MOJOK.CO – Terlalu omong kosong jika manajemen Juventus gegabah membeli Cristiano Ronaldo tanpa melakukan penghitungan cermat. Nyonya Tua, saya rasa, belum sepikun itu.
Ketika Juventus meresmikan Cristiano Ronaldo, dunia seperti sepakat bahwa ini penegasan. Penegasan sebuah klub dengan ambisi sundul langit. Bukan hanya untuk urusan mengejar gelar juara Liga Champions, wajah Ronaldo adalah perpaduan ambisi sebuah klub profesional dan investasi jangka panjang.
Kenapa bisa begitu? Bukakah Ronaldo sudah terlalu tua untuk menjadi investasi Juventus?
Setidaknya, ada 2 macam investasi di sepak bola. Pertama, investasi pemain muda. ketika kelak matang, pemain tersebut bisa dijadikan aset di dalam tim utama atau dijual dengan harga tinggi. Persis kalimat “menabung pangkal kaya”. Menabung pemain muda untuk kemudian “diuangkan” suatu saat nanti.
Kedua, investasi untuk jenama atau brand. Bentuknya ada bermacam-macam. Misalnya, tidak sampai 24 jam ketika Cristiano Ronaldo resmi datang ke Italia, jumlah followers Juventus bertambah lebih dari 2,2 juta orang. Penambahan jumlah followers itu terus berlanjut hingga saat ini.
Followers Juventus di Instagram, sebelum Ronaldo bergabung, ada di 9,8 juta orang. Setelah Ronaldo resmi datang, jumlah followers meningkat menjadi 40,1 juta orang. Sementara itu, jumlah subscriber Youtube, melonjak dari 780 ribu menjadi 2,6 juta orang. Masih kalah sama subsriber-nya Baim Wong yang 14 juta, sih.
Bagaimana dengan media sosial lainnya? Untuk Facebook dan Twitter, jumlah followers bertambah hingga 8 juta. Tidak mengherankan pula apabila Juventus membuat Twitter resmi untuk “Juventus Portugal” sebagai media menghubungkan nama Ronaldo, Portugal, dan Juventus. Untuk Weibo (media sosial dari Cina yang mirip Facebook), jumlah followers-nya melonjak dari 220 ribu ke 2,4 juta.
“Aktivitas di dunia digital juga salah satu strategi kami. Sangat penting untuk mempertahankan dimensi global. Generasi milenial dan Z sangat penting bagi kami. Dan kami harus bisa mengambil kesempatan itu,” tegas Andrea Agnelli, petinggi Juventus.
Itu baru menghitung pengaruh Cristiano Ronaldo ke dunia digital Juventus. Belum lagi soal sisi penjualan jersey dan menjaga stadion tetap penuh karena keberadaan pemain bintang. Inilah, salah dua, dari yang dimaksud dengan investasi bisnis terkait pengaruh kedatangan Ronaldo ke Juventus.
Nah, selain dua macam investasi itu, bagi saya, ada satu investasi lagi yang sangat penting terkait pengaruh kedatangan Ronaldo ke Juventus. Investasi yang dimaksud adalah sebuah fakta bahwa Juventus punya daya magnet untuk pemain berkualitas. Pada titik tertentu, situasi ini akan memainkan peran penting di pasar transfer.
Dan, perlu kamu ketahui, perkiraan itu sudah menjadi kenyataan ketika Aaron Ramsey dan Matthijs de Ligt memutuskan berlabuh ke Turin. Ramsey, yang datang dengan status bebas transfer, memilih Juventus ketimbang sederet klub besar di Spanyol, Jerman, dan Prancis. Sementara itu, pembaca pasti tahu betul kalau Matthijs de Ligt hampir menjadi milik Barcelona.
Keberadaan Cristiano Ronaldo menjadi daya pikat tersendiri bagi pemain-pemain berkualitas ini. Mereka menjadi lebih yakin bahwa Juventus punya ambisi dan mendukung ambisi itu dengan modal besar. Pada titik tertentu, semua pemain profesional membutuhkan kepastian karier (baca: juara). Bukan hanya soal gaji semata.
“Juventus sudah tumbuh sangat pesat sejak Agnelli menjabat pada 2010. Namun, mereka tahu, untuk menjadi klub top di level Eropa, mereka harus memperkuat daya tarik melebihi batasan yang ada untuk klub Serie A,” kata Marco Bellinazzo penulis buku La fine del calcio italiano (The end of Italian Football).
Popularitas global dan kualitas Ronaldo menjadi jawabannya. Bisa dikatakan belum berhasil. Namun, bukankah yang namanya investasi selalu membutuhkan waktu?
Daya pikat ini juga sangat menguntungkan Juventus di soal pengembangan akademi. Ronaldo punya patokan sangat tinggi untuk profesionalitas dan determinasi. Sebuah sifat yang dibutuhkan pemain muda mana saja. Bukan tidak mungkin, pemain muda dari penjuru Italia, mempertimbangkan bergabung ke akademi Juventus karena “kurikulum” yang akan membantu masa depan mereka.
Jadi, dari uraian di atas, bagi saya, kabar Ronaldo akan meninggalkan Juve adalah omong kosong. Atau, dengan kata lain, kamu, terutama fans Juventus, harus berdoa supaya kabar itu tidak menemui kebenarannya.
Si Nyonya Tua memang dikabarkan tengah terancam hukuman karena melanggar Financial Fair Play (FFP). Berdasarkan laporan keuangan yang dibuat oleh KPMG (sebuah perusahaan jasa profesional yang bergerak di bidang audit dan pajak) menyatakan bahwa rasio gaji Juventus melebihi rasio pendapatan.
Saat ini, rasio gaji Juventus atas pendapatan ada di 71 persen. Padahal, FFP hanya mengizinkan rasio gaji atas pendapatan ada di 70 persen saja. Sebesar 16 persen dari lonjakan rasio tersebut berasal dari gaji Ronaldo dan negosiasi ulang dengan Adidas terkait nilai sponsor yang disepakati.
Menurut saya, kabar inilah yang kali pertama memantik munculnya kabar perginya Ronaldo dari Juve. Untuk mengurangi beban gaji, intinya begitu. Namun, manajemen Nyonya Tua sebetulnya sudah mengantisipasi angka-angka ini. Mereka sudah mengajukan bond sebesar 175 juta euro pada Februari 2020 dan meningkatkan dana klub mencapai 300 juta euro.
Pada akhirnya, manajemen Juventus pasti sudah menghitung risiko ketika membeli pemain terbaik dunia itu dari Real Madrid. Terlalu omong kosong jika manajemen sesolid Nyonya Tua gegabah membeli pemain mahal tanpa melakukan penghitungan cermat. Nyonya Tua, saya rasa, belum sepikun itu.
BACA JUGA Sosok Cristiano Ronaldo Terlalu Besar Bagi Juventus atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.