Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

7 Hal Ini Bisa Bikin Kamu Mikir Ulang kalau Mau Jadi Pramugari

Apri Arini oleh Apri Arini
13 Oktober 2020
A A
7 Hal Ini Bisa Bikin Kamu Mikir Ulang kalau Mau Jadi Pramugari

7 Hal Ini Bisa Bikin Kamu Mikir Ulang kalau Mau Jadi Pramugari

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Di balik citranya yang keren, pekerjaan menjadi pramugari ini pun punya tingkat stresnya sendiri. Bahkan kadang lebih parah ketimbang pekerjaan lainnya.

“Kamu sih enak. Gajinya gede, kerjanya cuma senyam-senyum, bobo di hotel, jalan-jalan keliling dunia. Belum lagi kalau beruntung dapet eksmud (eksekutif muda) atau simpanan pejabat. Ups!”

Itu adalah celotehan dari suara baskom kalau dikasih bibir yang nyerocos ketika mengomentari seorang pramugari kayak saya.

Hal yang bikin saya bertanya-tanya, pernah nggak para baskom itu berpikir kalau di balik kehidupan yang terlihat mentereng nan indah di akun Instagram itu, seorang pramugari atau awak kabin ini sebenarnya mengorbankan banyak hal. Dan Seperti profesi lain di dunia, menjadi pramugari itu juga ada masalah-masalah kerjaan yang bisa bikin stres pula.

Mulai dari hal mengerikan, menyebalkan, sampai hal melecehkan. Itu semua pernah saya icip-icip sebagai kenangan hidup. Nah, kebetulan saya akan melaminating secuil kenangan tersebut. Semoga bisa membuatmu berpikir ulang, bahwa jadi pramugari itu juga pekerjaan, bukan untuk liburan.

1) Tetap on meski mata digayut batu satu ton

Untuk mereka yang hanya naik pesawat sebulan sekali atau seminggu sekali dengan penerbangan paling pagi, mungkin tak masalah jika sesekali harus bangun pada waktu-waktu maling beraksi. Terlebih sampai di pesawat bisa ngelanjutin mimpi yang sempat terputus tadi.

Sebagai pramugari atau awak kabin pada umumnya, hal itu harus dinikmati hampir setiap hari. Untuk penerbangan pukul empat pagi, biasanya harus bangun pukul satu malam untuk mandi dan berdandan biar on.

Muka bantal mata balon, tetap tersenyum demi kenyamanan perjalanan Anda. Meski sebenarnya udah tidur barang beberapa jam, tapi rasanya kayak habis begadang aja.

Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya.

Begadang boleh sajaaaa, kalau ada jadwal terbangnya.

2) Berjumpa berbagai macam aroma dan wujudnya

Jika Anda pernah mabuk perjalanan, Anda pasti paham siapa yang akan dengan tulus dan ikhlas membersihkan muntahan Anda jika perjalanan masih panjang. Atau mungkin beberapa orang yang masih belum paham menggunakan toilet, bahkan khawatir pesawat jatuh karena salah tekan tombol flush-nya. Tak apa, ada awak kabin di sini bersedia nge-flush hajat Anda.

Plus dengan berbagai aroma dan wujudnya yang kadang masih menggelayut di kepala saya.

3) Awak kabin harus selalu siap salah

Jika Anda laki-laki penganut mazhab perempuan selalu benar, maka di pesawat adalah kesempatan Anda untuk membalikkan kredo itu. Misalnya, ketika pesawat mengalami keterlambatan salahkan saja pramugarinya.

Tak perlu paham bahwa awak kabin itu cuma melayani penumpang. Urusan penentuan jadi berangkat atau tidak bukan di tangan kami. Bahkan, sering kali penyebab keterlambatan pesawat itu justru demi keselamatan dan keamanan penumpang. Contohnya karena memperbaiki masalah teknis atau ada masalah dengan cuaca.

Iklan

Percayalah, diomeli karena delay adalah kesedihan yang paling sering disembunyikan awak kabin. Sebab harus kami yang pertama menanggung omelan para penumpang itu semua.

