Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Lagu Nina Feast Menjadi Hal Paling Magis dari Brengseknya Masa Depan yang Absurd

Deby Hermawan oleh Deby Hermawan
8 Juli 2025
A A
Feast Menuju Realitas Paling Dekat Bersama Nina MOJOK.CO

Ilustrasi Feast Menuju Realitas Paling Dekat Bersama Nina. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Keajaiban “Nina” terletak pada kemampuan Feast mengubah nasihat menjadi reflektif paling magis. Dan akhirnya, bikin saya nangis.

Sungguh, perubahan adalah keniscayaan. Begitu pula yang terjadi dalam lanskap industri musik. 

Transformasi artistik menjadi momen paling krusial bagi sebuah musisi atau band. Kemungkinan yang terjadi ada dua. Pertama, bubar karena beda visi. Kedua, mendapatkan kritik pedas dari para penggemar yang sudah terlalu nyaman. Misalnya BMTH dan Linkin Park. Keduanya menjadi bulan-bulanan fans yang tidak bisa menerima peralihan musik. 

Tapi, tidak sedikit pula band yang berhasil mengatasi manuver kreativitas musik mereka. Salah satunya Feast dengan album barunya, Membangun dan Menghancurkan. Secara khusus, lagu Nina Feast yang fenomenal.

Transformasi Feast menjadi lebih personal

Baskara, vokalis Feast pernah menyentak penikmat musik Indonesia. Dia bilang kalau lagu “Peradaban” itu jauh lebih keras dari semua musik metal. Kalimat yang paling ngehek adalah lanjutannya, “Geramnya sampai bikin kebas.” Tak ayal kalimat itu ramai-ramai diarak di media sosial.

Ada suatu masa ketika Feast serupa megapon dengan teriakan keras yang membelah kerumunan. Lirik-lirik dalam EP Beberapa Orang Memaafkan seperti selebaran poster demo mahasiswa. Vokal parau dan teriakan Baskara nyaris menggelegar persis “abang-abangan” kampus setelah baca buku-buku kiri. 

Tapi begitulah semangat zaman. EP BOM, akronim Beberapa Orang Memaafkan, hadir dari rentetan tragedi pengeboman gereja di Surabaya pada 2018. Bagi saya pribadi yang menikmati karya mereka sejak album Multiverse, merasa paling gagah saat pertama kali mendengar. 

Jika menoleh ke belakang, nyata-nyata karya mereka adalah manifesto atau lembaran dokumen kemarahan generasi yang valid. Seakan-akan mencari validitas dengan amarah yang menggebu.

Feast menemukan arti sebuah kemarahan dapat berevolusi menjadi sesuatu yang kompleks. Tahun lalu, mereka berhasil mencapai titik yang lebih personal. 

Album Membangun dan Menghancurkan menjadi testamen evolusi yang tidak hanya mengubah pendekatan musikal, tetapi juga meredefinisi apa yang sebenarnya sedang kita risaukan. Alih-alih hidup diselubungi kemarahan terus menerus. 

Feast lebih banyak mengorek pengalaman personal. Mengundang pendengarnya berkaca pada diri sendiri tentang semangat zaman yang telah berubah. Mereka menegaskan mereka tetap manusia biasa. Salah satunya lewat lagu Nina Feast.

Album Membangun dan Menghancurkan adalah bentuk paling liar politik dan cinta atas diri sendiri

Feast melahirkan album barunya pada 2024 bertajuk Membangun dan Menghancurkan. Dari namanya saja, kita pasti langsung paham kejengahan mereka untuk marah-marah tiap lagu. 

Pertama kali mendengar album ini secara utuh, saya berseloroh di Instastory Instagram saya. “Album ini adalah bentuk paling liar dari cinta dan politik identitas sebagai manusia.” Sudah begitu, saya menambah anotasi kecil seperti ini: “If I can’t dance, I don’t want to be part of your revolution.” Persis perkataan seorang tokoh anarkis, Emma Goldman.

Di tengah dunia yang semua ingin dianggap benar, barang yang paling mahal adalah mengakui kesalahan diri. Menghakimi diri sendiri yang penuh amarah, dan membangun kedewasaan melalui kompleksnya hidup. 

Iklan

Feast tidak meninggalkan jejak amarahnya begitu saja. Mereka tetap ngomongin politik di album paling mutakhir. Namun bukan lagi politik partisan, melainkan politik eksistensial sebagai manusia yang beranjak dewasa dan lebih realistis.

