MOJOK.CO – Musim ini akan menjadi musim penegasan tingginya level Mo Salah bersama Liverpool dan statusnya sebagai yang terbaik di dunia.
Perdebatan tentang pemain terbaik di dua musim terakhir sudah tidak lagi mengerucut ke dua nama saja: Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Bahkan jika mau agak keras menegaskan, dua nama ini sudah bukan yang terbaik lagi selama lima tahun terakhir.
Silih berganti, nama-nama yang dirasa lebih layak muncul, untuk kemudian “dikalahkan” oleh popularitas. Mulai dari Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Robert Lewandowski, N’Golo Kante, Jorginho, hingga Mohamed Salah, penyerang Liverpool.
Piala Ballon d’Or teranyar, kemungkinan akan mengerucut ke Jorhinho. Namun, jika mau jujur mengakui, pemain terbaik di dunia, detik ini, adalah Mo Salah. Saya tidak akan berbicara soal statistik dan angka-angka. Parameter pemain terbaik menurut saya adalah kontribusi di atas lapangan secara menyeluruh.
Perdebatan Ronaldo vs Messi memang sangat diwarnai taburan angka-angka. Berapa ratus gol, asis, gol-gol cantik, hingga penghargaan individu. Namun, terkadang, angka-angka tersebut tidak dibaca dengan konteks ideal. Sekali lagi, angka tanpa konteks tidak bisa menggambarkan situasi sebenarnya.
Teranyar, ketika Manchester United mengalahkan Atalanta di Liga Champions. United dan Ronaldo bermain sangat jelek di babak pertama. Mereka sampai tertinggal dua gol. Namun, United membalikkan keadaan di babak kedua dan Ronaldo menjadi penentu kemenangan. Maka, Ronaldo dianggap pemain terbaik.
Anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Namun, seakan-akan, kita tidak melihat performa Ronaldo sepanjang 90 menit. Mengisolasi gol kemenangan United untuk menyebut Ronaldo sebagai yang terbaik adalah aksi sesat. Tidak menggambarkan kenyataan yang terjadi.
Lionel Messi. Pembaca masih ingat ketika Barcelona dibantai Bayern Munchen di Liga Champions? Deras kritikan mengalir untuk Messi. Pemain Argentina itu dianggap tidak menunjukkan kontribusi bertahan ketika timnya sangat membutuhkan.
Terakhir, Messi, bersama PSG mengalahkan RB Leipzig, mencetak dua gol. Kontribusinya memang nyata, tapi tidak bisa bisa menjadi penegasan lagi bahwa Messi masih yang terbaik. Intinya, pemain terbaik di mata saya adalah mereka yang bisa terus konsisten selama 90 menit dan membuat perbedaan.
Konsisten selama 90 menit menggambarkan banyak hal. Pertama, Mo Salah memang penyerang, tapi dia tidak abai dengan aspek kontribusi bertahan. Bagi Liverpool, kesadaran ini sangat penting. Terlepas dari soal instruksi pelatih. Ingat, menerima instruksi dan kemampuan mewujudkannya adalah dua masalah berbeda.
Mo Salah adalah gambaran penyerang modern. Mantan pemain AS Roma itu tidak mengejar dan menekan pemain semata, tetapi mengeliminasi ruang umpan lawan sejak fase serangan pertama. Kemampuan yang berhasil dipertajam oleh Jurgen Klopp.
Fase ini sangat penting mengingat Liverpool punya kesadaran menyerang ruang kosong yang tinggi. Turn over di dekat gawang lawan akan jauh lebih menguntungkan bagi The Reds. Mempertahankan konsentrasi untuk terus bisa mengeksekusi tugas ini tidak mudah. Selain stamina, dibutuhkan juga intelejensi tingkat tinggi.
Menengok KBBI, kata “intelejensi” memang sangat cocok untuk Mo Salah. Kata “intelejensi” mempunyai makna daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta atau kondisi baru; berkaitan dengan kecerdasan.
Respons Mo Salah terhadap berbagai situasi ini menunjukkan tingginya tingkat intelejensinya. Dan bicara kemampuan bertahan, bagi saya, menegaskan statusnya sebagai GOAT.
Menengok United, misalnya, di mana pemain-pemain lainnya harus mengompensasi kekurangan Ronaldo di aspek kontribusi bertahan. Padahal, sistem di sepak bola modern menuntut semua pemain bermain selayaknya rantai yang bertautan, saling menguatkan.
Bakal sangat sulit jika ada satu pemain tidak berkontribusi terhadap kesatuan sebuah rantai itu. Dan Mo Salah, adalah bagian penting dari rantai Liverpool di banyak fase permainan. Masukkan jumlah gol, asis, dan penciptaan peluang di dalamnya, Mo Salah adalah GOAT untuk detik ini.
Selain cedera, konsistensi adalah musuh terbesar pemain untuk saat ini. Di mata saya, Mo Salah sudah menunjukkan kemampuannya menjaga konsistensi. Oleh sebab itu, musim ini, bisa menjadi musim penegasan akan tingginya level Mo Salah dan statusnya sebagai yang terbaik di dunia.
BACA JUGA Liverpool Menjadi Entitas Terbaik Bersama Jurgen Klopp dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.