MOJOK.CO – Sleman fans sedang dijauhkan dari PSS Sleman. Narasi brengsek dari buzzer menegaskan bahwa situasi makin genting.
Lima hari yang lalu (15 Oktober 2021), saya menuliskan sebuah kegelisahan. Waktu itu, saya merasa PSS Sleman sudah jatuh sampai ke titik nadir. Sudah mentok suramnya. Namun, perkiraan saya salah. Ternyata, Super Elang Jawa masih bisa jatuh lebih dalam.
Pagi ini, Rabu (20 Oktober 2021), saya menemukan sebuah fakta yang menyebalkan, maklum kalau Sleman fans marah. Fakta yang saya maksud adalah serangan-serangan buzzer kepada Sleman fans. Kenapa ya, apakah PSS Sleman memang mau dideligitimasi sekian rupa?
Silakan cek kolom reply twit ini untuk melihat pameran kebodohan yang seragam dari para buzzer brengsek:
Nih belajar dari supporter Persija. Kritik dengan cara cerdas. Semua perlu proses, supporter maunya menangan terossss.
— Adelia98 (@adeliazaneti) October 19, 2021
Entah siapa yang “membangunkan” akun-akun ternak brengsek ini. Satu hal yang pasti, ini bukti bahwa PSS Sleman memang sedang dijauhkan dari “rumahnya”. Rumah besar itu bukan sekadar Kabupaten Sleman dengan batas-batas wilayahnya. Rumah besar yang saya maksud adalah insan-insan luhur yang memberi makna kepada sebuah nama “Kabupaten Sleman”.
Premis besar yang digunakan para buzzer kontol adalah “kritik dengan cara cerdas”. Untung nggak pakai istilah “kritik membangun”. Sudah kontol, dungu lagi. Mana ada kritik membangun.
Premis itu mendengungkan sebuah artikel yang tayang di sebuah media. Narasi utama dari berita tersebut adalah “ancaman” bahwa kompetisi akan dihentikan jika Sleman fans terus menciptakan kerumunan ketika melempar kritik kepada manajemen PSS Sleman.
Narsi yang dipakai oleh buzzer ini adalah omongan Bambang Pamungkas, manajer Persija Jakarta. Bambang mengkritik fans Persib Bandung dan PSS Sleman yang selalu bikin kerumunan ketika melakukan protes. Bambang pengin kedua suporter ini meniru “kritik dengan cara sopan” yang dilakukan fans Persija Jakarta.
Apakah Bambang tidak tahu kalau Jak Mania sudah pernah mengirim dukungan moral kepada perjuangan Sleman fans untuk melawan rezim manajemen PSS Sleman?
Lagipula, bentuk perjuangan itu beragam. Mengirim karangan bunga bisa dilakukan ketika manajemen mau mendengar suara suporter. Bagaimana jika manajemen malah sengaja menghindari suara suporter? Bahkan, pada titik tertentu, manajemen menjauhkan Sleman fans dari PSS Sleman. Ini brengsek betul.
Melawan rezim yang punya power besar dan kekuatan uang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengirim karangan bunga. Melawan rezim yang seperti mesin rakus memang harus dengan people power. Kerumunan? Bambang dan buzzer-buzzer brengsek mempertanyakan soal kerumunan?
Saya tantang Bambang Pamungkas dan buzzer kontol itu mengkritik Presiden Jokowi yang sering bikin kerumunan di setiap kunjungan. Jika tidak berani, ayo, coba kritik gelaran Pilkada yang juga bikin kerumunan itu. Berani tidak? KASIH KERAS KALAU BERANI!
Saya bukan Sleman fans, bukan pendukung PSS Sleman. Saya lahir di Kota Jogja, saya fans PSIM Jogja, rival PSS. Namun, saya akan terus mendengungkan perlawanan Sleman fans. Saya khawatir, tak hanya kepada PSIM Jogja, tapi prihatin untuk semua suporter sepak bola Indonesia. Ingat, yang kini menimpa PSS Sleman, bukan tidak mungkin menimpa kesayangan kalian.
Dan, pagi ini, ketika mendapati Sleman fans diserang boleh buzzer-buzzer brengsek, keprihatinan saya berubah jadi waspada. Akun ternak ini tidak mungkin aktif tanpa kekuatan kapital di belakangnya. Tidak mungkin aktif tanpa kekuatan “kakak pembina” di belakangnya. Entah siapa yang mengaktifkan, yang jelas, tujuannya sangat jahat.
Buzzer dipakai untuk mengubur esensi dari sebuah aksi. Menumpuk narasi utama dengan narasi sampingan. Tujuannya untuk membengkokkan sebuah kenyataan. Dalam hal ini, mendeligitimasi perjuangan Sleman fans yang sudah dilakukan selama beberapa bulan.
Orang jahat di balik buzzer ini sedang menggiring opini masyarakat. Ini sangat berbahaya karena suporter dan orang awam akan dibentukan secara perlahan. Sleman fans dianggap dengan sengaja melanggar prokes dan mengancam kesehatan orang banyak. Narasi soal perjuangan, soal people power, soal tujuan menyelamatkan PSS Sleman dikubur dengan narasi.
Kita, semua suporter sepak bola Indonesia harus waspada. Akun Twitter Brigata Curva Sud (BCS) sudah pernah hampir dibobol. Akun-akun kuat yang menjadi jembatan suara Sleman fans sedang berusaha dibungkam. Suara-suara jernih yang selama ini menghidupi PSS Sleman berusaha diberangus.
Ketika kekuatan narasi media didengungkan oleh buzzer, ditambah ancaman kepada eksistensi sebuah akun media sosial, artinya PSS Sleman memang sedang dalam bahaya. Ketika PSS jauh dari Sleman fans, klub bersejarah ini akan mulai kehilangan akarnya. Pada akhirnya, eksistensinya selama ini akan diganti oleh orang-orang jahat dengan agenda yang sama jahatnya.
Sampah yang dibakar dengan narasi brengsek para buzzer tidak akan menghilangkan fakta bahwa itu tetap sampah. Asapnya akan menguar, tercium sebagai bau busuk. Segala kesalahan yang kini terjadi di sekitar PSS Sleman tidak akan bisa ditutupi. People power tidak akan bisa dibungkam dan dibelokkan.
Sleman fans, satukan kesadaran, satukan suara. Eratkan koordinasi dan komunikasi. Setelah ini, hati-hatilah oleh penyusup. Orang-orang yang sengaja masuk ke dalam lingkaran untuk melempar narasi yang salah dan melakukan adu domba. Naikkan banyak bendera sebagai pengingat bahwa suara suporter jauh lebih kuat dan murni ketimbang suara sumbang para buzzer kontol.
BACA JUGA PSS Sleman di Titik Nadir dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.