MOJOK.CO – Takdir Cristiano Ronaldo dan Pep Guardiola nampaknya akan saling berkelindan. Semua bergantung kepada sikap Juventus dan Manchester City.
Antara pukul 02.30 dini hari hingga 05.30 pada Kamis, 26 Agustus 2021, dua kabar yang agak mengejutkan saling susul. Pertama, Cristiano Ronaldo dikabarkan ingin meninggalkan Juventus. Sementara itu, Pep Guardiola memberi semacam early warning bahwa dirinya akan tinggalkan Manchester City pada 2023 nanti.
Sebetulnya, sejak awal Agustus 2021, saya sudah mendengar kabar tentang kemungkinan hengkangnya Cristiano Ronaldo. Selepas Euro 2020, kabar itu sudah mulai tercium. Hanya, saya tidak membayangkan dirinya sendiri yang menyatakan niat tersebut.
Dalam bayangan saya, ada satu atau dua klub kaya yang tertarik menikmati masa-masa akhir karier Cristiano Ronaldo. Setelah itu, terjadi tarik-menarik, diskusi yang panas antara klub peminat dan manajemen Juventus. Nyatanya, mantan pemain Real Madrid itu sendiri yang bilang ingin pergi. Yah, setidaknya itu yang saya dengar dari berbagai media.
Konon, harga jual Cristiano Ronaldo “hanya” 30 juta euro. Masalahnya, permintaan gaji yang tinggi dari sang pemain bikin peminatnya tidak banyak. Sampai saat ini, yang dikabarkan tertarik hanya Manchester City.
Lucunya, peminat Ronaldo adalah Manchester City, klub yang dilatih Pep Guardiola. Pelatih yang sudah memberi peringatan bahwa perpisahan sudah di depan mata.
Manchester City sebenarnya punya target utama, yaitu Harry Kane. Namun sayang, harga yang dipatok Tottenham Hotspur terlalu tinggi. Kane sendiri menegaskan dirinya akan bertahan bersama Spurs, setidaknya untuk musim ini. Oleh sebab itu, City membidik pemain lain.
Sampai tulisan ini dibuat, Manchester City hanya mampu memenuhi separuh dari permintaan gaji Ronaldo. Bahkan City sendiri enggan membayar biaya transfer. Pada titik ini terjadi kebuntuan.
Kontrak Cristiano Ronaldo bersama Juventus memang masih menyisakan satu tahun. Artinya, jika ingin segera menikmati servis striker berusia 36 tahun itu, City harus membayar biaya transfer. Kalau mau gratisan, tentu harus menunggu tahun depan. Namun, karena pihak Ronaldo sendiri yang menegaskan dirinya ingin pergi, City jadi punya daya tawar lebih kuat atas Juventus.
Juventus tidak akan menghalangi niat sang pemain, sementara Ronaldo dan agennya ingin hengkang ke City. Oleh sebab itu, berada dalam posisi “diinginkan”, City menjadi lebih leluasa menentukan klausul dalam aksi bisnis ini. City bisa memberi solusi bagi Juventus untuk mengurangi beban gaji, sementara Ronaldo akhirnya hengkang.
Dalam beberapa jam ke depan, bukan tidak mungkin, Juventus dan Cristiano Ronaldo mencapai sebuah kesepatakan. Yang saya maksud adalah pemutusan kontrak antara dua pihak untuk memuluskan transfer. Jika itu yang terjadi, City bisa mendapatkan Ronaldo secara gratis. Juventus bukannya tidak untung, meski tidak mendapat sepeser pun. Mengurangi beban gaji dalam jumlah besar juga penting untuk keuangan klub.
Juventus memang masih bisa dapat cuan dari penjualan Ronaldo. Mereka tinggal menahan diri tidak membebaskan sang pemain dari kontrak. Namun, dalam hitungan jam ke depan, manajemen Juve harus bisa mencapai kata sepakat dengan klub lain, yang bersedia membayar transfer. Mengingat jendela transfer musim panas sudah akan bubaran.
