Budaya Kita adalah Melarang Warung Makan Buka Saat Puasa - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Budaya Kita adalah Melarang Warung Makan Buka Saat Puasa

Chandra Wulan oleh Chandra Wulan
8 Mei 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Katanya, puasa itu menahan diri dari hawa nafsu dan godaan. Tapi, warung makan buka saat puasa, kok, malah dilarang? Situ gampang tergoda, ya? Hmm?

Lupakan falling in love with people we can’t have, budaya kita adalah melarang warung makan buka saat puasa siang hari di bulan Ramadan. Yah, bukan kita semua, sih. Tapi, ada beberapa kepala daerah yang sudah “mengimbau”, bahkan melarang dengan Perda khusus.

Perda yang diberlakukan khusus pada bulan Ramadan ini sudah ada sejak bertahun-tahun lalu dan tersebar di beberapa daerah se-Indonesia, mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lombok, hingga Kalimantan Selatan. Peraturan dan imbauan tersebut juga bermacam-macam jenisnya: ada yang benar-benar meminta warung makan tutup pada pukul 5 pagi hingga pukul 5 sore atau pada waktu-waktu tertentu, ada pula yang memperbolehkan warung makan tetap buka asal tertutup gorden. Jadi, mau dibuka atau tutup, nih, Pak? Genaeh!

Saya sendiri menyaksikan Rumah Makan Padang di dekat rumah sudah menutup etalasenya dengan kain hijau sejak masa tarawih pertama (5 Mei 2019). Padahal, kalau ketutupan gorden atau kain, bukannya malah lebih enak, ya, mokel-nya? Hihihi.

Yah, coba saja kalau nggak usah ditutup; netizen pasti semangat menyebar kebaikan dengan cara memviralkan siapa saja yang ketahuan curi-curi makan siang saat bulan Ramadan. Efek jeranya lebih yahud: nggak jadi kepingin mokel.

Baca Juga:

Beneran Nggak Sih Komunis Cina Batasi Umat Islam Beribadah di Negaranya?

Betapa Menyebalkan Dikatain ‘Tumben’ Saat Mencoba Rajin Ibadah

Ngeyel Salat Tarawih di Masjid adalah Wujud Posesif sama Bulan Ramadan

Tapi, karena nggak ada perlawanan berarti dari pihak manapun, warung-warung makan ini pun mau nggak mau harus patuh. Lah, daripada kena sanksi berupa kurungan penjara dan denda puluhan juta rupiah? Nggak cuan! Melalui munculnya imbauan-imbauan ini, para pemilik warung makan juga kayaknya nggak mau ambil pusing, meski sebenarnya mereka masih boleh agak “nggak nurut” dikit. Mending cari aman deh, daripada kena “razia”.

Ini sungguh hal yang aneh dan wagu, sebab pernah ada masa di mana warung makan buka saat puasa dan semuanya baik-baik saja. Itu pertama. Kedua, di Indonesia ada banyak agama selain Islam. Para pemeluknya tidak bisa memelukmu meski kamu menginginkannya tidak puasa di bulan Ramadan.

Ada pula muslimah yang mengalami siklus haid. Juga ada muslim yang tidak berpuasa karena keadaan tertentu. Mereka-mereka ini bergantung pada ketersediaan pangan di warung makan. Lah, kalau semuanya tutup, mau beli makan di mana, coba?

Katanya, tujuan berpuasa ialah menahan diri dari (menuruti) hawa nafsu dan godaan. Padahal jika makanan termasuk sesuatu yang menggoda dan memancing hawa nafsu, di situlah tantangan sesungguhnya! Seberapa kuat, sih, kita berpuasa ketika aroma rendang menusuk penciuman? Seberapa tangguh puasa kita saat asap sate menembus kaca helm? Seberapa tahan kita dari godaan berupa denting sendok dan mangkuk penjual es dawet yang tak henti memanggil???

Anehnya, peraturan atau imbauan pemerintah untuk menutup warung makan pada siang hari selama bulan Ramadan jarang sekali mendapat penolakan dari warga muslim apalagi pemeluk agama lain karena takut dikira menista agama. Padahal nih, ya, bisa jadi makanan itu tantangan yang bikin pahala bertambah (jika kuat bertahan), seperti jumlah langkah seorang muslim ke masjid: makin jauh jaraknya, makin banyak pahalanya.

