Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Hasil Brasil vs Kosta Rika: VAR dan Drama Menit Akhir

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
22 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Laga Brasil vs Kosta Rika menjadi bukti bahwa VAR ada tidak untuk meniadakan drama di sepak bola. Menang 2-0, Brasil menghadirkan drama klasik sepak bola.

Laga Brasil vs Kosta Rika berjalan seperti ramalan Philippe Coutinho. Laga penting di Grup E ini berjalan ketat, dengan Brasil mutlak menguasai pertandingan. Hingga akhir babak pertama, skuat asuhan Tite ini dibuat kesulitan menyelesaikan peluang di depan gawang Keylor Navas, kiper Kosta Rika. Skor sementara di akhir babak pertama adalah sama kuat 0-0.

Brasil sendiri mengubah pendekatan mereka jika dibandingkan ketika menghadapi Swiss di laga perdana Piala Dunia 2018. Di pertandingan melawan Kosta Rika, Selecao bermain lebih tenang, dengan tempo sedang. Ide dasar Brasil adalah menguasai bola dengan aman, memanfaatkan lebar lapangan untuk merenggangkan blok pertahanan Kosta Rika, dan melakukan penetrasi hanya di waktu yang dirasa tepat.

Sekitar 20 menit berjalan, Kosta Rika bisa menunjukkan respons yang baik. Dua bek sayap Brasil, Marcelo di kiri dan Fagner di kanan banyak naik menyerang berdekatan dengan penyerang sayap. Oleh sebab itu, ketika Kosta Rika bisa melewati blok pertahanan pertama Brasil (penyerang dan gelandang) mereka “hanya” akan berhadapan dengan dua bek tengah, Thiago Silva dan Miranda.

Rentang waktu berhadapan dengan dua bek tengah ini memang sempit. Casemiro (dan beberapa kali Paulinho), bisa mencegah Kosta Rika memanfaatkan interval sempit tersebut. Misalnya dengan segera mendekati Thiago Silva dan Miranda sehingga serangan balik Kosta Rika akan mengarah ke sisi lapangan. Serangan balik yang tertunda memberi waktu bagi dua bek sayap untuk turun ke pertahanan.

Selain itu, baik Thiago Silva maupun Miranda cukup cerdas untuk memotong penetrasi penyerang Kosta Rika. Terutama Thiago Silva yang malam ini mengenakan ban kapten. Bek milik Paris Saint-Germain tersebut punya atribut bek tengah yang komplet. Mulai dari sprint jarak pendek, akurasi tekel, dan kemampuan umpan. Kombinasinya dengan Miranda menghindarkan Brasil dari kecolongan gol di paruh awal babak pertama.

Di paruh kedua babak pertama, Brasil menjadi lebih dominan. Lebih sabar menguasai bola, pemain-pemain Kosta Rika terdorong lebih dalam ke kotak penalti. Brasil sendiri banyak menyerang dari sisi kiri lapangan. Sebuah kebiasaan yang membuat banyak orang bertanya-tanya.

Sebenarnya, cara menyerang Brasil ini sudah cukup baik. Di sisi kiri, berkumpul hampir semua pemain kreatif tim utama Brasil. Mereka adalah Marcelo (bek kiri), Coutinho (gelandang serang yang banyak bergerak ke kiri), dan Neymar (penyerang sayap sebelah kiri). Bandingkan dengan sisi kanan yang diisi Fagner, Paulinho, dan Willian.

Selain memang pemain kreatif menumpuk di kiri, beberapa kali Brasil menunjukkan intensinya. Manajemen ruang adalah ide yang ingin mereka capai. Ide ini disebut positional play, ketika sebuah tim banyak bermain di satu sisi lapangan untuk seketika memindahkan permainan ke sisi yang lain. Tujuannya untuk membebaskan pemain di sisi lain karena lawan terkonsentrasi di sisi sebaliknya.

Brasil meng-overload (situasi menang jumlah pemain) sisi kiri, untuk seketika memindahkan bola ke kanan. Willian adalah pemain yang ingin dibebaskan dari kawalan lawan. Biasanya, pemain milik Chelsea ini sangat kuat ketika situasi satu lawan satu. Sayangnya, ketika mendapatkan bola, Willian tidak mampu memaksimalkan ruang dan waktu yang ia dapat.

Alih-alih melewati lawan dan masuk ke kotak penalti, Willian justru melakukan potongan (cut inside) ke depan kotak penalti dan melepaskan tembakan dengan kaki kiri, kaki lemah dirinya. Maka tidak heran apabila Tite menarik Willian di jeda babak pertama dan menggatikannya dengan Douglas Costa, sayap Juventus yang juga jago situasi satu lawan satu.

