Tanya: Salam kenal. Sebut saja saya Mukidin. Langsung ke curhatan saja ya.
Saya sedang patah hati dan patah semuanya. Kekasih saya memilih pria lain untuk menikahinya. Entah apa alasannya sampai bisa mengambil keputusan sepihak seperti itu tanpa mempertimbangkan hubungan kami yang sudah berusia hampir tiga tahun.
Semua berawal ketika ponsel saya rusak setelah jatuh dari sepeda motor. Saya sudah memberi tahu ke semua orang, termasuk kekasih saya, saya mungkin tidak bisa dihubungi untuk sementara waktu. Akhirnya saya menabung sedikit demi sedikit dari upah saya bekerja menjadi pelayan di warung kaki lima. Selama dua bulan kurang saya menabung dan akhirnya saya bisa membeli ponsel baru, bukannya layanan registrasi yang masuk ke ponsel baru saya, melainkan pesan buruk tentang kekasih saya yang sudah dilamar orang.
Saya mencoba mengklarifikasi informasi tersebut. Saya menelepon kekasih saya dan tidak ada jawaban apa pun. Rupanya dia memblokir semua jalur komunikasi yang berkaitan dengan saya. Untung saya memiliki kontak saudara laki-lakinya. Saya langsung menghubunginya. Saya berbincang lama dengannya dan menanyakan semuanya. Dengan nada menyesal dan tidak enak hati, kakaknya meminta maaf yang sedalam-dalamnya. Malah saya yang jadi merasa tidak enak hati dengannya.
Saya sempat depresi selama satu minggu dan menyalahkan semua kondisi yang ada. Tepat di hari ke delapan, Pak Dukuh di kampung kekasih saya menelepon saya. Kenapa Pak Dukuh harus terlibat? Karena Pak Dukuh adalah orang pertama yang saya temui ketika saya hendak bermain atau sekadar bersilaturahmi ke rumah kekasih saya.
“Kamu yang sabar,” begitu pesan Pak Dukuh dengan nada sedih setelah saya menjelaskan semuanya. Apakah karena komunikasi yang sempat terputus selama beberapa bulan hingga dia akhirnya memutuskan segalanya dan untuk selamanya?
“Oh, nggih, Pak,” jawab saya pura-pura tegar dan kuat.
“Dua hari lagi dia menikah. Saya harap sampean bisa datang ke acaranya. Bukan sekadar untuk mengucapkan selamat kepadanya, namun yang paling penting, sampean sudah saya anggap sebagai warga saya. Putus cinta dengannya tidak membuat putus kekeluargaan dengan masyarakat sini,” ujar Pak Dukuh.
Kira-kira, saya perlu nggak datang ke pernikahannya? Kalau iya harus datang, rasionalkah saya datang sementara yang punya hajat tidak mengundang saya? Terus apa yang harus saya perbuat jikalau datang menemuinya? Perlukah saya meminta penjelasan kepadanya sekadar untuk mengobati keganjilan selama ini, sementara dia sudah menjadi milik orang lain?
Mohon pencerahannya. Terima kasih.
Jawab: Hai, Mukidin! Langsung aja ya. Inti dari masalah asmara Anda ini, sebagaimana yang karjo baca, Anda berpikir jangan-jangan gara-gara Anda tidak menghubungi kekasih Anda selama dua bulan ketika ponsel rusak, kekasih Anda memutuskan untuk menikahi pria lain. Dua bulan tanpa komunikasi dan semuanya berakhir.
Ada banyak kemungkinan mengapa seseorang meninggalkan kekasihnya dan lebih memilih orang lain. Yang bisa menjawab hal ini tentu saja mantan kekasih Anda. Tapi kembali lagi, apa Anda sebegitu pengin tahunya kenapa dia meninggalkan Anda?
Kalau terus Anda ahu penyebabnya, apakah itu bisa mengubah keadaan? Kalau Anda pikir penting mengetahui penyebab mengapa kekasih Anda memilih menikahi orang lain, ya silakan saja tanyakan kepada yang bersangkutan. Tapi, kalau Anda pikir itu nggak penting-penting amat, ya sudah, tidak perlu ditanyakan. Lanjutkan hidup. Dekati orang lain. Carilah kebahagiaan sendiri.
Perlukah Anda datang ke pernikahan mantan sementara Anda tidak diundang? Ayolah, Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya. Anda hanya tidak mau menerima jawaban itu. Saran Karjo, sebaiknya jangan datang.
Bukan apa-apa, ini juga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Itu hajatan orang. Jangan sampai jadi kacau cuma gara-gara Anda ingin meminta kejelasan. Kalau ingin meminta kejelasan, ya silakan buat janji bertemu. Atau hubungi keluarganya, dalam hal ini kakak mantan kekasih Anda. Kalaupun akhirnya mantan kekasih Anda tidak mau memberi penjelasan, ya sudah. Tidak usah memaksa. Anggap saja memang semuanya harus berakhir seperti itu. Tidak perlu (terlalu) diratapi.
Semoga Anda bisa menemukan penggantinya. Itu ponsel barunya dipakai dooong. Hhe hhe.
Anda dilanda masalah cinta? Punya problem dengan fenomena panjat sosial? Pusing menghadapi tekanan society? Atau butuh teman diskusi tentang rencana bisnis lele? Karjo, psikolog Mojok yang bukan insan tapi seekor sapi siap menampung, menjawab, dan memberi pencerahan untuk masalah-masalah Anda. Caranya, silakan kirimkan curhat dan cerita Anda ke [email protected] dengan subjek Curhat Mojok. Curhat terpilih akan dijawab dan ditayangkan di Mojok.co.