MOJOK.CO – Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson berdiri sejajar dengan Mo Salah, Sadio Mane, dan Firmino sebagai pemain terbaik Liverpool.
Pertengahan tahun 2019, saya terkesima dengan pendekatan Liverpool ketika melawan Fulham. Jurgen Klopp dan semua tim yang pernah di latih begitu dekat dengan pendekatan offensive dan aggressive. Namun, Klopp berkembang. Saya menyebutnya: lebih dewasa. Terutama ketika pelatih asal Jerman itu sadar kemenangan bukan ditentukan oleh permainan yang memukau.
Kemenangan ditentukan oleh tim mana yang mencetak gol lebih banyak. Teorinya sangat umum. Perubahan dalam diri Klopp membawa kebaikan untuk Liverpool sendiri. Seiring perubahan Klopp, The Reds pun berubah. Mereka menjadi lebih liat, dalam artian tangguh. Tujuan mereka menang dan perspektif itu berada di atas segalanya.
Melawan West Ham United, berstatus tuan rumah, Liverpool bisa saja kalah. Kalah di laga ini, sebetulnya, tidak berdampak besar di peluang mereka menjadi juara Liga Inggris. Namun, ketika kesadaran ada rekor yang tengah dikejar, kesadaran untuk tidak kalah sangat terasa. Maaf saja, The Reds tidak bermain bagus. Namun, mereka punya cara untuk keluar dari masalah.
Apa, sih, syarat untuk menjadi juara? Saya kira cuma ada dua syarat, yaitu konsisten dan punya solusi paling mudah untuk membuat gol. Banyak yang meledek Liverpool sebagai crossing merchant. Sebuah tim yang mengandalkan umpan silang. Sebuah gaya bermain kuno yang dulu melekat kuat di sepak bola Inggris.
Namun, bagian mana yang salah, ketika si crossing merchant itu bisa memenangi pertandingan? Jawabannya tidak ada. Untuk soal ini, Liverpool perlu menjaga kebugaran dan kondisi mental dua pemain penting mereka: Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson. Pelanggan whoscored.com memilih Mo Salah sebagai man of the match. Namun, bagi saya, Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson adalah pemain terbaik Liverpool.
Solusi dari Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson
Apa, sih, pengertian pemain terbaik? Bagi saya, pemain terbaik adalah mereka yang bisa memberi hasil di tengah masalah. Pemain terbaik adalah mereka yang punya solusi paling mudah dilakukan di tengah kebuntuan. Mo Salah dan Sadio Mane memang mencetak gol. Namun, kalau kamu melihat laga Liverpool vs West Ham, kedua pemain depan itu kesulitan mendapatkan ruang terbaik di dalam kotak penalti untuk membuat gol.
Kenapa Liverpool perlu berterima kasih kepada Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson? Absennya Jordan Henderson membuat cara Liverpool memanfaatkan penguasaan bola menjadi “agak aneh”. Mereka memang menguasai bola. Namun, jenis penguasaan yang tidak efektif. Fabinho dan Alex-Oxlade Chamberlain tidak punya kontrol lapangan tengah sebaik Henderson.
Cedera hamstring yang didapat Henderson ketika melawan Atletico Madrid berdampak besar di laga ini. Fabinho adalah monster lapangan tengah. Namun, ketika kontrol di tengah tidak efektif dan mudah kehilangan penguasaan, Liverpool menjadi terlihat rentan. Koordinasi antar-lini, terutama lini tengah dan pertahanan menjadi terganggu.
Masalah komunikasi antara dua lini ini yang membuat Issa Diop dan Pablo Fornals bisa membuat gol. Terutama gol Fornals yang membuat West Ham sempat unggul 1-2. Perhatian pergerakannya ketika masuk kotak penalti dan berdiri di antara dua bek tengah Liverpool. Fabinho dan Chamberlain gagal menangkap pergerakan Fornals dan menginformasikannya ke lini pertahanan.
Henderson memang sering diremehkan. Namun, daya hidupnya di lapangan tengah sangat penting. Dia adalah kapten yang berkembang menjadi reader of the game yang baik. Penempatan posisinya semakin baik pula. Henderson banyak bermain di half-space sebelah kanan, tetapi mata dan visinya ada di seluruh lapangan.
Kontrol Liverpool
Hal menarik kedua dari laga Liverpool vs West Ham adalah fakta bahwa Trent Alexander-Arnold sebetulnya berposisi lebih dalam ketimbang Andrew Robertson. Kamu bisa menemukan peta wilayah bermainnya mereka di whoscored.com. Andrew Robertson punya lebih banyak kesempatan untuk naik ke depan.
Ada dua asumsi di dalam kepala saya. Pertama, aspek bertahan Chamberlain tidak begitu baik. Oleh sebab itu, Trent Alexander-Arnold harus waspada dengan ruang di belakangnya ketika naik menyerang. Kedua, Aaron Cresswell dan Arthur Masuaku di sisi West Ham memang agresif dan punya kemampuan crossing yang baik.
Namun, meski berposisi lebih ke dalam ketimbang Andrew Robertson, Trent Alexander-Arnold masih bisa membuat dua asis. Yang perlu kamu cermati adalah timing melepas umpan silang dan timing untuk masuk ke dalam kotak penalti.
Untuk gol pertama Liverpool yang dibuat Gini Wijnaldum, Trent Alexander-Arnold melepaskan umpan silang menjauhi bek tengah West Ham dari posisi byline. Posisi byline adalah posisi mendekati garis akhir lapangan. Umpan yang mengarah ke luar sulit diantisipasi bek tengah yanf kadung memosisikan dirinya dekat dengan kiper. Saya yakin, jenis crossing ini sudah dilatih dan direncanakan karena posisi dan pergerakan Wijnaldum sangat spesifik.
Untuk gol kedua, Trent Alexander-Arnold sangat jeli mengambil kesempatan untuk masuk kotak penalti. Sebuah pergerakan yang tidak banyak dilakukannya sepanjang pertandingan. Ketika Mo Salah bergerak keluar dari kotak penalti, Cresswell kehilangan fokus. Trent melihat pergerakan sederhana yang mungkin tidak terlihat ini.
Yang menarik adalah, Trent tidak langsung memberi umpan ke arah lari Roberto Firmino yang persis di mulut gawang. Dia memilih melambungkan bola ke tiang jauh ke arah lari Sadio Mane. Jika Trent memberi umpan ke mulut gawang, umpan itu akan lebih mudah diantisipasi. Namun, umpan ke sudut mati, ke tiang jauh, lebih sulit untuk diterka.
Sisi bertahan Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson memang tidak biasa saja. Sistem Klopp yang membuat mereka menonjol. Namun, sampai saat ini, Trent sudah membuat 12 asis, terbanyak untuk kategori pemain bertahan. Sementara itu, Andrew Robertson mencatatkan tujuh asis. Jumlah ini menggambarkan betapa Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson mampu menyediakan solusi paling sederhana untuk Liverpool di tengah masalah.
Untuk musim ini, saya rasa, Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson berdiri sejajar dengan Mo Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino sebagai pemain terbaik Liverpool.
BACA JUGA Seperti “Babi”, Liverpool Mulai Menikmati Main Lumpur atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.