Diskriminasi Adalah Virus, Salah Satunya Ageism yang Kuat Menjadi Budaya di Indonesia
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Diskriminasi Adalah Virus, Salah Satunya Ageism yang Kuat Menjadi Budaya di Indonesia

Selama menjadi seorang recruiter lima tahun terakhir, cukup sering saya mewawancara pelamar kerja yang rentang usianya berkisar antara 35 sampai 45 tahun.

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
28 Juni 2022
0
A A
Diskriminasi Adalah Virus, Salah Satunya Ageism yang Kuat Menjadi Budaya di Indonesia MOJOK.CO

Ilustrasi Diskriminasi Adalah Virus, Salah Satunya Ageism yang Kuat Menjadi Budaya di Indonesia. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Diskriminasi adalah suatu perbuatan atau kebijakan yang memperlakukan seseorang atau kelompok secara berbeda dan saya akrab dengan hal ini.

Selama menjadi seorang recruiter lima tahun terakhir, cukup sering saya mewawancara pelamar kerja yang rentang usianya berkisar antara 35 sampai 45 tahun. Tidak sedikit juga di antara mereka yang masih berstatus sebagai karyawan biasa, alih-alih menempati suatu jabatan tertentu yang cukup bergengsi.

Dalam proses wawancara tersebut, mereka, kandidat yang berusia di atas 35 tahun, selalu punya kalimat template yang nyaris selalu saya dengar. Kalimatnya seperti ini:

“Sekarang, saya kerja apa juga mau, Pak. Soalnya, udah kepentok usia juga. Masuk dalam kualifikasi aja udah syukur.” 

Melalui kalimat tersebut, mereka terjebak dalam zona ketidakpercayaan diri. Salah satunya karena justifikasi lawas. Lebih tepatnya karena diskriminasi usia atau ageism yang sudah menjadi “semacam budaya” di lingkungan profesional. Padahal diskriminasi adalah virus yang sepatutnya diobati. Bukan didiamkan, bahkan dimaklumi.

Baca Juga:

LinkedIn Swindler Bakal Nangis Darah! Personal Branding Pasti Hancur dan Kamu Dibenci HRD Sedunia

Jobstreet: Aplikasi Lowongan Kerja yang Membatasi Penggunanya Melamar Kerja

Beban Ganda Jadi Pengangguran saat Musim Hujan

Tahukah kamu, secara pengalaman sekaligus kemampuan yang dimiliki, calon pekerja di usia 35 ke atas itu boleh diadu dengan para lulusan baru. Mereka juga siap diadu dengan calon pekerja di rentang usia tertentu. Intinya, sih, mereka masih kompetitif.

Namun, rendahnya rasa percaya diri mengubah kepribadian mereka. Dari kalimat tersebut juga, ada tiga hal yang kemudian saya garis bawahi. Pertama, “kerja apa juga mau”. Kedua, “kepentok usia”. Ketiga, “masuk kualifikasi aja udah syukur”. 

Jika dikerucutkan, semuanya akan kembali kepada kualifikasi yang terdapat dalam info lowongan pekerjaan, yang dibuat oleh banyak perusahaan di Indonesia. Sulit dimungkiri bahwa, di sekitar kita, masih banyak info lowongan pekerjaan yang diskriminatif. Salah satu yang sering ditemui, soal batasan usia tadi. Sebuah fakta bahwa diskriminasi adalah “barang biasa” di lingkungan kita.

Sebagai perekrut, jujur saja, saya, mungkin juga HRD atau recruiter lainnya, belum bisa berbuat banyak. Lantaran, batasan usia pada info lowongan pekerjaan, tidak jarang akan kembali kepada perusahaan, kebijakan pemangku jabatan, atau orang yang berkepentingan (bisa user atau klien).

Sudah menjadi rahasia umum bahwa, sebagian HRD atau recruiter, ada kalanya memberi masukan kepada user, klien, atau manajemen, untuk tidak menggunakan alasan sekaligus batasan usia sebagai patokan utama dalam memilih karyawan. Apalagi jika memang kandidat tersebut potensial. Namun, lantaran diskriminasi adalah “budaya” kita, masukan itu mental begitu saja.

