Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Belajar Kritik Satire bersama Tommy Soeharto

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
22 Februari 2018
A A
Tommy-Soeharto-MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Tommy Soeharto mengkritik pemerintah karena pembangunan infrastruktur gila-gilaan membuat utang negara menumpuk. Satire yang jenius!”

Setelah absen dari bahan rasan-rasan media sosial belakangan ini, Gus Tommy Soeharto kembali jadi obrolan jamaah warganet yang berbahagia. Iya, gus yang itu, yang putra dari kiai sakti pemimpin Orde Baru.

Kali ini kritiknya kepada Presiden Joko Widodo soal utang negara langsung direspons dengan berbagai komentar negatip. Idih, warganet di jaman rezim cebong ini memang parah ya, apa-apa kritik untuk pemerintah langsung dicibir. Hambok didengerin dulu, kan kritik Gus Tommy emang bagus untuk keberlangsungan partainya Indonesia.

Sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Beringin Karya (Berkarya), partai baru maskot lama, perlu diingat posisi Gus Tommy kali ini merupakan partai oposisi. Biasa disebut pula sebagai partai penyeimbang pemerintah. Jika dulu Gus Tommy adalah putra “penguasa” di belantika perpolitikan Indonesia, sekarang ini beliau lagi meniti karier. Ibarat pepatah: dulu Real Madrid, sekarang Persig Gunungkidul.

Yah, namanya juga meniti karier dari bawah, sudah sepatutnya untuk segala macam cara digunakan. Termasuk mengkritik hal yang sebenarnya pernah dilakukan oleh bapak beliau sendiri. Yakni: ngutang.

“Keadaan bangsa negara kita sangat memprihatinkan, seperti utang negara yang sudah sampai USD 340 miliar. Kalau ditanya kepada Presiden atau Menteri Keuangan, kapan itu akan lunas, tidak ada yang tahu mengenai itu,” ucap Gus Tommy kritis.

Coba kurang visioner bijimana Gus Tommy ini? Di saat Fadli Zon mengritik pemerintah karena nggak bisa menekan utang, Gus Tommy malah menanyakan hal yang lebih fundamental lagi: Kapan utang kita lunas?

(((LUNAS)))

Woy, lunas, woy.

Ya wajar sih. Jelas beda dong mentalitas orang yang nggak pernah punya cicilan utang di sepanjang hidupnya dengan rakyat yang beli tutup pentil aja pake kredit. Beda dong. Yang satu mikir kapan bisa nyicil bulan depan, yang satu mikir kapan bisa lunasin.

Tentu saja ini adalah cara pandang yang brilian bin ajaib dari seorang tokoh nasional masa depan negeri ini. Membicarakan utang Indonesia bisa lunas ibarat cita-cita Mojok bisa nyaingi Tribunnews di Alexa atau Persig Gunungkidul bisa juara Liga Champions Asia. Ngewri, Gus Tom, ngewri, uwuwuwuwu~

Akan tetapi, seperti yang sudah diduga, bukannya bersyukur masih punya tokoh yang kritis, warganet malah mencibir. Rata-rata sih tentu saja mencibir dengan tidak sopan. Menyerang balik Pak Harto lah, dibilang dulu yang ngawalin utang lah, sampe bilang semacam, “Yakan dulu sama-sama utang ini, tapi yang tajir dulu itu-itu aja orangnya, malah bisa bikin partai sampai sekarang.”

Tentu saja cibiran-cibiran ini menyakitkan, sejak kapan kesalahan bokap diturunkan juga ke anaknya? Bukannya situ-situ yang mencibir Gus Tommy selalu percaya bahwa nggak ada yang namanya dosa turunan? Lagi pula, kalau memang yang bikin Indonesia punya banyak utang adalah Pak Harto, lalu kenapa marah-marah ke anaknya? Kenapa giliran Gus Tommy kok apa-apa dikaitkan sama kesalahan-kesalahan bapaknya? Dih, rempong.

Yakalo Gus Tommy bisa jadi setajir sekarang, tentu saja karena itu semua adalah jerih payah beliau dalam bekerja di masa mudanya. Dari mulai buka katering, bikin EO nikahan, sampe jualan martabak, itu sama sekali bukan karena statusnya sebagai putra presiden, tapi semata-mata kerja keras beliau sebagai anaknya Pak Harto. Camkan baik-baik perbedaan itu, Ki Sanak.

