MOJOK.CO – Jangankan Al-Fatihah jadi Al-Fatekah ala Jokowi, di Arab sini pada umumnya huruf P itu diganti B. Nggak ada Pizza Huts, adanya Bizza Huts. Puset dah, busing kan?
Jokowi, lagi-lagi jadi perbincangan kaum netijen se-Indonesia. Videonya pada acara pembukaan MTQ Nasional 2018 di Sumatera Utara yang mengucap “Al-Fatekah” jadi viral. Seperti biasa hal tersebut merupakan bahan yang sangat berguna sebagai serangan balik untuk pemerintah yang di atas angin gara-gara friendly fire Bu Ratna Sarumpaet. Eh.
Seolah mendapat angin segar. Kubu ini lalu mengaitkan Al-Fatekah ini dengan kamus-kamus berbahasa arab. Fatekah adalah ism fail alias subyek dari kata fa-ta-ka ternyata artinya pembunuh atau bisa juga penghancur. Woow, so emejing.
Sebetulnya kalau si pembuat cocoklogi macam ini konsisten ya, secara umum nggak ada tuh dialek arab resmi berhuruf vokal “e”. Cuman di kita ini aja yang bilang gitu. Misal nama Nabi Sholih jadi Saleh. Jadi kalau saya ditanya apa arti al-fatekah? Yha nga adaa~
Ala kuli hal. Alhamdulillah saya berkesempatan untuk mencicipi gersangnya kehidupan Timur Tengah saat ini. Dan selama saya wara-wiri di sini, saya temukan tentunya ragam manusia dari berbagai macam etnik dan negara.
Saya punya teman asal Pakistan, dan yang serumpun mirip-mirip mereka. Mahasiswa dari negara-negara tadi punya ciri khas bahwa pengucapan huruf ض itu terdengar seperti huruf ز. Tentunya antum sebagai aktivis Islam tahu tentang Muhammad Zia ul Haq. Apa? Nga tau~?
Yaudah gampangnya dia adalah Presiden Pakistan yang berhasil mengislamisasi Pakistan. Nama beliau mungkin kalau di-arabkan menjadi Dhiyaul Haq pake ض.
Bahkan di Arab sendiri pun ada lahjah alias dialek yang macam-macam rupanya. Kalau ngana termasuk mukimin newbie alias pendatang baru di negara-negara Arab maka dialek Mesir pasti jadi hal yang mungkin bisa dibilang memorable. Mesir emang banyak kirim warganya untuk bekerja di negara-negara teluk. Semisal Saudi, Bahrain, Emirat, Kuwait dan Qatar.
Orang Mesir biasanya mengucap huruf ج dengan “gha”. Misalnya nama Jamal jadi berubah Gamal. Nah tahu kan Gamal Nasser? Aslinya sih namanya Jamal tapi karena urusan dialek jadi Gamal. Makanya ada anekdot kalo Grogol itu orang Mesir yang nyebut pertama kali pas lagi di terminal. جاء رجل yang harusnya dibaca Ja-a Rojul (laki-laki—kenek—itu telah datang) jadi Ga-a Rogul hingga lama-kelamaan jadi Grogol.
Atau huruf ق jadi “a”. Saya dulu sempet bingung ketika salah seorang dosen bilang ke saya begini “ul yabni uuuul”. Kalau dibakukan jadi “qul ya ibni quul” yang artinya “ucapkan anakku ucapkanlahh”. Halah kirain ngomong apa, Pak.
Jadi kalo ente ketemu orang Mesir terus dia nanya jalan dan dia bilangnya “uul uuuul” itu maksudnya tolong bilangin, bukan berarti doi lagi ngatain antum pauuul yaaa?
Ada lagi lahjah-nya atau dialek orang-orang hijaz tapi keknya dah dipakai seluruh kawasan Jazirah Arab. Huruf ق berubah jadi “ga”. Misalnya orang bilang mustaqim maka dia ngomongnya mustagim. Terkait huruf ق yang harusnya dibaca “qo” jadi “ga” ini saya pernah tanya ke dosen bahasa Arab saya yang aseli Arab. Beliau bilang dialek itu fusha alias baku ada dari dulu katanya.
Sebetulnya ada lagi sih lahjah banggali namanya. Wah ini mah mohon maaf ya, kebanyakan dialek ini digunakan oleh para pekerja-pekerja di negara Arab. Ini dialek yang paling buat bervariasinya dunia perbahasa-araban.
Sebetulnya permasalah lahjah ini murni karena kebiasaan. Di Arab pada umumnya tidak mengenal huruf P mereka mengganti P dengan B. Makanya di sini nggak ada Pizza Huts, tapi adanya Bizza Huts.
Juga nggak ada juga yang namanya I-Pad adanya I-Bad serius ini saya denger langsung dari beberapa orang di sini. Mereka juga kesulitan melafalkan nama negara kita In-do-ne-sia. Mereka pasti bilangnya An-du-ni-sia. Bahkan Indomie aja yaa itu mereka nyebutnya An-du-mii.
Lagi pula dalam rekaman video yang viral Pak Jokowi hanya membaca nama surat bukan sedang tilawah ayat Alquran. Apakah Al-Fatihah sudah menjadi bagian dari 6 ribuan ayat di Al-Quran? Oh, tidak. Apakah kata Al-Fatihah juga masuk ke dalam bacaan-bacaan zikir yang dianjurkan untuk dibaca dan diganjar pahala? Sayangnya, tidak. Apakah Anda sudah menonton video Atta Halilintar hari ini? Apalagi itu, tentu saja tidak.
Dan seandainya kamu-kamu itu konsisten dengan kritikan kamu itu. Menganggap Pak Presiden salah membaca dan mengubah arti. Bisakah kritikan itu disampaikan kepada kamu terlebih dahulu?
Misalnya sudahkah kamu membaca kata al-ikhlas dengan al-ikhlaas karena harus panjang loh lam-nya itu kalo ndak bisa mengubah arti. Atau surat An-Naas yang nun-nya juga dibaca panjang, nggak boleh baca “anas” saja. Tuh kan jadi ribet sendiri.
Lagian, sekalipun seorang muslim kesulitan membaca Al-Quran tapi masih mau membaca, Insya Allah masih ada pahalanya. Dalam hadis riwayat Imam Muslim, “Dan barang siapa yang membaca Al-Quran dan ia mendapat kesulitan dalam membacanya baginya dua pahala.”
Masih dapat DUA bro! Tolong, mz editor duanya jangan dihapus, jangan kek paspamres yang sensi amat sama angka dua. Yang ini emang ada hadisnya loh.
Terlepas niat di dalam hati yang kita nggak akan pernah tahu. Siapa saja akan tetap mendapat dua pahala seandainya dia mengaji Al-Quran. Sedangkan saya, kamu, kita ini dapat apa? Sarimi isi dua juga belum tentu ya kan?
Dan terakhir, ini murni masalah dialek jadi kalau substansinya kita semua paham ya seharusnya tidak perlu jadi masalah berkepanjangan.
Sekarang gini gambaran sederhananya, mau kamu bilang I Love You. Pakai dialek Aiy Lop Yu atau Ngai Lop Yu, atau Aylapiu, atau Aiy Lav You, saya tahu bahwa cintamu itu hanya untuk saya ya kan, dek?