7 Hal Mengejutkan yang Bisa Kamu Temui saat Buka-buka Hape Ibumu

7 Hal Mengejutkan yang Bisa Kamu Temui saat Buka-buka Hape Ibumu

7 Hal Mengejutkan yang Bisa Kamu Temui saat Buka-buka Hape Ibumu

MOJOK.COCara termudah untuk tahu bagaimana kebiasaan pengguna hape untuk generasi boomers adalah dengan buka hape ibumu. Izin dulu tapi ya?

Sebagai seorang anak yang (((mencoba berbakti))), beberapa bulan yang lalu, saya lungsuri hape android saya ke Ibu. Senang sekali dia. Soalnya, hape yang blio miliki sebelumnya itu tipe yang sangat humble. Cuma cukup buat aplikasi Fesbuk, itu pun yang versi lite.

Meski hape lungsuran yang saya berikan juga nggak bagus-bagus amat, tetapi sejak saat itu ibu saya mulai instal aplikasi-aplikasi lain selain Fesbuk lite. Wah, ibunya aktif ya, Mas. Hooo, hiyaaa dong.

Akan tetapi, belum sampai sepuluh hari, ibu saya mulai ngeluh. Katanya, batrei hape lungsuran saya itu gampang habis dan ruang penyimpanannya tiba-tiba sudah penuh.

Lagi-lagi, sebagai seorang anak yang berbakti, saya coba benahi masalah-masalah itu. Dan, ini tujuh hal mengejutkan yang saya temukan di hape ibu saya.

 

Tingkat kecerahan layar pol mentok 100 persen

Saya sempat heran kenapa batrei hape ibu saya cepat habis. Maklum, selama saya gunakan, hape saya itu aman-aman saja. Nggak yang tahan lama banget juga sih batreinya, tapi ya nggak cepet habis juga.

Dan begitu saya buka hape ibu saya itu, ada sesuatu yang langsung menyerang mata saya bak cahaya-cahaya hidayah yang didakwahkan artis-artis hijrah.

“Astaghfirullah. Kok terang temen to, Buuuk. Iki sampean gak silau?” tanya saya sambil memicingkan mata melihat layar hape ibu saya.

“Lah, ibuk ini kan wis berumur, yo kalau gak gini ya nggak kelihatan. Makanya kemarin minta adikmu nerangin.”

Akhirnya, demi keselamatan mata ibu saya, saya turunkan kecerahan layarnya.

Satu pelajaran yang bisa didapatkan di sini: selain malah membutakan, cahaya yang dipaksakan dan menyorot secara dadakan ternyata cepat sekali menyedot banyak energi positif. Terutama energi batrei.

Ukuran font segede tulisan ‘Kepak Sayap Kebhinekaan’ di baliho jalan

Selain urusan lampu halogen di layar hape ibu saya itu, hal yang sempet mengejutkan lainnya adalah aplikasi WhatsApp ibu saya. Jadi ceritanya, di lain kesempatan, saya dipanggil Ibu.

“Ini, lho, Le. Ibuk tadi salah kirim chat ke grup. Ini gimana cara hapusnya?” kata ibu saya.

Ketika saya buka hapenya, saya agak kaget ketika menemukan banyak sekali raksasa di layarnya. Ukuran font yang segede gaban itu tidak hanya untuk chat di aplikasi WhatsApp, tapi di seluruh settingan hape. Dan sejujurnya, itu malah agak menyulitkan dibaca untuk saya.

Tapi saya maklum, karena alasan ibu saya juga masuk akal, “Wis to, ibuk ini sudah nggak kelihatan kalau tulisannya kecil-kecil.”

Pelajarannya: itulah kenapa produsen hape juga bikin produk tablet.

Kalau posting di Fesbuk, komen lebih banyak daripada like-nya

Hal yang bikin menarik dari emak-emak kayak ibu saya ini adalah, selain soal motor matic adalah aktivitasnya di media sosial.

Sebelum dapat lungsuran ponsel android dari saya, ibu saya ini bisa dibilang sebagi fesbuker lite sejati. Eh, ralat, fesbuker sejati ding sekarang. Kan hapenya yang sekarang udah kuat instal Fesbuk biasa.

Jadi, setiap punya barang baru, langsung cekrek, posting. Setiap dapat sesuatu, langsung cekrek, posting. Apa aja diposting. Bahkan kalau tulisan ini misalnya nanti dimuat, paling diposting juga sama ibu saya di Fesbuknya.

Nah, uniknya, ketika saya sempat cek hape ibu saya itu dan iseng buka Fesbuknya, notifikasi yang muncul agak aneh. Nggak kayak biasanya. Selalu saja notifikasi orang komen jauh lebih banyak daripada notifikasi orang nge-like. Ibarat yang nge-like nggak sampai 20 orang, tapi yang komen bisa sampai seratusan lebih.