4) Berhadapan dengan penumpang yang bandel

Tipe penumpang yang beragam membuat awak kabin menghadapi kebandelan yang beragam pula. Tak jarang penumpang malu saat ditegur hingga memilih berkilah dan marah untuk menutupi rasa malunya. Ini hal yang sering terjadi.

Terutama kalau masalah telepon genggam, semua bisa jadi hal menegangkan ketika di dalam kabin pesawat. Tidak jarang penumpang yang masih memakai telepon marah ketika saya tegur.

“Saya orang penting! Banyak urusan! Kamu tidak tahu saya sedang sibuk?”

Percayalah, saya pribadi pernah menerima pernyataan seperti itu. Padahal kalau kenapa-kenapa justru kita semua yang sibuk.

Itu baru satu masalah, belum lagi masalah penggunaan sabuk pengaman, sandaran kursi, penutup jendela, sandaran tempat duduk, bagasi kabin, penggunaan headset dan kamera, serta masih banyak lagi kebandelan yang membuat awak kabin harus tetap menekan suaranya dalam keadaan tenang dan ramah.

Kadang-kadang ketika kesabaran sudah mulai luntur dan kemarahan sudah ada di ubun-ubun, saya sering membayangkan, “Huft, andai saja mereka yang sulit diajak bekerja sama itu bisa dihukum disuruh duduk di sayap pesawat sepanjang perjalanan.”

5) Lingkungan memaksa mengubah gaya hidup

Menjadi pramugari memang mendapat citra “wah” dari teman-teman sendiri. Hal ini sering kali bikin gaya hidup kita jadi harus mengikuti. Dan itu kadang menjadi sulit, terutama buat Anda yang bukan dari golongan sosialita, alias dari kelompok sederhana kayak saya.

Pada saat perut lapar menunggu jadwal keberangkatan, sulit sekali cari warteg di area bandara, pada akhirnya mau tak mau harus beli makanan di resto dalam bandara. Dengan harga yang tentu saja muahaaal banget.

Iya, memang nggak masalah kalau sekali-sekali begitu. Tapi kadang-kadang situasinya mengharuskan kita membeli makanan di dalam bandara itu berkali-kali. Saya yakinkan untuk Anda, pengeluaran beli makanan di dalam bandara berkali-kali itu beneran setara untuk beli batako, pasir, dan semen buat bangun rumah.

Itu pun baru makan siang di bandara, belum dengan makan malam kalau menginap di luar base. Cemilan buat di pesawat, jalan ke sana-kemari tapi bukan mencari alamat, tiap ketemu mal langsung masuk tanpa pikir panjang.

Lantas menjelajahi kota-kota tujuan, dan malah membeli barang-barang yang sebetulnya tidak penting-penting amat, hanya karena ajakan teman satu “kantor”. Sampai akhirnya menyadari kalau kerjaan yang dijalani itu justru kadang malah mengeluarkan banyak sekali biaya.

6) Siap mati demi pekerjaan

Sungguh, pernahkah Anda tahu bahwa setiap lepas landas dan mendarat para awak kabih dibekali pesan dengan istilah “one minute silent review”. Berdiam diri selama satu menit saat duduk di jump seat lalu memikirkan segala kemungkinan yang terjadi dan hal apa yang harus dilakukan terkait dengan situasi tersebut.

Agak mengerikan jika secara blak-blakan dikatakan bahwa pramugari memang disiapkan untuk menghadapi kematian. Pramugari harus selalu siap mati di setiap sedang menjalani pekerjaannya.

Memang jika dibandingkan dengan transportasi darat, tingkat kecelakaan transportasi udara hanya mencakup 1% risiko dan 99% keamanan. Namun ketika satu persen itu terjadi, tak ada yang bisa menjamin keselamatan nasib kami selanjutnya.

