Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Beberapa Jenis Hukuman yang Bisa Dilakukan Tentara Tanpa Harus Menggampar Sipil

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
14 Oktober 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Melihat berita soal kerusuhan dalam laga Persita Tangerang kontra PSMS Medan di Stadion Persikabo, Bogor, Rabu lalu yang di dalamnya terdapat aksi kebrutalan tentara saat menghajar para suporter Persita, atau saat melihat video persekusi anggota TNI kepada seorang pemuda, yang ndilalah kok ya ngehek, karena tindakan sembrononya menghina TNI di sosial media, rasa-rasanya membangkitkan kegelisahan saya soal tentara.

Ini menjadi unik. Baru seminggu lalu TNI merayakan hari ulang tahunnya dengan cara menggaungkan slogan kemanunggalan mereka, “Bersama rakyat TNI kuat”. Ealah, kok ujug–ujug muncul dua peristiwa yang memergoki betapa mudahnya TNI menggampar dan menghajar masyarakat sipil.

Bagi saya, ini tentu saja sesuatu yang wagu. Tentara kok menghajar sipil? Di mana letak heroiknya? Apalagi sebabnya cuma sepele, masalah ribut sepak bola dan masalah penghinaan oleh pemuda bau kencur yang mungkin untuk onani pun belum bisa sesuai dengan panduan yang baik dan benar. Dua masalah yang menurut saya tak perlu bagi seorang tentara untuk main kekerasan sebab blas nggak ada pengaruhnya sama stabilitas nasional negara kesatuan Republik Indonesia.

Saya sadar betul akan hal ini. Dua puluh enam tahun lebih saya tinggal bersebelahan dengan kompleks perumahan Akademi Militer Angkatan Darat terbesar di Indonesia, membuat saya banyak merasakan pengalaman betapa tentara selalu punya cara untuk memberi pelajaran pada sipil tanpa harus main kekerasan; cara-cara yang tidak membuat slogan “Bersama rakyat TNI kuat” berubah menjadi “Bersama rakyat TNI kumat”.

Nah, berikut ini adalah beberapa cara elegan militer dalam menghukum sipil tanpa harus main tangan, tapi tetap ampuh untuk menghukum sipil-sipil “pembangkang”.

#1

Ini hukuman yang dulu pernah didapatkan oleh kawan-kawan saya karena ketahuan mencuri kelapa muda di kompleks perumahan Akmil, tak jauh dari kampung saya.

Entah bagaimana ceritanya, aksi pencurian kelapa muda ini berjalan tidak mulus dan dipergoki oleh seorang tentara.

Sebagai hukuman, para tersangka kemudian dikumpulkan di kantor perumahan. Dan, betapa baik dan berbudi luhurnya para tentara ini, para tersangka yang ketahuan mencuri kelapa muda ini  kemudian malah diberi apa yang mereka curi. Mereka diberi masing-masing dua kelapa muda.

Tapi jelas harus ada timbal baliknya.

Para maling kurang peruntungan itu kemudian disuruh mengupas kelapa muda tersebut. Namanya hukuman, ya tidak dengan bantuan golok, terlalu gampang. Mereka disuruh melakukannya dengan mulut.

Mereka baru boleh pulang dan dinyatakan bebas dari persidangan bila masing-masing sudah berhasil mengupas kelapa muda tersebut dengan mulut mereka.

Bagi orang yang kesurupan saat jathilan atau kuda lumping, mengupas kelapa dengan mulut tentu urusan remeh belaka, namun bagi orang yang sedang waras dan tidak sedang dirasuki demit apa pun, mengupas kelapa dengan mulut adalah salah satu bentuk penyiksaan yang ngilu lagi menyakitkan.

Boleh dibilang, hukuman ini kejam sekaligus tidak kejam. Kejam karena si terhukum akan begitu tersiksa, tidak kejam karena orang yang melihat hukuman ini tak akan merasa iba.

Iklan

Alhamdulillah, meski telah berkali-kali mencuri di kompleks tentara, saya sama sekali belum pernah mendapatkan hukuman jenis ini. Yah, mungkin si tentara sadar, melihat topografi gigi saya yang progresif ini, mengupas kelapa dengan mulut bukanlah bentuk hukuman, melainkan rekreasi atau pertandingan persahabatan.

#2

Kali ini cerita soal kawan saya, sebut saja Marcopolo. Ia terciduk oleh militer karena mabuk di tempat yang tak semestinya.

Dalam kondisi yang masih liyut, ia dibawa ke markas untuk menerima hukuman. Kali ini hukumannya adalah mandi.

Ya, mandi. Namun, bukan mandi biasa, melainkan mandi malam hari dan dipaksa untuk menghabiskan satu batang sabun langsung saat itu juga.

Bayangkan, malam hari, diberi satu batang sabun mandi, disuruh mandi, dan sabunnya harus habis.

