DPP PDIP, 19 Febuari 2020.
Selama ini, Pak Jokowi yang dianggap bisa memutus mata rantai dinasti politik dengan membiarkan anak-anaknya berbisnis, akhirnya dipertanyakan. Sebagian orang merasa kena prank, sepandai-pandai Gibran (dan Bobby) menahan diri, toh akhirnya nyalon juga.
Syukurlah keduanya akhirnya terpilih menjadi walikota di daerah pemilihan masing-masing. Gibran menang di Solo, Bobby menang di Medan. Semoga Ibu Mega menjadi lega dibuatnya.
Jika tidak, pasti akan ada saja orang yang memberikan komentar, “Selamat atas terpilihnya Gibran dan Bobby sebagai walikota… etapi bo’ong.”
Kata-kata di atas, pernah viral gara-gara seorang youtuber bernama Ferdian Paleka, membuat konten prank bagi-bagi paket sembako pada bulan puasa tahun ini. Ternyata paket yang dibagikan hanya berisi sampah.
Korban bagi-bagi sembako sampah melapor ke polisi, karena merasa direndahkan harga dirinya. Ferdian tentu mendapat hujatan pedas dari nitizen Indonesia. Sempat beredar video berisi permintaan maaf dari Ferdian… etapi bo’ong. Ferdian bahkan melakukan upaya melarikan diri, tetapi polisi berhasil menangkap Ferdian cs.
Kasus ini berujung damai. Melalui mediasi, korban dan pelaku sepakat untuk berdamai, dan korban mencabut laporannya pada tanggal 19 Juni 2020. Ferdian cs dibebaskan dari penjara. Titik kaleidoskop 2020 yang nggak bakal dilupakan Ferdian.
Tentu sesudah itu mereka tidak bisa sebebas dulu lagi membuat konten video prank. Dibutuhkan kreativitas dan ide-ide baru, yang tidak merugikan orang lain dalam pembuatan konten tentunya.
Tapi berbicara tentang kreativitas, tidak ada yang lebih kreatif dibanding pemerintah dan segenap jajarannya. Terutama ketika negara tercinta sedang menghadapi pandemi Covid-19 ini. Satu titik kaleidoskop 2020 paling berpengaruh.
Pemerintah Cina, pada bulan Desember mengumumkan adanya virus berbahaya, sangat mudah menular yang diidentifikasi sebagai Covid-19, dan melakukan lockdown di kota Wuhan, tempat pertama ditemukan kasus Covid-19.
Alhamdulillah pemerintah kita pada awal tahun 2020 segera mengumumkan pemberian insentif bagi dunia pariwisata, diantaranya dengan diskon tiket pesawat domestik dan internasional selain penerbangan dari Cina.
Diharapkan, wisatawan domestik terutama dan wisatawan asing selain dari Cina tetap berkunjung ke destinasi wisata di Indonesia. Hal ini sekaligus untuk menunjukkan bahwa Indonesia tetap baik-baik saja, tidak terjangkit wabah Covid-19.
Bahkan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada 17 Februari 2020 menyatakan doa menjadi penyebab virus corona tak masuk ke Indonesia. Pernyataan ini dilontarkan Terawan saat kasus pertama belum diumumkan.
Beberapa hari sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tampak sudah enggan bicara banyak soal dampak virus Corona. Saat ditanya wartawan, Luhut hanya mengatakan virus corona sudah pergi dari Indonesia.
Termasuk juga waktu itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan bahwa berkat doa qunut, Corona bisa menyingkir dari Indonesia. Memang, tidak ada penjelasan lebih lanjut kapan menyingkirnya.
Nyatanya?
Virus Corona mewabah juga di Indonesia. Kasus pertama yang terdeteksi pada 2 Maret 2020, terus bertambah dengan masif. Meminjam kata-kata Ferdian sang YouTuber tadi, Covid-19 tidak akan masuk Indonesia…
…etapi bo’ong.
Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 April 2020, akhirnya secara resmi menetapkan COVID-19 sebagai bencana nasional. Penetapan itu dinyatakan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Covid-19.
Berbagai kebijakan pun segera diambil pemerintah untuk mengatasi pandemi Covid-19. Di antaranya melarang mudik lebaran, kecuali yang pulang kampung, kampanye protokol kesehatan, sekolah daring, upaya mendatangkan vaksin, memberikan bantuan sosial dan masih banyak lagi.
Pendek kata, pemerintah mengerahkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi pandemi, yang entah kapan berakhirnya.
Sayangnya, niat baik pemerintah ini malah ternodai oleh Menteri Sosial Juliari Batubara yang justru tertangkap KPK dengan dugaan korupsi bantuan sosial. Ada guyonan di masyarakat, saat kita harus disiplin menerapkan prokes 3M, menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker. Pak menteri lebih maju lagi, dia malah dapat 17M.
“Jadi pengendalian korupsi itu ya diri sendiri, nggak ada orang lain. Inget lho, kalau kamu korupsi kasihan anak istrimu, kasihan anak suamimu. Mereka pasti keluar malu,” ujar Juliari dalam salah satu wawancara media, tanggal 19 Desember 2019.
Duh Pak Menteri, kok ya tega-teganya mencari kebahagiaan dan kesenangan di atas penderitaan rakyat.
Padahal konon bagi sebagian orang, bahagia itu sederhana. Dan saya rasa, hal sebaliknya pun demikian, penderitaan juga sederhana. Ada yang ikut berbahagia Bu Risma diangkat menjadi Menteri Sosial, sebagai pengganti Juliari. Tapi ada juga yang justru bersedih karena Sandiaga Uno juga diangkat sebagai Menteri Ekonomi Kreatif dan Pariwisata.
Contoh di atas masih dalam batas wajar saya kira. Bagaimana dengan perasaan mereka yang merasa sudah berjuang sampai berdarah-darah, toh pada akhirnya pilihan mereka dulu ternyata masuk kolam juga?
Atau mereka yang sudah berjuang sekuat tenaga dan berdarah-darah juga, eh malah yang mereka anggap musuh akhirnya diangkat menjadi menteri. Gambaran yang pas untuk kelompok yang terakhir adalah lagu dari Krisdayanti, penyanyi yang jadi politisi itu.
~Pilihlah aku jadi menterimu, karena yang lain belum tentu setia. Jadi pilihlah aku.~
Padahal sebenarnya kita bisa belajar dari penyanyi lain yaitu Lesti Kejora pedangdut itu. Lesti yang kabarnya dinobatkan sebagai wanita tercantik kelima di dunia. Penobatan oleh Top Beauty World ini sempat membuat heboh netizen Indonesia.
Sebagian beranggapan Lesti tidak secantik itu. Predikat yang nggak main-main itu, Dedek. Tapi dia menanggapi biasa-biasa saja. Bo’ong, ah, katanya. Jika kemudian ternyata TC Candler sebagai pihak penyelenggara resmi mengumumkan bahwa pengumuman itu palsu belaka, Lesti tidak akan merasa kecewa atau tak perlu malu.
Inilah saya rasa penutupan musim prank kaleidoskop 2020, dan semoga tahun depan tidak ada prank lagi bagi bangsa Indonesia.
Walaupun sebelumnya ada juga tokoh besar yang saya rasa kena prank juga. Tokoh yang sempat mengasingkan diri di luar negeri dengan meninggalkan beberapa kasus di Indonesia.
Pemerintah melalui Menkopolhukam Pak Mahfudz MD memberikan pernyataan, sang tokoh boleh pulang, boleh dijemput asal tertib, toh pada akhirnya kena prank juga juga.
Silakan kembali ke Indonesia, kami nggak akan tangkap…
…
… etapi bo’ong.
BACA JUGA Kaleidoskop 2019 Indonesia Is All About Pertengkaran dan Berebut Kekuasaan dan tulisan Santoso M. lainnya.