Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Ciuman dalam Sebuah Kontemplasi Filosofis

Zen RS oleh Zen RS
13 November 2016
A A
kecantikan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya kira, departemen filsafat di semua universitas mengabaikan aktivitas ciuman sebagai sebuah kemungkinan filosofis yang bisa ditelaah dengan serius. Misalnya, apa perbedaan ciuman menurut Nietzsche dibanding dengan ciuman menurut Hegel? Antara ciuman menurut Machiavelli dan menurut Descartes? Untuk memulai diskursus yang lebih memuliakan ciuman di mata filsafat, saya sodorkan hasil kontemplasi soal berbagai karakter ciuman ditimbang dari sudut pandang filsafat. Berikut daftarnya.

1. Ciuman ala Archimedes

Para seksolog selalu mewanti-wanti pentingnya after-play setelah bercinta, begitu juga jenis ciuman Archimedes ini. Setelah ciuman lama, kau harus merayakannya dengan spontan: telanjanglah, lantas lari ke jalan sambil teriak, “Eureka! Eureka!”

2. Ciuman ala Nietzsche

Ciuman ini bertujuan untuk menbuatmu makin kuat, lebih kuat, semakin kuat. Ciuman ala Nietzsche akan membuatmu menjadi seorang überkisser.

3. Ciuman ala Rumi

Ciuman ini benar-benar agung. Kau harus melakukannya dengan sepenuh hati karena tujuan utama ciuman ini adalah menyatukan diirimu dengan pasanganmu. Seperti saat kau mencium bayangan bibirmu di cermin. Wahdatul-wujud. Manunggaling kawula lambe.

4. Ciuman ala Marx

Ciuman ini tak bisa dilakukan oleh kelas yang sama, melainkan hanya bisa dilakukan oleh  dua orang dari kelas berbeda: buruh dan majikan. Sejarah ciuman ini adalah sejarah perjuangan mulut buruh untuk menyobek lidah majikannya. Mulut yang bau adalah tanda bahwa buruh benar-benar tereksploitasi sampai tak bisa beli odol dan sikat gigi. Itulah saat terbaik bagi para buruh untuk melakukan ciuman.

5. Ciuman ala Descartes

Ciuman itu tidak bisa dilakukan tanpa pikiran. Kau harus berpikir keras sebelum, saat, dan sesudah ciuman. Jika kau tak berpikir, kau tidak akan tahu apakah sebenarnya kau sedang ciuman atau tidak. I kiss therefore I am.

6. Ciuman ala Einstein

Ciuman ini membutuhkan energi dan massa di antara dua pasangan. Jika bisa melakukannya, semua aktivitas akan menjadi relatif sehingga semua bisa terasa sebagai ciuman, walaupun sebenarnya kau sedang makan, misalnya. Atau sedang minum. Bahkan cebok pun terasa seperti ciuman.

7. Ciuman ala Newton

Anda butuh apel jika ingin melakukan ciuman ini. Letakkan apel di mulut kalian. Jika dilakukan dengan benar, gaya gravitas akan membuat Anda berdua jatuh dan tergelepar di tanah. Selanjutnya? Lanjutkaaan… lebih cepat lebih baik.

8. Ciuman ala Darwin

Semua jenis spesies yang ingin terus bertahan  harus mampu berciuman, baik itu manusia, ayam, gajah sampai kadal. Siapa yang tidak tahan berciuman, ia tidak bisa melanjutkan evolusi dirinya. Hanya dia yang bisa terus memperbaiki kualitas ciumannya saja yang bisa bertahan dari proses evolusi. Jangan tiru si bodoh dinosaurus. Badannya doang yang gede, tapi nggak bisa ciuman. Makanya mereka musnah dari peradaban.

9. Ciuman ala Machiavelli

Ciuman ini boleh menghalalkan segala cara. Apa pun bleh dilakukan agar kau bisa berciuman. Tujuannya menghalalkan segala jenus ciuman. Jika tujuanmu ingin mesra, sentuh lembut bibirnya. Jika tujuanmu lebih dari itu, harusnya kau tahu mana yang perlu kau cium.

10. Ciuman ala Heidegger

Ciuman membuat manusia mencoba menemukan eksistensinya sebagai dasein. Hanya dengan ciumanlah manusia bisa lolos dari ancaman hanya menjadi benda-benda. Jika kau tak pernah ciuman, apalagi tak mau ciuman, kau tak ada bedanya dengan alat (zuhandes), lidah tak ada bedanya dengan jempol, bibir tak ada bedanya dengan kuping. Dengan ciumanlah manusia, lidah, dan bibir bereksistensi.

11. Ciuman ala Lévi-Strauss

Ciuman adalah cara berkomunikasi terbaik dalam masyarakat-masyarakat primitif. Setiap ciuman punya artinya sendiri-sendiri. Seberapa rumit teknik belitan lidah sebuah ciuman menunjukkan sudah seberapa maju masyarakat itu.

12. Ciuman ala Hobbes

Manusia adalah serigala bagi manusia lain. Tiba-tiba saja, saat berciuman, bulu berdiri semua dan jika kau lihat di cermin, manusia saat berciuman telah menjadi monyet bagi yang lain.

13. Ciuman ala Sun Tzu

Pelajari kekuatan dan kelemahan lidahmu. Pelajari juga kekuatan dan kelemahan lidah pasanganmu. Dengan demikian, seribu kali berperang, seribu kali pula kamu akan meraih kesenangan!

Iklan

14. Ciuman ala Hegel

Ciuman ini merupakan hasil dialektika dari “kiss” sendiri dengan “antite-kiss”, yang akan menghasilkan “sinte-kiss”.

15. Ciuman ala Lord Acton

Di mana-mana ciuman itu cenderung korup. Ia tak pernah berhenti menjadi ciuman, tapi bisa merembet menjadi rabaan, elusan, dan remasan.

16. Ciuman ala Hitler

“Bah, pahit betul lidah kau. Dasar Yahudi!”

Terakhir diperbarui pada 15 Oktober 2018 oleh

Tags: ciumanfilosofisfilsufkontemplasi
Zen RS

Zen RS

Artikel Terkait

ciuman saat puasa mojok.co
Sosial

Hukum Mencium Pasangan saat Puasa, Bikin Batal?

25 Maret 2023
Kolom

Bertambah Wawasan, Bertambah Kegelisahan

9 Mei 2021
Panduan untuk Mensos Baru Bu Risma dari Filsuf-filsuf Cina
Esai

Panduan untuk Mensos Baru Bu Risma dari Filsuf-filsuf Cina

25 Desember 2020
Esai

Usai Razia Buku, Terbitlah Razia Pikiran untuk Rocky Gerung

5 Februari 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.