Iklan

Selain itu, menurut Gus Tommy, utang-utang tersebut meningkat tajam pada rezim ini karena gencarnya pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Bahkan kalau situ juga bisa lihat, pembangunan itu nggak cuma terjadi di Jawa, tapi di beberapa bagian di Indonesia. Ini jelas hal yang nggak bisa diterima akal sehat oleh Gus Tommy.

Ya maklum, sesuai dengan pengalaman Gus Tommy dulu, pembangunan itu sebenarnya nggak penting-penting amat. Sebab, yang penting adalah munculnya niatan untuk memperkuat kekerabatan antar-sesama. Sesama pengusaha, sesama penguasa, sesama pejabat. Sebab, ketika pejabat dan penguasa bisa sama-sama saling menyenangkan satu sama lain, Indonesia di “Dunia Dalam Berita” akan baik-baik saja.

Hal semacam inilah yang membuat masih saja ada orang yang rindu dengan kepemimpinan ala Pak Harto (yang diharapkan nurun ke Gus Tommy). Soalnya pada jaman itu, rakyat dipaksa jadi mandiri, terpaksa punya etos kerja tinggi, dan terbiasa tidak gampang menyerah. Ya maklum, apa-apa emang murah, tapi tetap nggak bisa kebeli. Ini membuat mental rakyat Indonesia bermental baja sekaligus punya hati ikhlas selembut sutra—apalagi kalau ada saudaranya yang diculik.

Coba bandingkan dengan sekarang? Apa-apa mahal, tapi masih bisa kebeli. Dikit-dikit protes. Baru kena kenaikan harga dikit aja, pada ngambek. Idih, rakyat sekarang memang manja. Beda banget dengan rakyat di jaman bapaknya Gus Tom yang teguh dan kuat-kuat. Pantesan karier para motivator baru pada moncer pasca-Reformasi. Hal semacam inilah yang jadi contoh bagaimana penguasa bisa mendidik rakyatnya. Mulia sekali bukan niat penindasannya?

Oleh karena itu, menanggapi betapa menyedihkannya ketahanan para rakyat, Gus Tommy melalui Partai Barkarya ingin mewujudkan cita-cita agar pemerintah bisa lebih pro-terhadap rakyat kecil. “Program-program APBN dan APBD harus pro-rakyat kecil, bukan segelintir orang yang ada,” titah beliau.

Betul. Sebab yang namanya pejabat itu memang bukan cuma segelintir. Yakali anggota partai isinya cuma 2-3 orang? Ngadu futsal juga kurang mah kalo segitu.

Akan tetapi, tentu saja hal-hal semacam itu adalah rencana jangka pendek dari Partai yang dapat nomor urut 7 untuk pemilu besok. Sebab cita-cita ke depan adalah mengembalikan kejayaan era Pak Harto di bumi Indonesia. “Banyak yang bilang, masih lebih enak zamannya Pak Harto. Jadi, ya kenapa tidak kami kembalikan kejayaan beliau saat itu?” ujar Bu ketua, Neneng A. Tutty.

Jangan ketawa, ini masuk akal lho. Keluarga Pak Harto kan dikenal kaya raya tujuh turunan. Bukan tidak mungkin tho kalau Gus Tommy jadi presiden, masalah utang negara itu akan dia beresin langsung dengan cara Bu Dendy, “Piro utangmu? Nyoh, nyoh, nyoh, pek en!”

Masuk akal tho? Iya sih. Tapi, kira-kira, inilah yang bertahun lalu pernah dibilang band The Groove sebagai,

“Hanya… dalam mimpi….”

Terakhir diperbarui pada 22 Februari 2018 oleh

Tags: infrastrukturjokowikritikOrde Barupartai berkaryaSoehartosri mulyaniTommy Soehartoutang
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO
Ragam

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional MOJOK.CO
Ragam

Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional. Sejarawan: Pragmatis dan Keliru

11 November 2025
Suara Marsinah dari Dalam Kubur: 'Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku'.MOJOK.CO
Ragam

Suara Marsinah dari Dalam Kubur: ‘Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku’

10 November 2025
Alasan Soeharto tak layak dapat gelar pahlawan, referensi dari buku Mereka Hilang Tak Kembali. MOJOK.CO
Aktual

Buku “Mereka Hilang Tak Kembali”, Menyegarkan Ingatan bahwa Soeharto Tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan, tapi Harus Diadili Mantan Menantunya

1 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.