Iya, tidak semua usaha bisa langsung membuahkan hasil. Di sisi lain, ada kalanya saran yang diajukan, hanya menjadi bahan pertimbangan atau bahkan ditolak mentah-mentah.

Perlu kamu ketahui, usaha para HRD atau recruiter dalam memberi usulan soal menghilangkan batasan usia pelamar kerja tentu bukan dalam rangka malas mencari kandidat yang sesuai kualifikasi. Lebih kepada mau sampai kapan perusahaan melewatkan begitu saja kandidat potensial hanya karena usia, yang dianggap kontra produktif berdasarkan asumsi?

Persoalan lainnya adalah jawaban dari perusahaan sendiri perihal diskriminasi adalah wajah perekrutan di Indonesia. Jawaban mereka terdengar diplomatis. Misalnya, “Perusahaan nggak mau ambil risiko soal usia kandidat yang tergolong kurang produktif.”

Celakanya, lebih jauh lagi, ageism atau diskriminasi berdasarkan usia seseorang dalam dunia kerja, disadari atau tidak, malah menempatkan, sekaligus melihat para pekerja hanya sebagai objek. Usia 35 tahun ke atas dianggap tidak akan produktif lagi, sulit beradaptasi dengan yang muda, lambat dalam bekerja, sekaligus kurang layak untuk menempati suatu posisi. Belum lagi adanya anggapan soal, “Usia segitu kok masih jadi staf? Harusnya udah jadi supervisor dan manajer.”

Diskusi dengan rekan sesama HRD pun cukup alot. Hanya berujung pada, “Ya, usia segitu (35-45 tahun) bisa apa, Bro. Belum lagi mepet pensiun. Buat jangka panjang, kayaknya nggak, deh.”

Maksud saya, jika memang kemampuannya masih cocok dengan kualifikasi dan memenuhi syarat, meski levelnya masih staf, senior staf, dan belum menjadi supervisor atau manajer, kenapa nyaris selalu tidak masuk dalam pertimbangan?

Persoalan yang kemudian menguap adalah, bagaimana para pekerja bisa merasa diri mereka sebagai aset, jika eksistensinya hanya dianggap sebatas objek?

Lantas, apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan agar bisa menerapkan anti-ageism, menghilangkan fakta bahwa diskriminasi adalah virus yang sulit dicari antivirusnya, dan nggak jalan di tempat seperti sekarang ini?

Pertama, bisa dimulai dari hal kecil. Pada info lowongan kerja yang disebar di berbagai media maupun situs pencari kerja, hilangkan kriteria usia. Hal positif yang bisa didapat, CV yang masuk melalui email dan/atau portal pencari kerja akan lebih banyak. Kandidat dari berbagai beragam usia akan merasa lebih leluasa untuk melamar. Sekaligus mereka punya kesempatan bekerja di posisi yang sama seperti sebelumnya atau mencoba hal baru.

Kedua, poin pertama tidak bisa dijadikan sebagai formalitas yang terpampang di iklan lowongan kerja saja. Perlu keseriusan dalam menghilangkan ageism, sejak awal melakukan screening CV, interview, sampai proses akhir.

Seperti New York yang belakangan menerapkan anti-ageism. Walau usia sudah mencapai 60 tahunan, seseorang sah-sah saja jika pengin melamar di posisi tertentu. Penghalangnya bukan lagi usia, melainkan kualifikasi lain yang lebih berkaitan dengan kemampuan teknis, apakah cocok dengan posisi yang dilamar atau tidak.

Film The Intern, yang dibintangi oleh Robert De Niro dan Anne Hathaway, barangkali bisa menjadi inspirasi. Bagaimana Ben, seorang lansia, yang masih punya semangat kerja tinggi, akhirnya memutuskan untuk ikut serta dalam program magang di suatu perusahaan. Tentu saja, Ben, kurang familiar dengan teknologi. Tidak seperti pekerja muda lainnya. Namun, Ben bisa mengkolaborasikan pengalaman bekerja di masa lalu dengan pengambilan keputusan yang bisa diterapkan kepada para pekerja muda.

Suka atau tidak, film tersebut bisa memberi insight sederhana bagi perusahaan, bagaimana pekerja senior berkolaborasi dengan pekerja muda. Ketika diskriminasi adalah hal kuno dan tidak lagi relevan di dunia kerja.

