Festival Rujak Uleg Surabaya: Pesta Rakyat atau Pestanya Para Pejabat?

Lah, kan makin lucu. Kalau memang alasannya kehadiran warga dalam venue rujak uleg itu mengganggu. Ya jangan membuat acara di jalan raya, silakan membuat acara di gedung secara tertutup.

Festival Rujak Uleg Surabaya: Pesta Rakyat atau Pestanya Para Pejabat? MOJOK.CO

Ilustrasi Festival Rujak Uleg Surabaya: Pesta Rakyat atau Pestanya Para Pejabat? (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COAcaranya mengatasnamakan rakyat Surabaya, tapi malah tidak bisa bebas diakses rakyat. Ini pesta rakyat atau pesta rujak para pejabat, sih?

Kota Surabaya selalu tampak meriah di bulan Mei. Ada banyak pesta rakyat yang  diadakan oleh Pemkot sebagai bagian dari perayaan HUT Surabaya yang jatuh setiap tanggal 31 Mei. Untuk tahun 2023 kali ini, acaranya adalah Surabaya Shopping Festival, Pasar Malam Tjap Toendjoengan, Surabaya Vaganza, pameran foto, acara musik, olahraga, ruwatan, pagelaran wayang, dan festival rujak uleg.

Seperti yang kita tahu, rujak adalah salah satu kuliner khas Surabaya. Mempromosikan dan membuat pesta rujak bersama rakyat adalah bagian dari melestarikan kuliner rujak uleg. Tahukah kamu kalau rujak uleg sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Surabaya.

Festival rujak uleg adalah agenda tahunan Surabaya yang sudah ada sejak lama. Sependek ingatan saya, acara ini kali pertama digelar pada 2009. Konsep acaranya sebenarnya sederhana, semacam perlombaan membuat rujak uleg dengan peserta dari berbagai kalangan. Acara ini memang unik dan mendapatkan perhatian warga Surabaya. Apalagi pesertanya akan memoles stand atau rombong rujaknya dengan berbagai macam hiasan yang unik dan heboh. Bahkan baju pesertanya juga meriah.

Nggak hanya itu, festival rujak uleg juga menyediakan panggung hiburan dengan tari-tarian. Suasananya mirip acara karnaval. Yang paling menyenangkan adalah warga boleh makan rujak sepuasnya dan gratis. Namanya juga pesta, makan-makan adalah bagian dari acara wajibnya.

Pesta rakyat atau pesta pejabat?

Akan tetapi, Festival rujak uleg yang diadakan malam Minggu kemarin (tanggal 6 Mei 2023) terlihat berbeda. Memang sih, Pemkot Surabaya masih mengadakan festival rujak uleg di Kya-Kya (Kembang Jepun) dengan kegiatan yang kurang lebih sama (perlombaan rujak uleg). 

Pemkot juga sudah mengatur rekayasa lalu lintas agar festivalnya berjalan lancar tanpa gangguan. Namun, festival rujak uleg tahun ini gagal disebut sebagai pesta rakyat karena rakyat justru tidak diizinkan masuk ke dalam venue utamanya.

Acara yang katanya dibuat untuk rakyat tersebut, justru diberi pagar pembatas dan dijaga ketat. Jika Anda rakyat jelata, bukan pejabat, bukan influencer, dan bukan tamu undangan, silakan berdiri di depan pagar. Anda hanya bisa melihat festivalnya dari layar besar yang sudah disediakan pihak penyelenggara. 

Kocak betul, acara yang mengatasnamakan rakyat, tentu juga menggunakan uang rakyat, malah tidak bisa bebas diakses rakyat dan hanya dinikmati para pejabat. Lah, ini sebenarnya pesta rakyat atau pesta para pejabat, sih?

Jika Anda bukan orang Surabaya dan melihat banyaknya video dan foto festival di media sosial yang diunggah Pemkot, saya hampir yakin, Anda semua akan berdecak kagum dengan para pejabat di sana. Vidio tersebut memperlihatkan wali kota Surabaya beserta jajarannya sedang nguleg rujak sambil tertawa bersama. Anda pasti berpikir, enak betul menjadi warga Surabaya, bisa makan rujak gratis dari ulekan tangan pejabat.

Kenyamanan warga Surabaya bukan yang utama

Namun, secuil video dan foto tidak selalu menunjukkan secara keseluruhan apa yang sedang terjadi. Dalam dokumentasi yang dirilis Pemkot, Anda tidak akan menemukan teriakan orang uyel-uyelan ingin masuk ke venue, tapi dihalangi petugas. Anda juga tidak akan melihat ibu-ibu yang nyaris pingsan dan ndlosor di depan pagar karena kecapean. Dan, Anda juga tidak akan melihat banyaknya orang Surabaya yang misuh dan berbondong bondong pulang dengan perasaan kecewa lantaran tidak bisa melihat secara langsung festivalnya.

