MOJOK.CO – Melibatkan tiga pemain dalam diri Caldara, Bonucci, dan Higuain, Juventus beserta AC Milan siap menawarkan drama lanjutan di Seria A Italia.
Serie A Italia belum akan berhenti menyajikan drama. Salah satu aktornya masih Juventus, yang beberapa minggu yang lalu resmi mendatangkan Cristiano Ronado dari Real Madrid. Dalam beberapa hari ke depan, nama Juventus, dan kini dengan AC Milan, bakal terlibat saga transfer melibatkan tiga nama pemain: Mattia Caldara, Leonardo Bonucci, dan Gonzalo Higuain.
Setelah resmi aman dari sanksi finansial, bisa bermain di Liga Europa musim depan, dan menyelesaikan urusan restrukturisasi manajemen, Milan masuk ke mercato dengan sebuah gebrakan. Diavolo Rosso mencari tambahan amunisi lini depan dan menjatuhkan pilihan kepada Gonzalo Higuain. Sayangnya, masalahnya tidak sesederhana itu.
Pengantar saga transfer Milan dan Juventus
Juventus punya kepentingan terkait masa depan Higuain. Di luar Italia, ada Chelsea yang kini dilatih Maurizio Sarri, yang juga berharap bisa bereuni dengan Higuain. Sarri dan Higuain membangun hubungan yang erat semasa keduanya membela Napoli. Si Nyonya Tua sendiri masih menahan diri tidak merespons tawaran dari luar Italia lantaran akan menggunakan Higuain untuk mencapai tujuannya.
Entah mendapat wangsit dari mana, Juventus ingin memulangkan Leonardo Bonucci ke Juventus Stadium. Untuk pembaca ketahui, ketika memutuskan hengkang dari Juventus, dan kok kebetulan bergabung ke Milan, hubungan Bonucci dengan suporter Si Nyonya Tua menjadi sangat buruk. Bek senior asal Italia tersebut mendapat stempel “pengkhianat” di jidatnya.
Keinginan Juventus memulangkan Bonucci diberi karpet merah oleh Milan. Tentu saja, “karpet merah” itu tidak semata gratis. Ada syarat yang perlu dipenuhi Juventus apabila hendak menginjak karpet merah itu untuk menjemput Bonucci pulang. Milan menetapkan dua syarat. Pertama, menyertakan nama Mattia Caldara dalam kesepakatan. Kedua, diizinkan mengajukan penawaran untuk mendatangkan Higuain.
Dari beberapa media di Italia, Juventus tidak keberatan dengan syarat Milan. Caldara siap disertakan dalam skema pertukaran pemain. Sementara itu, Juventus memberikan izin kepada Milan untuk mengajukan tawaran demi tanda tangan Higuain. Milan sendiri mengajukan proposal peminjaman dengan mahar 15 juta euro.
Versi yang sedikit berbeda dilansir oleh Sky. Jadi, Juventus siap menukar Bonucci dengan Caldara, asal Milan mau mengambil Higuain. Maklum, kedatangan Ronaldo jelas menggeser pemain berusia 31 tahun tersebut ke bangku cadangan. Halangan bagi Milan untuk mendatangkan Higuain sendiri ada pada permintaan gaji. Pemain asal Argentina tersebut enggan gajinya dipotong. Ia meminta delapan juta euro per tahun.
Juventus dan Higuain sendiri juga mempertanyakan kepastian dari Milan perihal niat membeli si pemain secara permanen. Pihak Milan menyampaikan bahwa mereka baru akan membuat kontrak Higuain menjadi permanen hanya ketika lolos ke Liga Champions musim depan. Syarat yang dianggap tidak menarik, baik oleh Juventus maupun Higuain.
Jika antara Milan dan Higuain akhirnya tidak mencapai kata sepakat, maka akan ada penyesuain harga di dalam transfer Caldara dan Bonucci. Bisa jadi, Milan diharuskan membayar sejumlah uang untuk mendatangkan Caldara. Untuk Higuain, mereka akan menjualnya ke Chelsea, asal Juventus mendapatkan Alvaro Morata. Hmm…pelik, bukan?
Selain pelik, saga transfer ini bisa saja batal apabila desakan dari pendukung Juventus semakin gencar dan manajemen akhirnya menyerah. Mereka menolak Bonucci kembali dan menganggap melepas Caldara, apalagi untuk rival, adalah sebuah kesalahan besar. Tagar #CaldaraNonSiTocca atau ‘Caldara tak tersentuh’ bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter.
Lantas, mengapa Juventus sampai mau mendatangkan kembali Bonucci dan melepas Caldara? Yang lebih penting lagi, siapa yang akan diuntungkan dari saga ini? Mojok Institute mengompilasi alasan-alasan ini untuk kamu semua.
Makna Caldara dan Higuain untuk Milan
Awal musim 2017/2018, ketika masih “dianggap kaya raya”, manajemen Milan mendatangkan salah satu talenta muda terbaik di Eropa. Ia adalah Andre Silva, striker muda dari Portugal. Ia bahkan dianggap sebagai penerus generasi Cristiano Ronaldo. Andre Silva adalah perpaduan striker yang cepat, taktis, dan klinis.
Namun, Andre Silva berbenturan dengan lini pertahanan klub-klub Seria A yang lebih cerdik dan lebih nakal. Mahar hampir 40 juta euro, gabungan nilai transfer dan bonus, untuk mendatangkan Andre Silva terbuang percuma. Milan gagal mendatangkan striker yang bisa mencetak 25 gol dalam satu musim.