Dalam lagu “Masimarah”, Baskara Putra terdengar cukup muak dengan blundernya di lagu “Peradaban”. Lirik “Benci aku yang dulu / Berisik lantang sok tahu / Mulut si anak baru”. Bukan sekadar lirik, bagi saya ini tamparan yang telak di awal-awal album ini. Dengan unsur musik ala timur tengah, “Masimarah” melenggang menuju tamparan menghakimi jati diri masa muda Feast dan kita semua yang mendengarkan.

Putaran lagu selanjutnya, makin menunjukkan kedewasaan mereka. Mulai dari kegamangan mortalitas orang tua dalam O, Tuan, krisis identitas yang ngepop di lagu Arteri, hingga bentuk cinta paling liar dari seorang bapak dalam lagu Nina Feast. 

Dari Kutukan “Sectumsempra” menuju warisan dalam lagu Nina Feast

Lagu Nina Feast, bagi saya, adalah lagu yang jauh lebih magis daripada sihir “Sectumsempra” dari album Multiverse. Feast berevolusi tentang pemahaman lagu yang lebih menyihir dari sekadar mengutip Harry Potter. 

Jika “Sectumsempra” adalah manifestasi dari energi penuh penghancuran, lagu Nina Feast adalah bentuk paling sempurna untuk membangun dunia penuh harapan baik.

Nomor yang ditulis Baskara dan Adnan, gitaris, mengambil ruang emosi saya jauh lebih besar dari lagu-lagu lain di album Membangun dan Menghancurkan. Lagu yang diciptakan sebagai warisan untuk putri Adnan beresonansi melampaui narasi personalnya. 

Lagu tersebut memberi makna bagi saya yang belum memiliki anak. Saya pernah meneteskan air mata mendengarkan lagu ini. Ingatan saya mengembara menemui adik perempuan saya yang tengah terduduk menyuapi ibu di atas ranjang rumah sakit.

Lagu Nina Feast menjadi metafora soal harapan dan cinta di tengah amarah serta pesimisme hidup. Saat semua berjalan meniti ketidakpastian, “Nina” membawakan semangkuk harapan dan keyakinan masa depan yang bisa kita bentuk dengan diri yang penuh luka.

Lagu Nina Feast menjadi hal paling magis dari brengseknya masa depan yang absurd

Lagu Nina Feast bukan sekadar nilai ekonomis yang mampu dihitung dengan kalkulator. Ia bukan deretan angka dan pundi-pundi kekayaan. “Nina” menembus segala batas dunia yang brengsek.

Saya akan amat kerdil jika hanya menilai “Nina” hanya sebatas nilai rupiah. Keajaiban “Nina” terletak pada kemampuan Feast mengubah nasihat menjadi reflektif paling magis.

Tidak ada cita-cita yang besar. Tidak ada janji untuk mengubah dunia yang gegap gempita. Namun, dari lagu Nina Feast, saya mengambil satu hal sederhana yang jarang kita temui hari ini: sebuah ajakan untuk tetap berharap dan saling mencintai. 

Dalam kesatuan album, bagi saya, lagu Nina Feast adalah titik balik dari transformasi ayah dan teman-temannya. Feast tetap mengajak kita untuk menyalurkan emosi. Namun, kali ini, bukan dengan marah dan teriak-teriak ala abang-abangan kampus. 

Selalu ada tempat untuk ketulusan dan cinta adalah bentuk paling liar dari bertahan hidup di dunia yang kian brengsek.

Penulis: Deby Hermawan

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Emang Kenapa Kalau Saya Tidak Suka Feast? Selera Saya Rendahan Gitu? Dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 13 Juli 2025 oleh

Tags: lagu nina feastLirik Lagulirik nina feastnina feastnina feast spotifypendapatan feastspotify
Deby Hermawan

Deby Hermawan

Bekerja kantoran setiap Senin hingga Jumat sebagai marketing di sebuah penerbitan buku. Menerbitkan 3 edisi zine digital pribadi sebagai piranti menolak gila bertajuk "Painless Killer". Saat ini sedang berusaha menerbitkan zine fisik.

Artikel Terkait

zen aji mojok.co
Esai

Ode untuk Zen Aji: Dunia Musik Disangga Orang-orang Naif Maka Teruslah Berkarya

24 Januari 2023
spotify wrapped 2022 mojok.co
Hiburan

Cara Membuat Spotify Wrapped 2022, Kenali Music Listening Personality-mu

1 Desember 2022
spotify instafest mojok.co
Hiburan

Cara Membuat Spotify Instafest, Poster Festival Musik yang Viral

29 November 2022
YouTube Music Terlalu Superior di Hadapan Spotify dan Apple Music MOJOK.CO
Esai

YouTube Music Terlalu Superior di Hadapan Spotify dan Apple Music

16 Februari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.