MOJOK.CO – Seandainya karakter Jokowi, Ahok, atau Anies masuk ke Doel, alih-alih Rano Karno yang pernah menjabat Gubernur Banten, mungkin Akhir Kisah Cinta si Doel bakal lebih asyik.
Trilogi Si Doel the Movie hadir setelah pemeran Si Doel, Rano Karno, lepas dari kesibukannya sebagai Gubernur Banten. Bisa dibilang kisah Si Doel adalah bentuk CLBK Rano Karno sebagai ajang refreshing dari panggung politik. Tulang punggung ceritanya masih berkutat pada cinta segitiga Doel, Sarah, dan Zaenab.
Di film pertama, dikisahkan Doel sudah hidup bersama Zaenab. Namun, kepergian si tukang insinyur ke Belanda mengantarkannya pada cinta lamanya, yaitu Sarah. Sarah dulu meninggalkan si Doel tanpa alasan. Ditambah fakta kalau Sarah punya anak hasil dari Doel dan diberi nama Dul. Hm, benar-benar anak hasil ejaan baru.
Film kedua, konflik semakin rumit. Sebab Zaenab yang dikawin siri oleh Doel memperlihatkan tanda-tanda hamil. Sarah sendiri belum resmi bercerai dengan Doel. Lalu Sarah datang kembali ke rumah, Doel mengantarkan si anak untuk bertemu dengan keluarga yang tak pernah dikenalnya selama ini.
Film terakhir dari trilogi inilah yang akan menjawab pertanyaan penonton setia. Judulnya saja Akhir Kisah Cinta Si Doel. Doel bakalan memilih, apakah dia tetap bersama Zaenab atau kembali ke pelukan Sarah dan hidup hedon di Belanda?
Sebagai tokoh utama, Doel ini emang terbilang pendiam. Masih kalah vokal dengan Mandra yang jadi pemeran pembantu.
Sewaktu Sarah meneleponnya untuk minta cerai—misalnya, Doel hanya menjawab salam, kemudian hening. Sarah ngomong sendiri di telepon. Bagaimana Sarah tahu kalau Doel mendengarkan cuma diam saja?
Sebagian penonton menyayangkan pilihan Rano Karno untuk mengakhiri kisah cinta Doel dengan Zaenab keluar sebagai pemenang dari kompetisi cinta segitiga ini. “Team Sarah” tentu saja yang paling keras menentang ending tersebut. Bagi mereka, Sarah adalah pilihan yang tepat karena sejak awal Zaenab hanyalah penyusup tukang cari celah terus.
Sebelum protes seperti itu, kita harus pahami psikologi sang penulis skenario filmnya, yaitu Rano Karno alias Doel itu sendiri.
Rano Karno bisa menjadi Gubernur Banten karena menggantikan Ratu Atut yang tersandung kasus korupsi. Ketika Rano Karno maju di Pilgub Banten di periode selanjutnya, beliau tidak bisa menang melawan anaknya Atut yang menjadi cawagub.
Kalau dililhat dari panggung politik, Rano Karno ternyata senasib dengan Zaenab di saga Si Doel. Zaenab baru bisa maju menjadi istri Doel setelah Sarah kabur entah ke mana. Seolah-olah Rano Karno dan Zaenab hanya bisa jadi yang pertama setelah orang sebelumnya melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, bisa saja Rano Karno berempati ke Zaenab lalu memenangkannya.
Doel yang banyak diamnya selama film pun bisa dimaklumi karena Rano Karno adalah Gubernur Banten. Selama menjabat jadi orang nomor satu di Provinsi Banten, Rano Karno bekerja dalam senyap, hening, tak banyak bicara. Media tidak banyak meliput prestasi dan kontroversi sang gubernur. Entah karena emang minim prestasi atau ogah aja bikin kontroversi.
Jauh berbeda dengan manuver Gubernur DKI Jakarta yang tiap harinya pasti jadi berita. Dari mulai zaman Pak Jokowi sampai Ahok, dan kini Anies Baswedan. Sepak terjang orang nomor satu di DKI Jakarta selalu seksi untuk diwartakan. Ramai dan selalu gampang viral. Entah siapapun gubernurnya.