Masalanya ada dua. Pertama, tidak banyak klub di luar sana yang mampu membayar gaji Ronaldo. Kedua, sang pemain dan agennya mengindikasikan hanya ingin hengkang ke City.
Solusi lainnya adalah lewat mekanisme pertukaran pemain. Saat ini, tengah beredar kabar juga tentang wacana tersebut. Juve mengirim Ronaldo ke City, sementara City memberikan Bernardo Silva. Kebetulan, Bernardo Silva memang ingin pergi. Banyak yang berpendapat bahwa wacana ini yang paling memungkinkan untuk terjadi.
Yah, biarlah masalah itu jadi sumber sakit kepala manajemen Juventus, Manchester City, dan agen Ronaldo. Yang saya rasakan saat ini adalah setitik rasa ironi antara Cristiano Ronaldo dan Pep Guardiola.
Kita tahu, Pep Guardiola berada di antara rivalitas abadi Ronaldo dan Lionel Messi. Kalau bicara Messi, nama Pep Guardiola tidak mungkin tidak disebut. Keduanya disatukan oleh panggung takdir bernama Barcelona, rival abadi Real Madrid. Selama hampir satu dekade, nama Madrid menempel lekat ke nama Cristiano Ronaldo.
Dulu, akan sangat sulit membayangkan Ronaldo dilatih Pep Guardiola. Selain ada pemisah bernama sejarah rivalitas, cara bermain Ronaldo dianggap tidak cocok dengan gaya melatih Pep Guardiola. Apalagi kita tahu kalau Pep Guardiola tidak suka dengan pemain dengan ego setinggi gunung. Mereka yang “tidak tunduk”, bakal segera ditendang.
Saya jadi membayangkan. Apa yang akan fans Barcelona dan Messi rasakan ketika Cristiano Ronaldo dan Pep Guardiola bersatu? Apakah rasa kecewa karena Guardiola hanya cocok disematkan ke nama Messi dalam konteks rivalitas pemain terbaik di dunia?
Jangan salah, sebelum menerima pinangan PSG, nama Messi erat dihubungkan dengan kepindahan ke Manchester City. Narasi reuni menjadi tema tulisan yang saat itu begitu seksi untuk ditulis.
Bahkan ada setitik rasa kecewa dari Pep Guardiola ketika Messi tidak memperpanjang kontrak bersama Barcelona lalu memilih PSG. Masalahnya, City sudah kadung membeli Jack Grealish dengan harga mahal. Tidak hanya itu, City juga memberikan nomor punggu 10 kepada Grealish.
Seperti ada rasa sesal berbunyi: “Kenapa Messi tidak bilang sejak dulu. tahu begitu, kita batal beli Grealish dan bawa Messi ke Inggris.”
Seiring jalannya waktu, yang berpeluang mendampingi Pep Guardiola di tahun-tahun akhir bersama City justru Cristiano Ronaldo, bukan Messi. Ironis sekali, meski drama ini sungguh seru untuk dinikmati.
Jika keduanya memang benar bersatu, di pertengahan 2023 nanti, akan ada rasa haru yang lebih membuncah. Mengingat usianya sudah 36 tahun, bukan tidak mungkin Ronaldo akan pensiun di usia 38 tahun. Dua tahun lagi, durasi yang sama seperti tawaran masa kerja City kepada sang pemain.
Dua tahun lagi, Pep Guardiola juga akan mengucapkan selamat tinggal kepada kompetisi antar-klub. Pelatih asal Spanyol itu ingin merasakan tantangan baru dengan melatih negara. Dia ingin merasakan gairah Piala Eropa, Copa America, atau Piala Dunia sebagai pelatih.
Masa-masa akhir legenda sepak bola diwarnai dengan kolaborasi dengan salah satu pelatih terbaik yang pernah ada. Kisah mereka yang singkat bisa diakhiri dengan tangis haru kejayaan. Setelah itu, keduanya akan berpisah, pergi ke arah berbeda, tapi membawa kenangan manis bersama.
Sungguh menggemaskan drama ini….
BACA JUGA Andai Cristiano Ronaldo Menjadi Pelatih dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.