Yang terjadi kemudian adalah Marcopolo memulai guyuran air pertamanya saat mandi pukul sebelas malam, dan baru bisa menuntaskan dan menghabiskan sabun mandinya pukul tiga pagi.

Itu adalah mandi paling lama yang pernah dirasakan Marcopolo.

#3

Ini hukuman yang dulu pernah didapat bapak saya sewaktu muda dan masih bujang karena kelewat bengal.

Jadi, dulu itu, entah karena momentum apa, pernah ada peristiwa penjarahan di kantor pos tak jauh dari perumahan Akmil.

Hasil jarahan yang begitu besar nilainya saat itu adalah perangko dan bertumpuk-tumpuk majalah berbahasa Jawa Djaka Lodang.

Bapak saya bukan tipikal orang pemberani. Dia tidak ikut dalam aksi penjarahan tersebut. Sayang, walau tidak terlibat langsung, ia rupanya ikut mengambil andil yang justru sangat besar peranannya: sebagai penjual hasil jarahan.

Dasar nasib. Penjarahan itu terlacak oleh tentara dan bisa diusut sampai tuntas. Para pelaku termasuk bapak saya sebagai penjual jarahan ditangkap dan lagi-lagi dibawa ke kantor perumahan untuk menerima surprise.

Dan tahukah Anda kali ini hukuman apa yang diberikan? Tentu saja bukan disuruh ngremusi halaman-halaman majalah Djaka Lodang seperti yang dilakukan kepada para pencuri kelapa muda tadi.

Hukuman yang diberikan kali ini adalah, tangan para tersangka diikat ke belakang, dibuka celana mereka, kemudian ditaburkanlah satu kompi alias satu genggam semut rangrang di balik celana dalam mereka.

Yang terjadi kemudian adalah sebuah penderitaan berbalut sensualitas.

Si pemilik burung pusaka akan kelojotan menahan gigitan-gigitan si semut. Sedangkan si semut berpesta pora karena mendapat ladang eksplorasi yang baru.

#4

Hukuman yang ini lagi-lagi diterima oleh bapak saya. Bedanya, yang menerimanya bapak saya sendiri, tidak bareng-bareng dengan sesama tersangka. Sebab, tersangkanya ya memang bapak saya thok.

Kejahatan yang dilakukan bapak saya adalah kepergok melintasi jalan kompleks perumahan Akmil yang jelas-jelas bertanda “Dilarang lewat selain penghuni”.

Bapak saya lewat dengan gerobak kayuh es kelapa muda. Saat itu, bapak saya masih jualan es kelapa muda di kantin sekolah SMP Ahmad Yani yang lokasinya berada di dalam kompleks perumahan Akmil.

“Heh! Kamu bisa baca nggak itu tanda?” tanya seorang tentara yang memergoki bapak saya.

Sadar akan kesalahannya, bapak saya langsung pasrah. Ia pun menjawab dengan jawaban yang tak berkelit.

Akhir perkara, bapak saya disuruh putar balik. Bedebahnya, bapak saya harus putar balik tidak dengan posisi gerobak maju ke depan, melainkan harus dikayuh mundur ke belakang sama persis seperti rewind saat ia salah melintasi jalan.

Sampai rumah, bapak saya langsung bercerita dengan penuh emosi. “Padakke aku ki pemain sirkus wae!” Memangnya aku pemain sirkus!

Mendengar ceritanya, tentu saja saya tertawa tak habis-habis.

Terakhir diperbarui pada 22 Oktober 2017 oleh

Tags: akademi militergamparhukumanKekerasanpersekusiTentaraTNI
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Alasan Soeharto tak layak dapat gelar pahlawan, referensi dari buku Mereka Hilang Tak Kembali. MOJOK.CO
Aktual

Buku “Mereka Hilang Tak Kembali”, Menyegarkan Ingatan bahwa Soeharto Tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan, tapi Harus Diadili Mantan Menantunya

1 November 2025
pam swakarsa, militer.MOJOK.CO
Mendalam

Riwayat Pam Swakarsa, Tukang Gebuk Bayaran Tentara yang Berupaya Dihidupkan Kembali. Ancaman Serius bagi Demokrasi

5 September 2025
Pemerintah Tolak Uji Formil UU TNI, Bukti Suara Rakyat Tak Dianggap dan Cuma Fasilitasi Kepentingan Kekuasaan.MOJOK.CO
Aktual

Pemerintah Tolak Uji Formil UU TNI, Bukti Suara Rakyat Tak Dianggap dan Cuma Fasilitasi Kepentingan Kekuasaan

25 Juni 2025
Alumni Unhan RI Jurusan Ekonomi Pertahanan. MOJOK.CO
Kampus

Kuliah di Universitas Pertahanan Memang Menjanjikan, tapi Tugasnya bikin Mahasiswa Kena Mental

28 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.