Maka dari itu, tolong dipahami poin keempat tadi bagi penumpang. Plis, jangan bandel. Mari kita, dari awak kabin dan penumpang, saling kerja sama dengan baik agar sama-sama tetap hidup dan tetap bernyawa saat pulang ke rumah.

7) Pelecehan

Tentu ini tergantung pada bagaimana Anda menafsirkan kata “pelecehan” di sini. Apakah harus secara fisik atau pelecehan lebih ke arah psikologis seperti catcalling? Yang jelas semua itu dari sisi korban sama-sama aja terasa pelecehannya. Sama aja menyakitkannya.

Lucunya, saya kadang tak habis pikir, kenapa kalau pramugari mendapatkan hal itu malah sering dianggap hal lumrah? Apa ini karena profesi kami adalah melayani penumpang? Jadi risiko itu dianggap biasa-biasa saja?

Pelecehan bagi seorang pramugari itu bahkan terjadi dalam dua aspek. Di atas, ketika di dalam kabin pesawat, dan di bawah saat turun dari pesawat. Di atas pesawat risiko itu ada, ketika ketemu penumpang-penumpang kurang ajar yang merasa dengan memiliki uang bisa memiliki segalanya, misalnya.

Berikutnya, yang kedua, pelecehan saat mendarat dan bertemu dengan teman-teman di luar profesi pramugari. Tudingan yang melecehkan seperti pernyataan di awal tulisan ini tadi sering ada. Kaya pertanyaan, “Kamu simpanan eksmud ya?” itu benar-benar tudingan menyakitkan ulu hati sih.

Sebuah pertanyaan yang lebih ke arah pelecehan ini sebenarnya, masih sering kami terima. Bahkan pandangan masyarakat umum pun belum berubah dari seputar citra negatif menjadi seorang pramugari.

Ini barangkali terkait pada penampilan dan sikap ramah kami ke setiap penumpang yang sering disalahartikan. Kalau ke laki-laki dianggap kasih perhatian berlebihan, dari sesama perempuan dianggap coba menarik perhatian.

Yah, harus diakui, inilah hal yang paling bikin risih dan meresahkan bagi seorang pramugari. Termasuk saya yang akhirnya memilih berhenti jadi pramugari dan kini lebih memilih mengajar di salah satu sekolah penerbangan di kota saya.

Sambil terus berharap, bagaimana profesi pramugari tidak dicitrakan sebagai profesi yang hanya mengandalkan wajah cantik dan penampilan yang menarik saja. Sehingga di balik glamornya profesi ini, masih aja ada berkeliaran sentimen negatif yang sering bikin saya emosi.

BACA JUGA 5 Penderitaan Pria yang Punya Pacar Pramugari.

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2023 oleh

Tags: awak kabinpelecehanpesawatpramugari
Apri Arini

Apri Arini

Pernah berkerja di salah satu perusahaan penerbangan swasta di Indonesia.

Artikel Terkait

Tips packing barang agar tidak over bagasi, termasuk saat naik pesawat MOJOK.CO
Kilas

Cara Packing Barang agar Nggak Over Bagasi, Salah Satunya saat Naik Pesawat

21 November 2025
naik pesawat, pengalaman pertama naik pesawat.co
Ragam

Pengalaman Pertama Naik Pesawat: Sok Berani padahal Takut Ketinggian, Berujung Malu dan Jadi Aib Tongkrongan

16 Juni 2025
Wings Air 22 Tahun Mengudara: Jangkau Pelosok Negeri hingga Torehkan Prestasi Jadi Operator ATR 72 Terbesar di Dunia
Kilas

Wings Air 22 Tahun Mengudara: Jangkau Pelosok Negeri hingga Torehkan Prestasi Jadi Operator ATR 72 Terbesar di Dunia

24 April 2025
Siasat Dapat Tiket Pesawat Murah dari Samarinda ke Aceh MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Naik Pesawat ke Aceh Cuma Rp2 Juta dari Tiket Asli Rp5 Juta, “Bonus” Kunjungi 2 Negara meski Harus Tidur di Lantai Bandara

25 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.