MOJOK.CO – Adrien Rabiot mungkin tak menyangka bahwa dia akan menjadi penghangat bangku cadangan di Juventus. Dia mungkin tidak akan menyangka pula, dirinya akan diminta pergi untuk memberi ruang kepada pemain lainnya.
Mata dunia terbelalak ketika Juventus mendapatkan Adrien Rabiot secara gratis. Juventus memang terkenal suka mencari pemain gratis, tapi kita berbicara tentang Adrien Rabiot. Dia adalah pemain muda yang disebut-sebut sebagai salah satu gelandang terbaik di Eropa. Banyak yang memprediksi Juventus untung besar dengan kedatangan Rabiot.
Kini yang terjadi justru sebaliknya. Bukan gemerlap lapangan yang dia dapat, namun rasa bosan melihat temannya dari pinggir lapangan. Rabiot baru bermain di 9 pertandingan, berbeda dengan apa yang dia dapat di PSG. Di PSG, dia mendapat menit bermain yang banyak dan hampir tak tersentuh.
Parahnya lagi, Juventus mendatangkan Dejan Kulusevski di transfer musim dingin ini, yang berarti musim depan harus ada pemain yang didepak agar ada ruang tersisa dan juga menghemat pengeluaran. Rabiot pasti ketar-ketir, dengan menit bermain yang sedikit, bisa jadi dia yang angkat kaki.
Tapi masih terlalu dini untuk berkata kalau Rabiot akan pergi. Badai cedera yang menerpa Juventus harusnya bisa menjadi berkah untuk dirinya. Dia masih muda, dan tentu saja haus pengakuan. Dia harus memanfaatkan momen yang ada agar dirinya tetap bisa bertarung di langit tertinggi.
Sebenarnya ada dua masalah yang mungkin akan menahan Rabiot dari menunjukkan penampilan terbaiknya. Pertama, masalah teknis. Dalam pertandingan di mana dia bermain, dia justru tidak menunjukkan performa terbaiknya. Sarriball memang bukan taktik untuk semua pemain, bahkan Ronaldo pun tenggelam (piye, enak Madrid tho?), tapi bukan berarti dia bisa menyalahkan taktik semata. Dia tetap harus berusaha sekeras mungkin untuk bisa nyetel ke dalam tim.
Masalah kedua adalah ego. Adrien Rabiot punya masalah dengan egonya yang mengubahnya dari pemain akademi yang baik menjadi pemain professional yang bermasalah. Dimulai dari menolak menjadi pemain reserve untuk Prancis di Piala Dunia 2018, lalu berulah di PSG dengan memaksakan diri untuk pindah ke Barcelona. Rabiot merasa talentanya cukup untuk membuat dirinya bertahan di starting 11, dan itu adalah masalah besar.
Nama-nama macam Ramsey, Bentancur, Can, Matuidi, dan Pjanic bukanlah nama yang bisa disingkirkan dengan meyakini bahwa dirimu bertalenta. Rabiot harus membuktikan diri bahwa dia pantas di tim utama karena talenta tanpa usaha cuma kesia-siaan.
Rabiot harus mengatasi dua masalah tersebut ketimbang memilih pergi dari Juventus. Dengan menit bermain yang sedikit, tim-tim lain pasti ragu untuk merekrut dirinya. Pergi ke tim lain pun belum tentu menjamin keberuntungan dirinya akan membaik. Usianya masih cukup muda untuk memperbaiki kekurangan dirinya dan berubah menjadi pemain yang bisa diandalkan.
Dengan rumor Khedira dan Emre Can yang akan dijual oleh Juventus, harusnya Rabiot sadar bahwa persaingan lini tengah akan berkurang. Dirinya harus bersiap dan juga berusaha lebih keras agar paruh musim ini dan juga musim depan dirinya bisa mendapat menit bermain yang lebih banyak dan juga membuktikan kata-katanya dulu, bahwa dia adalah Steven Gerrard-nya PSG.
BACA JUGA Pusing sama Cara Wasit Liga Inggris Memanfaatkan VAR dan artikel menarik lainnya di rubrik BALBALAN.