Jika memang akan lebih banyak melakukan cut inside ke depan kotak penalti, Douglas Costa akan lebih berguna ketimbang Willian. Kaki dominan Douglas Costa adalah kaki kiri. Sebagai inverted winger, ditempatkan di sisi kanan sangat sesuai dengan atribut yang ia miliki.

Namun tentu saja, semua itu baru sebatas ide di atas kertas. Kosta Rika bertahan dengan pintar. Lantaran hampir semua pemain mereka bertahan, Kosta Rika selalu unggul jumlah pemain ketika melakukan pressing kepada pemain-pemain kreatif Brasil. Neymar, Coutinho, Willian, Douglas Costa kesulitan ketika di-double bahkan triple team.

Kecerdikan lainnya dari Kosta Rika adalah melakukan “pelanggaran ringan” untuk menghentikan transisi serangan cepat Brasil. Pelanggaran ringan tidak akan mendapatkan hukuman kartu kuning apabila belum terakumulasi. Sangat cerdik untuk meredam kreativitas pemain-pemain Brasil.

Iklan

Babak kedua tidak banyak perubahan terjadi, bahkan ketika Roberto Firmino sudah masuk lapangan untuk menambah jumlah pemain di lini depan. Kosta Rika sendiri, paling tidak, hanya menyerang dengan empat pemain maksimal. Oleh sebab itu, meski Brasil menambah jumlah pemain di depan, situasinya tidak banyak berubah.

Sebuah keputusan berani diambil wasit Björn Kuipers menganulir keputusan penalti untuk Brasil setelah berkonsultasi dengan “eyang VAR”. Dari tayangan ulang, kontak fisik yang diterima Neymar masih terlalu minimal untuk berbuah penalti. Inilah gunanya VAR, untuk memberi kesempatan kepada tim kecil untuk memperjuangkan kerja keras mereka.

Tak lucu, apabila kerja cerdas Kosta Rika berakhir dengan sebuah aksi teatrikal yang dilakukan Neymar. Intensitas laga Brasil vs Kosta Rika sendiri sedang-sedang saja. Hanya tensi pemain Brasil saja yang naik perlahan. Puncaknya adalah kartu kuning kepada Neymar karena membanting bola. Dipikirnya lagi akting Smack Down, main banting saja. Frustasi!

Rasa frustrasi di laga Brasil vs Kosta Rika pecah ketika sebuah umpan lambung disambut sundulan oleh Firmino. Pemain milik Liverpool tersebut menanduk bola ke tengah kotak penalti. Bola disenggol Gabriel Jesus, untuk dicocor Coutinho masuk ke gawang Kosta Rika via selangkangan Keylor Navas. Kegunaan Firmino beru terlihat di penghujung laga.

Laga Brasil vs Kosta Rika ini menjadi bukti bahwa VAR ada untuk tidak mengurangi drama di sepak bola. VAR ada untuk menjadi adil untuk kamu-kamu semua. Drama pasti ada. Drama yang jujur tentu lebih membuat greget. Seperti gol menit akhir dari Coutinho dan Neymar. Menang 2-0, Brasil menatap babak 16 besar. Determinasi seperti inilah yang membuat Brasil menyandang tim unggulan bersama Jerman.

Terakhir diperbarui pada 24 Juni 2018 oleh

Tags: Brasilhasil brasil vs kosta rikahasil piala dunia 2018kosta rikaNeymarpenaltipiala dunia 2018VAR
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

var liga 1 mojok.co
Olah Raga

Liga 1 Mau Pakai VAR, Tapi Ada 5 Syarat yang Harus Dipenuhi

18 Februari 2023
neymar bolsonaro mojok.co
Kilas

Apesnya Neymar Imbas Kekalahan Bolsonaro di Pemilu Brasil

2 November 2022
Manchester United vs Arsenal: Semua Sayang Fred MOJOK.CO
Balbalan

Manchester United vs Arsenal: Semua Sayang Fred

3 Desember 2021
Kronologi Lengkap Kericuhan Brasil vs Argentina: Emi Martinez Salahin Arsenal Lagi Nggak, Ya? MOJOK.CO
Balbalan

Kronologi Lengkap Kericuhan Brasil vs Argentina: Emi Martinez Salahin Arsenal Lagi Nggak, Ya?

6 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Eksan dan Perjuangan Menghidupkan Kembali Rojolele, Beras Legendaris dari Delanggu

Eksan dan Perjuangan Menghidupkan Kembali Rojolele, Beras Legendaris dari Delanggu

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.