Warga datang ke acara tersebut untuk ikut merayakan pesta, melihat hiburan dan ingin berpartisipasi dalam harlah Surabaya. Mereka datang dengan semangat untuk berbahagia bersama sambil menikmati rujak dan panggung hiburan. Eh, giliran sudah sampai tempat festivalnya malah nggak boleh masuk, ya wajar saja masyarakat kecewa.

Saya paham, mungkin Pemkot ingin suasana festivalnya lebih rapi sehingga bagus untuk dokumentasi. Terbukti, video dokumentasi rujak uleg yang dirilis Pemkot Surabaya di Instagram tahun ini memang bagus sekali. Jika niatnya memang agar terlihat enak dipandang dan bagus untuk bahan pencitraan publik, mbok ya bilang dengan jujur.

Ngapain repot mengundang rakyat

Rakyat tu nggak ribet kok, khususnya jika Pemkot memang ingin acara tersebut berjalan lancar, pejabat dan rakyat sama-sama senang. Bisa dong, festival rujak ulegnya diberi jadwal. 

Misalnya, acaranya diadakan mulai pukul 18.00-21.00 WIB. Tambahkan informasi kalau masyarakat umum boleh masuk ke area festival pada pukul 20.00 WIB. Pukul 18.00-20.00 disa digunakan Pemkot untuk peresmian dan video dokumentasi. Dengan begitu, rakyat tidak akan berbondong-bondong datang pukul 18.00 WIB. Tapi, begitu ingin masuk ke venue dilarang dan diminta menunggu hingga lebih dari dua jam tanpa kejelasan.

Duh, yo pegel, Rek. Lapo repot-repot ngundang rakyat kalau hanya untuk menunggu acara berlangsung tanpa bisa menikmati pesta itu sendiri? Untung orang Surabaya hanya suka misuh, tapi wataknya penyabar. Buktinya nggak ada yang mendobrak pagar pembatas. 

Kami ini hanya mulutnya saja yang suka ceplas-ceplos dan mengumpat. Semurka-murkanya orang Surabaya, nggak ada yang sampai membuat keributan di acara rujak uleg. Mentok-mentoknya kami marah ke Pemkot dan menyerbu akun Instagram Pemkot dengan keluhan dan protes.

Bukan permintaan maaf, tapi upaya mencari pembenaran

Sebenarnya, kemarin (8 Mei) Pemkot sudah merilis permintaan maaf di akun instagram Bangga Surabaya (akun resmi Pemkot). Sayangnya, saya justru kecewa dengan permintaan maaf tersebut. 

Pemkot seolah-olah menyalahkan warga dengan mengatakan pemasangan pagar/brigade tersebut belajar dari pengalaman tahun lalu. Dulu, warga diperbolehkan masuk. Namun, acaranya jadi kurang nyaman bagi peserta rujak uleg dan panggung hiburannya penuh dengan warga sehingga para penampil tidak bisa memberikan performa maksimal.

Lah, kan makin lucu. Kalau memang alasannya kehadiran warga dalam venue rujak uleg itu mengganggu. Ya jangan membuat acara di jalan raya, silakan membuat acara di gedung secara tertutup. Nggak usah koar-koar mengundang rakyat. Cukup datangkan peserta, juri, pejabat, dan tamu undangan saja. Beres!

Pemkot Surabaya ini mau minta maaf saja kok pakai acara alasan ini itu. Ribet banget, deh. Permintaan maaf paling bagus adalah mengakui kesalahan dan berjanji tidak mengulanginya lagi, sesederhana itu, kok.

Ya sudah, mari kita lihat bersama pada agenda berikutnya, yaitu masak besar (Chef Arnold dan Bobon Santoso) yang rencananya akan digelar minggu depan. Jika  kegiatan tersebut masih mementingkan pencitraan, kita sudahi saja datang ke acara-acara HUT Surabaya yang diadakan Pemkot. Biar acaranya sepi sekalian.

Saya bukannya benci pemerintah. Hanya, sebagai rakyat, kita ini kan punya harga diri juga. Kalau kita diminta datang, tapi dibuat keleleran ndek embong, ngapain  memaksakan hadir, mending rebahan ndek rumah, Rek, ra risiko.

Penulis: Tiara Uci

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 8 Kebohongan tentang Kota Surabaya dan opini menarik lainnya di rubrik ESAI. 

Exit mobile version