Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Bunuh Diri ala Arsenal, Bertahan Hidup Seperti Willian

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
12 Maret 2021
A A
Bunuh Diri ala Arsenal, Bertahan Hidup Seperti Willian MOJOK.CO

Bunuh Diri ala Arsenal, Bertahan Hidup Seperti Willian MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Musuh terbesar Arsenal adalah diri sendiri. Momok yang membuat mereka sering melakukan “bunuh diri poin”. Berkaca dari Willian bisa jadi solusi konkret.

Sejauh yang saya amati, semakin tua seseorang, semakin sederhana caranya memandang kehidupan. Misalnya bapak saya. Hari-hari tuanya diisi dengan memancing, memelihara burung, dan merawat tanaman. Hidup semakin sederhana ketika kamu tidak punya masalah.

Berkonflik cuma mendekatkan kita dengan “bunuh diri” kehidupan. Demikian kata beliau. Semakin kecil konflik, semakin bahagia kehidupan.

Saya tahu, hasil amatan di atas tidak mungkin berlaku untuk semua kasus. Namanya juga manusia, pasti punya cara pandang dan ambisi yang berbeda. Nah, tapi, kalau ngomongin “seseorang” yang semakin tua, tapi semakin aneh saja, tentu Arsenal contoh terbaiknya.

Arsenal di bawah asuhan Mikel Arteta mengalami perkembangan yang nyata. Jika dibandingkan dengan paruh akhir pengabdian Unai Emery, misalnya, The Gunners bermain dengan struktur yang lebih konsisten. Ide dasarnya sudah paten, meski eksekusinya yang masih amburadul.

Mikel Arteta juga sudah berjuang untuk memperbaiki performa beberapa pemain. Mulai dari Granit Xhaka, hingga Willian Borges. Baik Xhaka maupun Willian mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Terutama Xhaka yang hampir selalu bermain, sementara Willian lebih produktif di setiap tugas yang dia emban.

Kalau tidak salah hitung, Willian sudah melakukan “bunuh diri nama baik” ketika tidak bermain baik di lebih dari 20 pertandingan. Sebelum lebih produktif, pemain asal Brasil itu cuma bermain baik di laga pembuka musim 2020/2021 melawan Fulham. Setelah itu, Arsenal menjadi korban ghosting Willian.

Performa Willian kala itu setali tiga uang dengan “bunuh diri poin” oleh Arsenal sendiri. Tahukah kamu, di 2021, Arsenal sudah kebobolan 14 gol dengan separuhnya sendiri berasal dari blunder. Sepak bola memang menjadi rumit karena keberadaan lawan. Namun, bagi Arsenal, yang bikin kehidupan jadi rumit adalah diri sendiri. Untuk hal ini, mereka konsisten sekali.

Yang namanya “bunuh diri poin” membuat Arsenal terjebak dalam perdebatan yang tidak perlu. Misalnya, apakah Arteta sudah bekerja dengan baik? Pertanyaan itu muncul karena banyak jurnalis, dan terutama fans, menilai dari hasil akhir saja. Menyusun penilaian berdasarkan kejadian di atas lapangan memang bukan urusan mudah untuk lingkar otak terbatas.

Blunder membuat segala keunggulan menjadi sirna. Unggul agregat dua atau tiga gol pun bukan garansi. Kebiasaan blunder, hingga berkontribusi kepada 50 persen kebobolan, membuat peluang Arsenal untuk kalah menjadi lebih besar. Seakan-akan lawan hanya perlu bersabar menunggu Arsenal “bunuh diri” ketika situasi justru sedang menguntungkan.

Kita bisa mengedepankan masalah mental di sini. Beberapa pemain justru terlihat semakin terburu-buru ketika bermain dari bawah (build from the back). Perasaan takut membuat blunder justru menjerumuskan pemain ke dalam kesalahan yang tak perlu.

Rasa takut itu bahaya sekali. Kekuatannya bisa membuat seorang pesepak bola, yang biasanya sangat jago mengumpan, untuk melakukan kesalahan ketika mengumpan. Rasa takut itu yang saya rasakan ketika melihat Arsenal bermain. Ada rasa enggan menerima bola karena akan memicu “bunuh diri poin” yang sangat merugikan.

Kesalahan adalah bagian dari proses. Tidak ada pesepak bola yang tidak pernah membuat kesalahan. Titik terpenting dari situasi ini adalah respons setelah blunder terjadi. Dan hingga laga melawan Olympiakos, rasa takut itu masih juga terasa. Hingga akhirnya, “bunuh diri” itu terjadi lagi.

Beberapa pemain yang masih takut akan blunder bisa berkaca dari usaha bertahan hidup yang dilakukan Willian. Saya tahu, sampai detik ini, masih banyak fans Arsenal yang heran dengan keputusan Arteta menggunakan Willian. Tahukah kamu, sosok paling kuat adalah mereka yang sudah pernah melewati “neraka” dan memandang kehidupan dengan paradigma baru?

Iklan

Willian bertahan hidup di tengah cacian fans, termasuk saya sendiri yang pernah mengkritiknya begitu keras. Dia sadar tanggung jawab digaji lebih tinggi ketimbang beberapa pemain itu berat. Perlahan, Willian memberi bukti bahwa dia “bisa”. Dari empat penampilan, dia sudah membuat empat asis.

Performanya memang belum bisa dibilang stabil. Namun, tolong dicatat, Willian sudah mengerjakan tugasnya sebaik mungkin, baik di sepertiga akhir lapangan atau kontribusi bertahan. Progres itu yang akan membantu seseorang menghindar dari “bunuh diri citra” untuk kesekian kalinya.

Terkadang, kekuatan terbesar adalah soal kesadaran. Dari sana akan muncul keyakinan bahwa diri ini bisa mengalahkan semua rintangan. Cara terbaik menghindari “bunuh diri poin” adalah dengan menghadapi rasa takut yang menjadi sumbernya.

Sebagai fans saya hanya bisa berharap para pemain Arsenal menyadari hal itu. Modal kuat untuk maju tetap taktik dan eksekusi para pemain. Di dalamnya ada bagian soal mental dan keberanian menghadapi diri sendiri. Sudah terlalu lama Arsenal tenggelam dalam kesalahan sendiri. Sudah saatnya mereka mentas dan berkembang.

Sekali lagi, usaha untuk maju ditentukan oleh seberapa berani kamu menghadapi masalah. Bukan dengan bersembunyi di balik kesalahan orang lain. Supaya tidak terjadi lagi “bunuh diri poin”, berkaca kepada Willian, berkaca kepada diri sendiri adalah langkah konkret.

BACA JUGA Arsenal yang Menerima Sisi Medioker Perlu Belajar dari Kecerdasan Lukaku dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 12 Maret 2021 oleh

Tags: Arsenalartetabunuh dirieuropa leagueLiga Europaliga inggrisWillian
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Benarkah Agama Bisa Mencegah Bunuh Diri.MOJOK.CO
Ragam

Benarkah Agama Bisa Mencegah Bunuh Diri?

1 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.