Seandainya deretan Gubernur DKI itu menjadi pemeran Doel, alih-alih Rano Karno yang pernah menjabat Gubernur Banten, mungkin Akhir Kisah Cinta Si Doel bakalan punya tiga alternatif ending seperti berikut.
Jokowi
Jokowi disebut sebagai pemimpin yang sedikit bicara, banyak bekerja. Sementara Ahok banyak bicara, banyak bekerja. Nah, Anies Baswedan yang sering jadi target perundungan buzzer ini disebut sebagai pemimpin yang banyak bicara, sedikit bekerja.
Wah, wah, itu tudingan yang jahat sekali.
Padahal Anies ini pemimpin sah yang dipilih langsung oleh rakyat, tidak seperti Ahok dan Rano Karno yang dapat lungsuran jabatan dari gubernur sebelumnya.
Jika Doel diperankan oleh Jokowi, lalu diminta ketegasannya untuk memilih antara Sarah dan Zaenab, Doel versi Jokowi bakalan sesumbar, “Sepertinya memilih satu dari dua pilihan tidak susah-susah amat kalau saya sudah blusukan ke Belanda.”
Sepulang dari Belanda dan bertemu Sarah serta anaknya, Doel masih belum menceraikan Sarah.
Tiap ditanya Sarah kapan mau mengurus dokumen perceraian, Doel jawab, “Bukan urusan saya. Tanya kuasa hukum saya.”
Lalu Akhir Kisah Cinta Si Doel pun nggak kelar-kelar sampai lima tahun lebih 100 hari. Bahkan sampai muncul wacana tiga periode segala.
Ahok
Jika Si Doel diperankan dengan karakter ala Basuki Tjahaja Purnama atawa Ahok, maka konflik asmaranya akan sedikit memanas.
Ketika reuni, Sarah langsung dimarahi oleh Doel karena dulu sempat kabur. Zaenab yang overthinking dan manipulatif bakalan kena semprot juga. Pokoknya, nggak ada yang bener di mata Doel yang idealis.
Respons Doel tiap disinggung oleh Mandra pun bakalan ngegas.
“Gimana, Doel? Lu jadi kan balikan sama Sarah?” tanya Mandra. “Biar kita bisa numpang idup enak di Belanda.”
Doel bakalan muntab, “Numpang idup nenek lu!”
“Jangan esmosi dong, Doel. Gue kan cuman nanya. Santai, santai,” Mandra langsung menghindari Doel dengan cara pura-pura sibuk ngelap oplet.
Mendapati Mandra tak becus saat mencuci oplet, Doel minta Mandra minggir seraya berseru, “Gue yang sikat tuh bodi oplet yang kotor-kotor!”
Ketimbang sibuk mengurusi kisah cinta, Doel akhirnya lebih memilih bekerja (mencuci oplet) dengan benar dan bersih.
Anies Baswedan
Jika Doel diperankan dengan gaya karakter Anies Baswedan, maka Doel tidak lagi jadi sosok yang pendiam. Jadilah Si Doel Reborn yang pandai beretorika. Ucapannya santun dan selalu merawat tenun ke-Betawi-an.
Caranya menyelesaikan perkara asmara, dengan melihat sisi baik dari masalah itu sendiri. Saat banjir melanda Jakarta, Anies bisa menangkap hikmah menggunakan sudut pandang romantis: anak-anak senang berenang di air banjir.
Maka, ketika didesak untuk menentukan pilihan hatinya, Doel versi Gubernur DKI Jakarta ini bakalan mampu mengambil hal positif dari setiap masalah sambil berkata manis, “Dul sebagai anak-anak senang punya dua ibu.”
BACA JUGA Kisah Getir Keluarga Si Doel Anak Sekolahan Jika Ditonton Sekarang atau tulisan HARIS FIRMANSYAH lainnya.