MOJOK.CO – Amati lekat-lekat cara bermain Cristian Gonzales bersama PSS Sleman. Bisa jadi, kita tidak akan bisa melihat lagi pemain seperti Gonzales dalam rentang waktu yang lama.
Mencoba melihat sisi positif dari gelaran liga di Indonesia, ada baiknya, sejenak kita menengok ke Liga 2, kasta kedua Liga Indonesia. Ada secercah harapan di sana, di dalam skuat PSS Sleman. Bukan terkait liga. Ini soal yang berbeda. Ini soal menikmati, mengamati, dan mencontoh jalan karier Cristian Gonzales di usia senja.
Liga Indonesia boleh dibilang cukup bersahabat untuk pemain berusia tua. Untuk sepak bola, usia senja berada di rentang 32 hingga 40. Gonzales sendiri berada di titik 40 tahun, usia yang jauh dari ideal, kecuali kamu Gianluigi Buffon atau Francesco Totti di mana tim kebugaran Juventus dan AS Roma punya teknologi untuk menjaga performa pemainnya di penghujung karier.
Namun, ketika kamu mencapai usia 40 tahun, dibutuhkan banyak adaptasi diri yang tidak mudah. Stamina adalah satu hal, namun cara bermain adalah hal lain yang lebih sulit untuk diatur. Logikanya sederhana, seorang pesepak bola, tidak akan bermain (berpikir) maksimal ketika tidak didukung kekuatan stamina yang ideal.
Kelelahan membuat kaki menjadi berat. Namun, masalah sebenarnya dari situasi ini adalah pemain menjadi tidak mampu berpikir secara jernih. Jika sudah begitu pengambilan keputusan jadi sulit dilakukan. Akibatnya, si pemain tidak akan bisa menjalankan instruksi pelatih. Satu pemain bermain kacau, tim yang akan merasakan akibatnya.
Pada titik ini, Cristian Gonzales bersama PSS Sleman musim ini adalah “kamus yang terbuka”. Mungkin, kita tidak akan bisa lebih lama lagi menikmati penampilan penyerang tertajam sepanjang sejarah sepak bola Indonesia tersebut. Oleh sebab itu, selagi bisa, ada baiknya kamu, para pesepak bola muda, mempelajari sisa karier Gonzales. Ada banyak manfaat yang bisa diperas dan disimpan.
Berpikir tenang seperti debut Cristian Gonzales bersama PSS Sleman
Segala skill dan olah bola tidak akan berguna ketika si pemain tidak bisa berpikir tenang. Ketika ketenangan itu absen, yang akan terjadi adalah rasa gugup ketika menguasai bola atau ketika harus bergerak ke ruang-ruang tertentu di atas lapangan. Berpikir secara tenang mengizinkan pemain melihat permainan secara luas, hampir seperti seekor burung yang mengamati dari ketinggian.
Sebagai penyerang, Gonzales punya atribut yang lengkap. Kecepatan, akselerasi kemampuan melewati lawan, duel fisik, kemampuan mempertahankan bola, kelebihan mencari ruang kosong di tengah kotak penalti, hingga penyelesaian peluang. Seiring usia senja, El Loco, julukan Gonzales kehilangan dua atribut, yaitu kecepatan dan akselerasi melewati lawan.
Namun, meski kehilangan dua atribut penting, Gonzales tidak berhenti mencetak gol. Hampir selalu, pemain berdarah Uruguay tersebut bisa menemukan posisi ideal untuk menerima umpan. Kemampuannya melihat perkembangan pertandingan membuat Gonzales selalu di level tertinggi seorang penyerang.
Belajar berpikir tenang memberi banyak keuntungan bagi pemain muda. Pengalaman mengamati dan menganalisis secara kontinu jalannya pertandingan membantu pemain muda merespons segala situasi. Masih sering terjadi, pemain muda tak ingat lagi dengan sistem dan instruksi pelatih ketika timnya tertinggal lebih dulu. Seperti binatang buas, insting mengambil alih dan arah permainan menjadi kacau.
Belajarlah dari Gonzales. Manajemen pertandingan yang didapat dari berpikir tenang memberi banyak manfaat.
Membuang sikap dan gerakan-gerakan tidak perlu
Di usia 40 tahun, cara bermain Cristian Gonzales punya kesamaan dengan Cristiano Ronaldo, striker Real Madrid. Ronaldo bukan lagi remaja yang gemar melakukan step over untuk melewati lawan. Ia bukan lagi penyerang sayap yang sering menyisir lapangan dari sisi kiri. Di usia senja, Ronaldo menjadi finisher yang begitu efektif.
Ronaldo mendasarkan cara bermainnya kepada akselerasi jarak pendek dan teknik menendang bola kelas elite untuk menyambut peluang. sementara itu, Cristian Gonzales menitikberatkan ciri khas permaiannnya kepada kemampuan mencari posisi yang ideal untuk memaksimalkan umpan. Tak harus matang, ketika si pemain berdiri di posisi yang tepat, sebuah peluang bisa dimaksimalkan menjadi gol.
Gonzales punya dua kemampuan penting, yaitu kemampuan menahan bola (ditunjang kemampuan fisik yang baik meskipun terlihat sedikit kegemukan) dan teknik menyebar umpan. Jadi, boleh dibilang, saat ini, hanya ada 3 kemampuan yang bisa dimaksimalkan mantan penyerang Persik Kediri tersebut, yaitu kemampuan kencari ruang, kemampuan menahan bola, dan visi mengumpan.
Cukup tiga kelebihan, dan tentu saja ditunjang ketenangan berpikir, seorang pesepak bola bisa menaikkan level meski punya keterbatasan. Niat untuk pamer dengan menunjukkan trik tidak pada tempatnya sudah harus dibuang jauh. Sepak bola modern menuntut efisiensi dan profesionalitas.
Oleh sebab itu, pada akhirnya, amati lekat-lekat cara bermain Gonzales bersama PSS Sleman. Bisa jadi, kita tidak akan bisa melihat lagi pemain seperti Gonzales dalam rentang waktu yang lama. Selagi bisa, jangan pernah berhenti belajar.