Tanya
Halo, Mbak atau Mas Redaktur Curhat Mojok.
Perkenalkan, namaku Marlina. Teman-temanku sering memanggilku Mar. Aku mau curhat dong. Akhir-akhir ini aku lagi banyak kerjaan, entah itu kerjaan dari kantor yang rampung satu tumbuh seribu maupun pekerjaan rumah tangga. Mulai dari nyapuin rambut rontok, nyuci baju, sampai nguras akuarium. Rasanya ingin meng-hire asisten rumah tangga tapi sedetik kemudian aku nyadar kalau duit masih pas-pasan untuk menghidupi diri sendiri, bahkan untuk makan saja harus dirapel dari pagi sampai sore. Huhu.
Selain itu aku juga merasa kalau hidup ini tidak adil. Aku merasa hanya diriku yang merasa paling susah karena orang-orang di luar sana terlihat sangat damai dan ena-ena dengan kehidupannya. Ada yang sudah punya rumah, ada yang sudah punya body goals, ada yang sudah sukses bikin start up, dll.
Aku yang merasa paling susah kenapa mereka yang ena-enaa? :((( Dunia ini sungguh tidak adiiil.
Iya, iyaaa, aku tahu mereka juga punya perjuangannya sendiri. Tapi inilah satu-satunya cara self love-ku untuk merasa punya kelebihan. Dengan melihat sisi kelebihan yang kita punya, seharusnya kita bisa moving forward dan mengembangkannya untuk bisa mendapat keuntungan a.k.a duit, kan?
Nah, dengan merasa jadi orang paling susah, aku merasa punya privilege untuk susah mendapat akses informasi dan susah untuk meningkatkan softskill. Biasanya kalau sudah begini, aku melampiaskannya dengan rebahan, biar ngga kepikiran macem-macem dan lebih menikmati hidup.
Tapi lama-kelamaan aku malah mengklaim diri sendiri sebagai kaum rebahan. Tapi juga tetap pengin kaya. Tapi pengin rebahan :(( azab macam apa iniii.
Oh ya aku hampir lupa, Mbak atau Mas redaktur juga harus tahu, setiap aku nyurhatin hal ini ke orang lain, pasti dianggap pemalas lah, kurang usaha lah. Padahal aku selalu menyempatkan diri mengeksplorasi hardskill apa saja yang bisa dilakukan saat rebahan. Misalnya, menahan nafas terlama pas tengkurep sambil menunggu Go-Food datang. Kapan gitu aku juga pernah melatih posisi lilin di kasur sambil scrolling thread twitter sampai ke komen-komennya.
Yang mau aku tanyakan, apakah kebiasaanku ini ada prospek baik buat aku? Atau mungkin Mbak atau Mas-nya ada tips lain yang bisa membantu? Mohon pencerahannya.
Jawab
Halo, Mar. Terima kasih ya sudah mau berbagi cerita dan keluh kesahmu dengan Mojok.
Dari ceritamu, saya melihat kamu punya beban pekerjaan yang cukup banyak ya. Tapi itulah fungsi pekerjaan, bukan? Kalau misal rampung satu, kemudian tidak tumbuh apa-apa, maka apa guna perusahaan itu meng-hire kamu?
Sebenernya kamu sudah memiliki segala-galanya tapi kamu saja yang tidak bersyuk… eh, bentar, biasanya jika saya dicurhatin, ujung-ujungnya saya hanya menyarankan teman saya untuk lebih bersyukur dengan mencatat hal-hal yang bisa kamu syukuri dalam satu hari, melakukan meditasi untuk menenangkan pikiran agar menjaga energi positif dalam tubuh, banyak-banyak mencari referensi untuk mengetahui diri lebih baik, tapi di sini saya malah melihat peluang bisnis visioner berdasarkan kegiatan rebahan yang sudah kamu sebut tadi.
Setelah melihat banyak fenomena yang berhubungan dengan teknologi, saya jadi tau banyak ide-ide inovatif yang muncul atas asas kemageran, seperti Go-Food yang sudah sempat kamu singgung. Saya rasa ini hanyalah tentang melihat peluang, Mar.
Dari ceritamu, saya melihat kamu sudah punya modal percaya diri nih. Kamu sudah mengenali minat diri sendiri dengan mengeksplorasi hal-hal yang kamu suka, dan menurut saya, kelebihanmu bukanlah dengan menjadi “seseorang yang paling susah di dunia ini”, melainkan “seseorang yang paling suka rebahan di dunia ini”.
Apakah kamu tahu, di luar sana ada profesi khusus untuk mencoba kelayakan sebuah kasur sebelum dipasarkan? Nah, sebelum nyemplung ke dunia profesional, mungkin kamu bisa melatih diri sendiri terlebih dahulu dengan mulai me-review tempat rebahan yang sudah pernah kamu coba. Mulai dari kasur kos-kosan, kasur rumah, sofa kantor, hingga sajadah masjid.
Ide ini bisa saja bodoh, nirfaedah, tanpa nilai edukasi. Namun apa bedanya dengan ide menggerebek rumah orang? Me-review squishy? Kalau bisa menanyakan motif apa yang mendorong (((content creator))) membuat konten tersebut, jawabannya mungkin karena iseng alias mereka hanya melakukan yang mereka sukai saja.
Terkesan mudah dan sepele, tapi kalau dilakukan terus-menerus sepenuh hati, peluang kerja sama bisnis bisa terendus keberadaannya.
Jika boleh, saya ingin mengajak kamu membayangkan jika suatu hari nanti pekerjaan tetap kamu beralih menjadi pekerjaan sampingan, lalu kamu mengganti bio media sosialmu dengan “Rebahan Fulltimer”. Keren banget, kan? Kemudian nanti kamu bisa melopori SJW Rebahan dengan membela hak-hak yang tidak terpenuhi seperti pemotongan waktu tidur para anggota DPR, atau membuat gerakan tidur siang untuk pelajar agar otaknya tidak melepuh karena KBM yang mereka hadapi dari pukul 07.00 hingga 16.00.
Pokoknya banyak deh hal-hal yang bisa dilakukan dengan dorongan iseng.
Nah, biar tetap biar kayak konsultasi curhat beneran, saya akan memberi (((nasihat)) ke kamu nih. Kamu boleh menekuni kegiatan atau bidang apa pun yang kamu sukai, tapi jangan lupa bahwa kamu masih hidup dengan orang lain alias jangan sampai kegiatan rebahanmu bisa merugikan orang lain.
Selain itu kalau kamu merasa kalau hidup ini tidak adil karena orang-orang di luar sana terlihat damai dan ena-ena dengan kehidupannya, bukankah kita semua juga begitu? Kamu sendiri juga sedang berjuang untuk bisa terlihat baik-baik saja dari luar, kan?
Orang-orang hanya memperlihatkan sisi ena kehidupannya bukan untuk membuat orang-orang sepertimu merasa iri dan dengki, siapa tahu itu adalah cara self love mereka. Jadi begitu ya, Marlina, semoga bisa cukup membantu. Saya mau lanjut rebahan dulu.
Salam hangat,
Lala, ilustrator Mojok
Punya masalah asmara, kehidupan, dan pekerjaan yang bisa dibagikan dan butuh solusi? Mojok siap menjawab keluhan Anda dengan cara yang Mojok banget. Kirimkan curhat Anda ke [email protected] dengan subjek “CURHAT MOJOK”.
BACA JUGA Membenci Mantannya Pacar yang Masih Suka Ganggu Kayak Kurang Kerjaan atau artikel rubrik CURHAT lainnya.