Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Masyarakat Sepakat Bagus dan Jelek Itu Relatif, tapi Trailer Film Animasi Merah Putih: One For All itu Busuk Banget!

Paksi Raras Alit oleh Paksi Raras Alit
12 Agustus 2025
A A
Animasi Merah Putih: One For All itu Nyatanya Busuk Banget! MOJOK.CO

Ilustrasi Animasi Merah Putih: One For All itu Nyatanya Busuk Banget! (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Bagus dan jelek itu relatif. Sialnya, masyarakat ramai-ramai menilai trailer Merah Putih: One For All itu busuk banget.

Bagus dan jelek itu memang relatif. Tapi kita harus ingat bahwa kadar estetika seni juga bersifat kolektif berdasarkan konsensus masyarakat. Sialnya, masyarakat ramai-ramai menilai trailer Merah Putih: One For All itu busuk banget.

Beberapa hari belakangan ini, netizen dibuat heboh (lebih tepatnya nyinyir) dengan munculnya trailer film animasi berjudul Merah Putih: One For All. Tanpa basa-basi, mereka menyebut kualitas film animasi ini jelek!

Meskipun justifikasi ini tidak bisa dibilang adil, karena filmnya belum tayang, dan netizen juga baru menilainya dari trailer berdurasi dua menitan. Namun, dalam perkembangan pasar sinema hari ini kita sama-sama menyepakati bahwa rilisan trailer adalah representasi dari keseluruhan film yang akan diputar. 

Trailer selalu menjadi ujung tombak promosi sebuah karya sinema. Tim produser menggunakan trailer untuk memancing respons masyarakat akan produk mereka yang akan dijual. Trailer bisa menjadi mekanisme “cek ombak” pasar yang disasar.

Berdasarkan sistem tersebut, maka wajar jika masyarakat (calon konsumen) film melakukan penilaian pada “semacam brosur” produk yang akan mereka beli. Jadi masyarakat juga sudah boleh memberikan komentar terhadap trailer yang dianggap mewakili keseluruhan kualitas film Merah Putih: One For All. 

Tim produksi film juga harus menerima semua komentar dari potongan trailer. Ya karena pola marketing inilah yang mereka bikin sendiri. Warganet sepakat menilai kualitas animasi film Merah Putih: One For All itu jelek

Kita dapat dengan mudah mencari berbagai komentar negatif netizen mengenai film animasi Merah Putih: One For All. Dari keseluruhan riset scrolling pribadi saya di berbagai media sosial, hampir semuanya berkata film ini jelek. 

Meskipun ada beberapa akun netizen yang mencoba sok heroik membela film ini, tapi toh pada kenyataannya cercaan netizen lebih mendominasi. Dalam kasus penilaian trailer ini, masyarakat bersatu (bahkan mungkin buzzer pun tak kuasa melawan kesepakatan ini).

Bagus dan jelek itu memang relatif, tapi estetika juga kolektif

Memang kita bisa ngotot-ngototan memperdebatkan kadar estetika film Merah Putih: One For All. Melalui pendekatan filsafati, kita bahkan bisa menggiring perkara bagus-jelek sebuah karya seni dengan sudut pandang subjektivitas.

Kita bisa saja mengatakan bahwa selera seni itu bersifat individual. Apik di aku, belum tentu apik di kamu. Jelek menurutmu, bisa jadi kebalikannya menurut orang lain. Kadang diskusi mengenai estetika seni sering mentok pada dalil di atas.

Namun, banyak orang yang kadang terlewatkan satu hal lain dalam memperdebatkan karya seni. Bahwa kadar estetika seni itu juga bersifat kolektif.

Kita harus ingat, puncak manfaat seni adalah menjadi perangkat untuk memperindah kemanusiaan dalam peradaban, bukan hanya perseorangan. Dengan begitu, nilai keindahan suatu karya seni akan selalu melekat dengan kesepakatan masyarakat.

Suatu komunitas, dalam ruang dan waktu tertentu, biasanya telah menyepakati mana yang indah dan tidak indah dari sebuah karya seni. Ada konsensus masyarakat sebagai konsumen seni yang tidak bisa dihindari penilaiannya. Dan semua seniman pembuat karya mesti maklum akan hal itu. Meski konsensus itu bisa saja berubah pada tempat dan waktu lainnya.

Iklan

Sialnya, dalam ruang dan waktu hari ini, mayoritas netizen Indonesia sama-sama menyepakati bahwa film animasi Merah Putih: One For All ini buruk. Setidaknya itu yang saya tangkap dari observasi sederhana di ruang media sosial beberapa hari belakangan.

Baca halaman selanjutnya: Nyatanya memang jelek.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2025 oleh

Tags: animasifilm animasi Merah Putih: One For Allfilm Merah Putih: One For AllMerah Putih: One For Alltrailer Merah Putih: One For All
Paksi Raras Alit

Paksi Raras Alit

Seniman dan pegiat aksara Jawa.

Artikel Terkait

Hizkia Subiyantoro (Hizaro), Direktur Eksekutif Craft Animfest yang lahir di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

Mentor Animasi Hizaro, Pemuda Sederhana dari Jogja yang Merawat Industri Animasi di Indonesia seperti “Anak Sendiri”

4 November 2025
Film animasi Merah Putih: One for All menyelamatkan asa mahasiswa Jurusan DKV. MOJOK.CO
Kampus

Sengsaranya Mahasiswa Jurusan DKV: Insecure karena Tak Bisa Gambar, Kini Lebih Percaya Diri Berkat Satu Hal

21 Agustus 2025
Cover film animasi Merah Putih: One for All dihujat animator. Lebih "bagus" dari Demon Slayer. MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Pertama Menonton Merah Putih: One for All, Dibuat “Kagum” Sekaligus Ketagihan

20 Agustus 2025
dana film animasi Merah Putih: One for All lebih baik untuk guru honorer. MOJOK.CO
Aktual

Daripada Dipakai untuk Produksi Film Animasi “Merah Putih: One for All”, Uang Rp6,7 Miliar Bisa Dipakai untuk Menyejahterakan Guru dan Rumah Subsidi

14 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.