Oleh sebab itu, untuk musim 2018/2019, mendatangkan striker yang paten adalah salah satu kerja manajemen baru Milan. Pilihan jatuh kepada Higuain, yang posisinya direbut oleh Ronaldo, bahkan ketika musim baru belum sepak mula. Mempertimbangkan situasi tersebut, merekrut mantan penyerang Real Madrid tersebut memang masuk akal.
Higuain sangat subur di Seria A dibandingkan musim-musim yang suram bersama Madrid. Bermain untuk Napoli sepanjang musim 2013/2014 hingga 2015/2016, striker berusia 30 tahun tersebut mencetak 91 gol. Statistik yang sungguh lezat, bukan? Bersama Juventus? Total ia mencetak 55 gol. Jadi, selama berkarier di Italia, Higuain mencetak 146 gol.
Rajin mencetak gol itulah yang diburu Milan. Namun, ada masalah yang perlu menjadi perhatian Gennaro Gattuso, pelatih Milan, yaitu penurunan jumlah gol Higuain dalam dua musim terakhir. Musim 2016/2017 di Seria A saja, Higuain mencetak 24 gol. Sayang, musim setelahnya, 2017/2018, jumlah golnya menurun menjadi 16. Padahal, tren gol pemain kelahiran 10 Desember 1987 tersebut selalu naik ketika berseragam Napoli. Inilah pekerjaan rumah bagi Gattuso apabila Higuain resmi bergabung.
Bagaimana dengan Caldara? Juventus menetapkan bahwa harga Caldara setara dengan harga Bonucci. Satu informasi itu saja seharusnya cukup untuk menjadi parameter kualitas dan potensi bek berusia 24 tahun tersebut. Dengan tinggi badan mencapai 190 sentimeter, Caldara terlihat begitu mudah untuk mendominasi lawan.
Tinggi badan yang menonjol, tentu membantu Caldara untuk mengamankan wilayah udara klub yang ia bela. Penempatan diri dan penentuan timing berlari untuk melompat membantu Caldara dengan mudah meraih bola di udara. Tahun 2017 yang lalu, ketika masih membela Atalanta, Caldara menjadi salah satu bek tertajam di dunia bersama Sergio Ramos dengan tujuh gol.
Pemosisian diri dan penentuan jarak dengan striker lawan yang baik juga membantu Caldara untuk tidak membuat terlalu banyak tekel. Rata-rata intersepnya yang tinggi mengindikasikan pemosisian diri yang baik. Ia tidak membiarkan penyerang lawan mendapatkan bola di daerah berbahaya dengan mudah.
Potensi itu yang membuat duet Caldara dan Alessio Romagnoli di Milan akan sangat menarik untuk disimak musim depan. Duet bek muda, dua bek masa depan Italia. Bersama Daniele Rugani, mereka bertiga adalah penerus alami untuk trio bek senior Italia: Bonucci, Andrea Barzagli, dan Giorgio Chiellini.
Mengapa harus Bonucci, Juventus?
Sampai siap mengorbankan Caldara, mengapa Si Nyonya Tua ingin memulangkan Bonucci? Jawabannya ada pada rentang karier Cristiano Ronaldo yang masih panjang meski sudah berusia 33 tahun. Tahukah kamu, meski sudah berusia 33 tahun, usia sel Ronaldo sama seperti pesepakbola berusia 20 tahun? Mengerikan.
Meski masih bisa bermain hingga usia 40 tahun, atau masih bisa bermain tujuh tahun lagi, begitu menginjakkan kaki di Kota Turin, misa utama Ronaldo tentu saja Liga Champions. Cocok sudah dengan Juventus yang sudah gagal di dua final Liga Champions. Dua-duanya digagalkan oleh klub Spanyol, Barcelona dan Real Madrid.
Bahkan, kalau bisa, musim 2018/2019 ini, Ronaldo memenangi kompetisi antarklub paling mewah di dunia itu bersama Juve. Tentu, misi itu harus direspons dengan baik oleh manajemen. Liga Champions butuh perlakuan khusus. Tak hanya soal kualitas yang diperhitungkan. Pengalaman dan ketebalan mental adalah kunci.
Caldara boleh menyandang bek muda berkualitas. Namun, untuk urusan pengalaman dan mental Liga Champions, Bonucci lebih cocok untuk Juventus. Barzagli sudah berusia 37 tahun, sementara Chiellini 33 tahun. Mereka berdua butuh bek pendamping (atau pelapis) yang berpengalaman. Gegar pengalaman itu yang membuat Caldara sulit masuk hitungan.
Memang sayang kehilangan Caldara. Namun, di sepak bola, pemain datang silih-berganti. Apalagi pemain muda potensial. Dua atau tiga tahun lagi, sangat mungkin Juventus mendapatkan pengganti Caldara. Toh Juventus masih punya Rugani, yang sedikit lebih matang ketimbang Caldara meski berusia satu tahun lebih muda.
Jadi, pada akhirnya, dengan pendekatan yang tepat, baik Juventus maupun Milan sama-sama untung. Juventus mendapatkan bek berkualitas nan berpengalaman dan mengurangi gaji besar ketika melepas Higuan. Milan mendapatkan striker pencetak 25 gol dalam satu musim dan mengamankan lini belakang mereka untuk setidaknya 10 tahun ke depan (kalau tidak dijual karena tak punya uang).
Semua untung, semua senang. Seharusnya begitu, bukan?