Sungguh, lama-lama ini bakal jadi budaya, padahal nggak sehat kalau dipelihara terus menerus. Tuman! Jangan-jangan, budaya ini muncul dari kebiasaan waktu kecil—yang kalau jatuh, lantainya disalahin; kalau kepentok, mejanya yang dibilang nakal. Padahal, salah sendiri nggak hati-hati.

Jangan-jangan, kebiasaan itu juga yang bikin budaya victim blaming masih kuat di negeri +62 ini. Kalau ada pemerkosaan, salahkan korbannya karena pakai baju begini begitu, jalan sendiri malam hari di tempat sepi, dan seterusnya. Intinya, kesalahan itu datang dari luar. Eksternal.

Padahal, korban perkosaan juga banyak yang berbaju rapat dan longgar serta berperilaku sopan. Padahal, kalau hasrat seksualnya diatur, bisa kok nggak memerkosa.

Ini juga barangkali yang bikin wacana anti asing dan aseng laris manis. Soalnya, asing dan aseng dari luar. Kalau orang-orang yang dikategorikan asing dan aseng bertempat tinggal di Indonesia lalu sukses, kita jadi marah dan iri hati, menganggap mereka mencuri kekayaan dari tanah air, apapun bentuknya: SDA maupun SDM.

Padahal, bisa jadi usaha mereka lebih besar, mereka tidur lebih malam, bangun lebih pagi, bekerja sungguh-sungguh, rajin menabung, dan tidak sombong. Mereka nggak bersikap kayak kita yang kerjaannya cuma bangun siang-scroll timeline-kerja sebisanya-balik-scroll timeline-tidur, nggak pernah nabung, dan sombong pula kalau habis nonton film atau konser!

Asing, aseng, dan lokal—seluruhnya punya kesempatan yang sama untuk sukses. Yang membedakan hanya niat dan usahanya saja, di luar variabel privilege karena, kalau itu dibahas, pasti bakal panjang banget.

Kita jarang mau menengok ke dalam diri, melakukan introspeksi dan refleksi, lalu bertanya: apa yang salah? Bisakah diperbaiki? Bagaimana caranya? Alih-alih menyadari kesalahan diri, kita justru sibuk menyalahkan keadaan, bahkan orang lain. Alih-alih belajar menahan hawa nafsu, kita malah menyuruh “penyedia barang yang menggoda nafsu” untuk hilang sementara.

Padahal, kan, semuanya kembali ke diri masing-masing. Sebesar apapun godaannya, kalau niat dan komitmen untuk menahan sudah bulat, pasti bisa dilewati.

Gini deh, kalau ada tetangga lagi masak, baunya sampai ke rumah kita dan itu uenak buanget, lantas apa kita berhak gedor-gedor pintu rumahnya dan minta ia berhenti masak hanya karena kita ingin mencicipi makanannya? Nggak, kan? Malah, kita yang harusnya menarik napas dalam-dalam, puk-puk perut yang sudah keroncongan, lalu bersabar menunggu waktu berbuka puasa.

Lagipula, waktu puasa di Indonesia termasuk yang terpendek di dunia, yakni 13-14 jam. Coba bayangkan yang puasa sampai 20 jam bahkan lebih. Yakin hal ini bakal selesai cuma dengan melarang warung makan buka saat puasa?

Tenanglah, puasamu nggak bakal langsung batal hanya karena tergoda aroma makanan enak. Justru di situ intinya inti, core of the core, puasa: menahan. Batalnya, ya, hanya kalau makanan minuman itu sampai masuk ke mulut, ketika godaan itu menang atas pertahananmu.

Tapi, kan, ini soal toleransi!

Duh, toleransi katamu? Toleransi itu membiarkan warung makan buka saat puasa sehingga rezeki mereka tetap mengalir dari orang-orang yang nggak puasa, sekaligus memudahkan orang-orang yang nggak puasa agar mereka tetap menjalani hari seperti biasa, Bosque.

Puasa bertujuan melatih empati kepada saudara-saudara kita yang nggak bisa makan tiga kali sehari, sebagaimana orang-orang pada umumnya. Ah, jangankan tiga kali sehari—satu kali sehari juga sudah alhamdulillah.

Tapi, empati dari mana, coba? Wong mereka-mereka itu pada hari biasa saja melewati banyak warung makan, menengok sejenak, menelan ludah, lalu melanjutkan langkah, dan nggak meminta warungnya ditutup kok!