Selidik punya selidik, ternyata ibu saya itu suka balas setiap komen yang nongol di status atau postingan Fesbuknya. Bahkan saya pernah nemu, di kolom komentar Fesbuk ibu saya itu yang terjadi bukan saling komen lagi, tapi udah kayak chat WhatsApp.

Pelajarannya: langkah meningkatkan engagement ternyata bisa dengan cara nge-chat orang lewat kolom komentar Fesbuk.

Tiap subscribe akun YouTube, lonceng selalu diaktifkan

Selain jadi fesbuker sejati, ibu saya biasa menghabiskan waktunya untuk nonton YouTube. Yang ditonton pun cukup random ya untuk pengguna YouTube sesepuh blio. Macam-macam.

Kadang ibu saya suka nonton video-video masak, di lain kesempatan video kucing jatuh atau kucing goblok, sampai video tutorial cara bikin obat asam urat. Iya, video bikin obat. Obat asam urat lagi.

Wah, wah, jadi YouTuber nggak, jadi ahli farmasi tahu-tahu ibu saya nih.

Namun, segala keasyikan itu bakal remuk redam kalau ibu saya sudah mulai mengeluhkan soal aplikasi YouTube-nya ke saya.

“Ini ada apa sih, Le? Kok, tiap beberapa menit ada bunyi ‘cengklang-cengklung’? Ganggu aja,” kata ibu saya sambil kasih hape.

Ternyata, ibu saya selalu mengaktifkan setiap tanda notifikasi di tiap video YouTube yang dia tonton. Howalah, pantes.

Pelajarannya: klik banyak lonceng notifikasi di YouTube sangat berguna kalau kamu ingin terlihat sibuk. Apalagi kalau notifikasinya kasih ringtone khusus. Dikit-dikit bunyi, dikit-dikit bunyi. 

Riwayat aplikasi nggak pernah ditutup

Saya tidak tahu ini jenis kebiasaan apa, tapi ibu saya adalah pengguna hape yang paling males kalau nutup riwayat aplikasi. Bahkan saya sampai bosan membersihkannya. Setiap saya bilangin, ibu saya selalu bilang, “Lupa, hehe.”

Kalau satu atau cuma dua riwayat aplikasi sih mending, lah kalau kayak ibu saya itu kadang kebangetan. Pernah saya nemuin 21 riwayat aplikasi di hapenya. Kalau RAM hapenya di atas 8 GB sih nggak masalah, lah kalau hape kentang RAM cuma 1 atau 2 GB? Itu namanya penyiksaan smartphone, Buuuk!

Apa orang-orang kayak gitu nggak tahu ya? Kalau ada riwayat azab bagi orang yang tidak pernah menutup riwayat aplikasi di hape RAM di bawah 1 GB zaman dulu, matinya konon disiksa pakai panas power supply lho.

Pelajarannya: produsen hape selalu berupaya meningkatan kapasitas RAM tiap tahun itu buat mengantisipasi pengguna kayak ibu saya.

Aplikasi tak dikenal muncul di mana-mana

Masalah berikutnya di hape ibu saya, munculnya aplikasi-aplikasi nggak jelas. Bahkan bukan cuma saya, tapi ibu saya yang punya hapenya saja juga bingung.

“Perasaan, ibuk nggak pernah instal-instal aplikasi itu.”

Akhirnya, saya interogasi ibu saya, “Sebelumnya buka apa?”

Lagi, lagi, dan lagi dengan kalemnya ibu saya menjawab, “Ya itu masalahnya, ibuk juga nggak tahu. Kalau sebelumnya, sih, ibu cuma buka-buka YouTube aja.”

“Terus?” tanya saya lagi.

“Ya udah, paling kalau ada iklan, ya ibu pencet ‘OKE’ aja biar cepet,” jawabnya lagi.

Howalah pantes. Tiap ibu saya mencet itu, ternyata itu iklan untuk download aplikasi.

Pelajarannya: logo “X” tersembunyi di iklan-iklan android itu ternyata digunakan untuk mengincar pengguna kayak ibu saya.

Ada banyak foto nggak sengaja

Ada pepatah bilang: laki-laki menghabiskan memori hape di galeri karena banyak menyimpan video, sedangkan perempuan menghabiskan memori hape di galeri karena banyak menyimpan foto.

Yak, dan itu terjadi pada ibu saya.

Saya bisa paham, kalau ibu saya suka selfie buanyak. Nggak apa-apa kok. Bebas. Cuma masalahnya, foto itu juga berjalin berkelindan dengan foto buram, gelap, nggak fokus, foto taplak meja, foto toples, foto ubin, foto asbes, foto langit-langit, foto rumput, foto daun, foto di dalem saku, dan lain-lain.

Pelajarannya: mungkin ibu saya punya bakat jadi fotografer khusus untuk tema abstrak, cuma blio ini salah zaman dan salah teknologi aja.


BACA JUGA Menjadi Renyah dengan Tebak-tebakan ala Bapak-bapak Bagian Pengantar atau tulisan ESAI lainnya.

Exit mobile version