Hasilnya, sangat menarik untuk dinantikan. Namun, perlu disadari juga, hal tersebut membutuhkan keluwesan dan pikiran yang terbuka. Jangan sampai terjebak dalam ruang: yang senior pengin selalu dihormati, sedangkan yang muda anti jika diberi masukan.

Lain di New York, lain film The Intern, tentu lain juga di Indonesia. Siapa saya, hanya seorang recruiter biasa, berharap agar Indonesia bisa mengikuti jejak New York dalam kampanye anti-ageism. Atau paling tidak, bisa mengadaptasi banyak hal dari film The Intern di ruang lingkup pekerjaan. Mungkin nggak, ya?

BACA JUGA Orang Melamar Kerja dan Nggak Keterima kok Dibilang ‘Belum Rezeki’? Katakan Saja Alasan Logisnya! dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Seto Wicaksono

Editor: Yamadipati Seno

Tags: ageismdiskriminasi adalahdiskriminasi usiahrdlowongan pekerjaanusia kerja
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang suami, ayah, dan recruiter di suatu perusahaan.

Artikel Terkait

LinkedIn Swindler Bakal Nangis Darah! Personal Branding Pasti Hancur dan Kamu Dibenci HRD Sedunia MOJOK.CO

LinkedIn Swindler Bakal Nangis Darah! Personal Branding Pasti Hancur dan Kamu Dibenci HRD Sedunia

10 Agustus 2022
Jobstreet: Aplikasi Lowongan Kerja yang Membatasi Penggunanya Melamar Kerja MOJOK.CO

Jobstreet: Aplikasi Lowongan Kerja yang Membatasi Penggunanya Melamar Kerja

22 Februari 2022
Beban Ganda Jadi Pengangguran saat Musim Hujan

Beban Ganda Jadi Pengangguran saat Musim Hujan

2 Januari 2022
HRD Marah-marah Saat Nyeleksi Kandidat Pelamar Kerja itu Maksudnya Gimana Sih, Sob?

HRD Marah-marah Saat Nyeleksi Kandidat Pelamar Kerja itu Maksudnya Gimana Sih, Sob?

13 Juli 2020
ilustrasi Kegoblokan Newbie Dunia Kerja yang Jangan Sekali-kali Dilakukan mojok.co

5 Kejadian Absurd saat Proses Wawancara Kerja yang Pernah Saya Alami sebagai HRD Perusahaan

6 Juni 2020
Sodara-Sodara, Jangan Melulu Menunduk dan Bilang ”Iya, Pak,” Kalau Kalian Diomeli

Sodara-Sodara, Jangan Melulu Menunduk dan Bilang ”Iya, Pak,” Kalau Kalian Diomeli

31 Maret 2020
Pos Selanjutnya
bbm mojok.co

Cara Beli BBM Bersubsidi Lewat Aplikasi MyPertamina Mulai 1 Juli 2022

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Diskriminasi Adalah Virus, Salah Satunya Ageism yang Kuat Menjadi Budaya di Indonesia MOJOK.CO

Diskriminasi Adalah Virus, Salah Satunya Ageism yang Kuat Menjadi Budaya di Indonesia

28 Juni 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022

Terbaru

ibu menyusui mojok.co

Butuh Dukungan, Mayoritas Ibu Menyusui Kurang Bahagia Selama Pandemi

11 Agustus 2022
gondomanan mojok.co

Penataan, Simpang Empat Gondomanan akan Bebas Kabel

10 Agustus 2022
Mu Kalah Hingga Jkt48 Rayakan 10 Tahun Dengan Hadirkan 122 Member!

MU Kalah hingga Jkt48 Rayakan 10 Tahun dengan Hadirkan 122 Member!

10 Agustus 2022
SMAN 1 Banguntapan, Bantul Yogyakarta

Sanksi Disiplin Tetap Berjalan, SMAN 1 Banguntapan Berdamai dengan Orang Tua

10 Agustus 2022
motif penembakan brigadir j mojok.co

Sensitif, Motif Penembakan Brigadir J Belum Diungkap

10 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In