Dan lagi, kita sering sekali mengucapkan marhaban ya ramadhan untuk menyambut bulan suci ini. Tahukah kamu, marhaban bukan hanya berarti ucapan selamat datang. Akar katanya adalah rahb yang berarti “luas” atau “lapang”.

Maka, marhaban ya ramadhan dapat pula dimaknai sebagai kelapangan hati menyambut bulan Ramadan. Contoh kelapangan hati itu gimana? Ya tentu saja dengan nggak menggerutu hanya karena siang-siang lagi panas, lapar, haus, lalu ditambah dengan keberadaan warung makan buka saat puasa. Hadeeehh.

Meski begitu, saya yakin bahwa umat muslim di Indonesia kuat dan nggak bakal tergoda hanya karena melihat makanan di etalase warung makan pada siang hari bulan Ramadan yang lagi panas-panasnya. Maksud saya, kalau kita sanggup menahan rasa cinta diam-diam bertahun-tahun sampai ditinggal nikah, masa menahan lapar dan haus 13 jam saja keok?

Hah, kita???

Terakhir diperbarui pada 8 Mei 2019 oleh

Tags: bulan ramadanimbauanPerdapuasa 13 jamwarung makan buka saat puasa
Chandra Wulan

Chandra Wulan

Alumni UGM. Bekerja sebagai pekerja teks komersial.

Artikel Terkait

Beneran Nggak Sih Komunis Cina Batasi Umat Islam Beribadah di Negaranya?

Beneran Nggak Sih Komunis Cina Batasi Umat Islam Beribadah di Negaranya?

7 Mei 2021
ilustrasi Betapa Menyebalkan Dikatain 'Tumben' Saat Mencoba Rajin Ibadah mojok.co

Betapa Menyebalkan Dikatain ‘Tumben’ Saat Mencoba Rajin Ibadah

14 April 2021
ngeyel salat tarawih rusuh bar-bar kaum religius imbauan MUI ramadan posesif di bulan ramadan lemah iman hukum tarawih di rumah mojok.co

Ngeyel Salat Tarawih di Masjid adalah Wujud Posesif sama Bulan Ramadan

27 April 2020
rekomendasi film ramadan tontonan keimanan hidayah datang dari film the double final destination knives out AADC johua oh joshua film hikmah mojok.co

7 Rekomendasi Film Ramadan untuk Menambah Keimanan dari Segala Aspek

24 April 2020
Suasana Menjemput Kemuliaan Lailatul Qadar di Masjid Nabawi

Suasana Menjemput Kemuliaan Lailatul Qadar di Masjid Nabawi

31 Mei 2019
Nuansa Buka Bersama di Arab

Nuansa Buka Bersama di Arab: Berebut Memberi Makanan untuk Orang yang Berpuasa

28 Mei 2019
Pos Selanjutnya
Acara TV Khas Wulan Ramadhan, Saka Panganan Nganti Kuis-kuisan

Acara TV Khas Wulan Ramadhan, Saka Panganan Nganti Kuis-kuisan

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Budaya Kita adalah Melarang Warung Makan Buka Saat Puasa

Budaya Kita adalah Melarang Warung Makan Buka Saat Puasa

8 Mei 2019
baskara aji mojok.co

Soal Jam Malam, Sultan Minta Menyeluruh di Jogja

24 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
Makan Bersama di Tepikota, kuliner jawa timur di Yogyakarta

Minggu Bersama di Tepikota, Menikmati Kuliner Jawa Timur di Jogja

25 Juni 2022
money heist korea mojok.co

Money Heist Korea Diluncurkan, Ini 3 Hal yang Membedakan dengan Film Aslinya

24 Juni 2022

Terbaru

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta Benni Aguscandra ditemui usai menghadiri seminar ekonomi bisnis di Jakarta, Selasa (28/6/2022). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Penyimpangan Izin Holywings Buat Usaha Lain Cemburu

28 Juni 2022
Tjipto Mangoenkoesoemo: Jurnalis dan Dokter Radikal Anti Raja dan Anti Kolonial

Tjipto Mangoenkoesoemo: Jurnalis dan Dokter Radikal Anti Raja dan Anti Kolonial [Bag.1]

28 Juni 2022
hacker rusia mojok.co

Daftar Negara yang Mengalami Serangan Hacker Rusia Setelah Invasi ke Ukraina

28 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Mondal lolos interview kerja di

Cara Mahasiswa India Lolos Interview Kerja di Google, Amazon, dan Facebook

28 Juni 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In