Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Piala Menpora, Kabar Baik dengan Tumbal Nyawa?

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
19 Februari 2021
A A
Piala Menpora, Kabar Baik dengan Tumbal Nyawa?

Piala Menpora, Kabar Baik dengan Tumbal Nyawa?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jangan sampai kebahagiaan dan kelegaan Piala Menpora, tidak menjadi kabar baik tapi kesedihan karena meminta “tumbal”.

Kemarin, Kamis (18/2), kabar “turnamen pra-musim” untuk sepak bola Indonesia datang juga. Akhirnya, kepolisian memberi izin keramaian supaya kompetisi balbalan Indonesia bisa bergeliat lagi. Kabar ini disambut dengan kelegaan yang luar biasa oleh banyak klub Indonesia.

Akun-akun media sosial, terutama dengan corak sepak bola, bahkan menyebutnya sebagai “kabar baik”. Membaca dua kata, “kabar” dan “baik”, bersanding untuk merespons kompetisi pra-musim yang disebut Piala Menpora ini membuat saya tertawa.

Pertama, tolong maafkan saya yang selalu pesimis dengan sepak bola Indonesia. Apalagi sepak bola atau kompetisi seperti Piala Menpora ini yang digelar di tengah pandemi. Kedua, syarat dari kepolisian kepada PT Liga Indonesia Bersatu (LIB) sebagai penyelenggara juga tidak kalah lucu, yaitu menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Mengapa saya tertawa? Silakan jelajahi kolom komentar dari unggahan akun-akun Twitter sepak bola Indonesia. Sudah ada beberapa akun yang bilang siap “nyetadion” ketika Piala Menpora berlangsung. Padahal, kita tahu, salah satu syarat kompetisi ini berjalan adalah tanpa kerumunan alias tanpa penonton.

Ini semua masalah mental kebanyakan orang Indonesia. Dan, tentu saja, suporter sepak bola adalah bagian dari orang Indonesia, bukan? Mental untuk disiplin saja masih sangat sulit untuk terwujud, bagaimana mungkin mau membuat acara yang akan menyedot atensi ratusan ribu pecinta sepak bola?

Lha wong, sinetron Ikatan Cinta saja ada yang bikin nonton bareng. Mana mungkin kompetisi yang nama Piala Menpora ini bakal berbeda. Kenapa saya curiga seperti ini? Ya karena kita masih dalam pandemi dan vaksinasi belum merata. Bahkan di beberapa daerah, vaksinasi terhambat karena kepala daerahnya belum sempat hadir untuk “seremonial”. Goblok betul.

Saya tahu, kantong-kantong suporter dan akun-akun media sosial sepak bola Indonesia bakal menggelar kampanye tidak perlu datang ke stadion. Banyak yang akan patuh. Namun, saya kok curiga, ada banyak juga yang tetap bebal dengan berkerumun di sekitar stadion atau memadati tempat nonton bareng tidak resmi.

Bagaimana cara organisasi suporter resmi dan akun-akun sepak bola Indonesia yang menyebut Piala Menpora ini sebagai “kabar baik” menjamin tidak ada kerumunan? Bagaimana klub dan LIB bisa menjamin hal yang sama? Apakah dengan meminta kepolisian mengusir dan membubarkan kerumunan itu? Berani?

Ingat, pemerintah asyik mengganti istilah dari PSBB ke PPKM, tetapi isinya sama saja. Tidak ada ketegasan dari penegak aturan dan tidak ada kesadaran dari masyarakat. Butuh bukti? Silakan tengok pasar dan pusat perbelanjaan. Silakan tengok lagi kawasan-kawasan wisata. Ukur kepadatannya dengan akal sehatmu sendiri.

Lalu ada Kabupaten Sleman, bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta, yang disebut menjadi salah satu tuan rumah Piala Menpora. Saya tidak ingin menjelaskan terlalu panjang. Silakan pembaca memasukkan kata kunci ini di mesin pencarian: “corona DIY tirto.id”.

Lewat kata pencarian itu kamu akan menemukan betapa penanganan corona di DIY masih diselimuti oleh “misteri”. Bahkan DIY sudah kewalahan menangani pandemi setelah pintu pariwisata dibuka per Natal 2020 kemarin. Nah, bagaimana LIB, klub, dan para suporter menjamin tidak ada kerumunan selama Piala Menpora?

Saya tidak membenci sepak bola Indonesia. Saya hanya kesal dan lelah dengan segala drama dan kebusukan yang selalu mengikuti. Saya juga ingin menjadi bagian dari teman-teman akun sepak bola Indonesia yang mengingatkan kamu semua untuk jangan datang ke stadion atau tempat nonton bareng.

Istilah “protokol kesehatan” yang digaungkan pemerintah itu sudah tidak jelas maknanya. Orang bikin istilah itu memang selalu lebih gampang ketimbang melaksanakan perintah dari istilah tersebut.

Iklan

Jangan sampai Piala Menpora menjadi klaster baru. Jangan sampai sepak bola Indonesia terekam oleh sejarah sebagai salah satu “pesta” yang menuntut tumbal nyawa demi kebahagiaan segelintir orang. Risikonya terlalu mahal untuk kebahagiaan yang dipaksakan.

BACA JUGA PSSI dan Indra Sjafri Mencoreng Arang ke Kening Sendiri dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 19 Februari 2021 oleh

Tags: Liga 1pandemipiala menporaPT LIB
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

PSIM Jogja Aku Yakin dengan Kamu MOJOK.CO
Esai

PSIM Jogja: Aku Yakin dengan Kamu

18 Februari 2025
Liga 3 Faktanya, Liga Malaysia Jauh Meninggalkan Kita MOJOK.CO
Esai

Memaksimalkan Liga 3 Sebagai Cara untuk Mengejar Ketertinggalan dari Sepak Bola Malaysia

11 September 2023
var liga 1 mojok.co
Olah Raga

Liga 1 Mau Pakai VAR, Tapi Ada 5 Syarat yang Harus Dipenuhi

18 Februari 2023
Subvarian XBB Sudah Terdeteksi di Indonesia Mojok.co
Kesehatan

Subvarian Omicron XBB yang Bikin Singapura Kewalahan Sudah Ditemukan di Indonesia

25 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.