Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Balbalan

Berkaca dari Kegagalan Emery dan Arsenal, Mempelajari Bahasa Asing Itu Penting

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
26 November 2019
0
A A
Berkaca dari Kegagalan Emery dan Arsenal MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Salah satu sebab kegagalan Unai Emery bersama Arsenal adalah tidak mampu menguasai bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan para pemain.

Arsene Wenger pernah diragukan bisa membawa Arsenal menuju kejayaan. Tahun 1996, ketika kali pertama tiba di pusat latihan Arsenal, Liga Inggris masih diselimuti oleh sebuah “adagium kuno”, yaitu hanya Britania yang bisa menjadi juara. Arsene Wenger dianggap tidak memahami kultur setempat. Dia orang asing, tak akan punya kesempatan di tanah para singa.

Namun Arsene Wenger punya daya hidup yang tidak disangka oleh para rivalnya di Liga Inggris. Wenger datang dengan pemahaman kultur setempat. Salah satunya adalah penguasaan bahasa Inggris. Pelatih asal Perancis itu menguasai lima bahasa dan bahasa Inggris salah satunya. Setidaknya, dia punya satu bekal untuk menjewer Tony Adams supaya berhenti minum alkohol.

Menguasai bahasa sangat krusial bagi pelatih. Bayangkan, ada 11 pemain di atas lapangan dengan latar belakang yang berbeda. Masing-masing punya bahasa ibu yang masih dipakai ketika bersosialisasi. Apalagi, di masa Wenger menjabat sebagai pelatih Arsenal adalah “klub internasional”. Ada pemain dari Perancis, Spanyol, Belanda, dan mereka yang lahir di benua Afrika.

Komunikasi adalah bagian penting dari sistem kepelatihan dan bahasa menjadi fondasinya. Sepak bola dianggap sebagai “bahasa universal”, tetapi bukan lantas setiap pemain bisa langsung berkomunikasi hanya dengan saling umpan bola. Memangnya mereka hidup dalam semesta kartun Kapten Tsubasa?

Pada tahun 2003. Sam Pilger, seorang jurnalis, mewawancarai Robert Pires di sebuah restoran Perancis di London Utara. Pada tahun itu, Pires masih berseragam Arsenal. Salah satu topik yang diobrolkan adalah penguasaan bahasa.

Pires mengaku kepada Sam Pilger bahwa dia tak terlalu menguasai bahasa Inggris. Namun, pemain asal Perancis tersebut menegaskan bahwa “kegagalanya” menguasai bahasa setempat tidak menjadi halangan untuk bisa saling memahami di atas lapangan.

Penegasan tersebut memang beralasan jika kita melihat rekam jejak Pires bersama Arsenal. Namun, jika kita melihat ke skuat Arsenal saat itu, pemain-pemain berkewarganegaraan Perancis cukup banyak. Mulai dari Thierry Henry, hingga Sylvain Wiltord. Bahkan, semua pasti tahu, Arsene Wenger berasal dari negeri penghasil anggur Bordeaux pinot noir yang termasyhur itu. Pires berada di tengah lingkungan yang membuatnya nyaman.

Lingkungan Arsenal yang nyaman akan memudahkan pemain (dan pelatih) untuk beradaptasi dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Bagi pemain dengan talenta besar, halangan bernama bahasa sedikit bisa diatasi, kata Sam Pilger.

Namun, lain cerita dengan pelatih. Mauricio Pochettino sadar dengan kesulitan yang dia hadapi kala kali pertama datang ke Inggris dan melatih Southampton. Bagaimana cara Pochettino mengatasi permasaahan bahasa?

Selain menggunakan penerjemah, pelatih asal Argentina tersebut juga menggunaan gestur untuk menjelaskan taktik dan idenya. Memang, gestur juga bagian dari bahasa itu sendiri. Namun, memerlukan usaha ekstra untuk benar-benar dapat dipahami pemain.

“Saya merasa mampu berkomunikasi dengan baik dengan para pemain. Dan kebanyakan komunikasi terjadi lewat gestur, ketimbang komunikasi verbal. Menggunakan gestur, para pemain sepak bola lebih mudah paham ketika diberikan penjelasan soal penempatan diri ketimbang menggunakan kata-kata. Namun, seiring waktu, sangat penting bagi saya untuk mampu berkomunikasi secara verbal dengan para pemain” ungkap Pochettino.

Kegagalan menguasai bahasa seperti Emery di Arsenal menimpa Gary Neville, yang dipecat Valencia pada tahun 2016. Salah satu masalah yang dihadapi Neville adalah penguasaan bahasa Spanyol.

Mantan pemain Manchester United tersebut punya usaha yang unik untuk mengatasi masalah tersebut. Ia menggunakan teknologi untuk membantunya berkomunikasi dengan para pemain. Neville membagikan iPad untuk setiap pemain. Apakah Neville menggunakan fasilitas Google Translate untuk menjelaskan idenya?

Miguel Angel Angulo, asisten Neville kala itu menjelaskan bahwa tujuannya saat itu adalah supaya setiap pemain, dari beragam latar belakang, lebih cepat memahami taktik dan variasinya. Sebuah usaha untuk mengatasi batasan bernama bahasa.

Sayang, usaha tersebut gagal. Selain para pemain Valencia yang tak bermain dalam performa terbaik, penerjemahan taktik Neville pun tak berjalan mulus. Mengapa Neville tak sukses seperti Pochettino?

Apakah bahasa Spanyol lebih sulit dikuasai ketimbang bahasa Inggris? Apakah itu juga yang membuat Unai Emery gagal? Emery sudah melatih Arsenal selama 18 bulan. Bukan waktu yang pendek untuk bekerja sembari belajar bahasa Inggris, bukan?

Jangan salah, Emery berusaha sangat keras untuk menguasai bahasa Inggris. Dia bahkan tidak mau menggunakan penerjemah di konferensi press pertama ketika melatih Arsenal. Dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, Emery menjelaskan suasana hati dan harapannya bersama Arsenal. Saat itu, banyak orang yang angkat topi karena dianggap punya usaha lebih untuk segera bisa menguasai bahasa Inggris.

Namun, apa yang terjadi? Beberapa bulan setelah musim 2019/2020 berjalan, terbit sebuah berita yang mengabarkan kalau pemain-pemain muda Arsenal harus berkonsultasi kepada Freddie Ljungberg karena tidak paham dengan penjelasan Emery.

Masalah penguasaan bahasa setempat sudah dialami Emery sejak dia menangani Paris Saint-Germain. Kenapa masalah ini berulang? Apakah memang bahasa Inggris sulit dikuasai? Atau ini hanya soal lingkar otak?

Pep Guardiola menghabiskan satu tahun untuk belajar bahasa Jerman. Bahkan dia disebut belajar seperti orang gila. Komunikasi verbal adalah kunci. Meskipun sepak bola dianggap bahasa universal, gestur saja tidak cukup.

Maksud baru bisa tersampaikan oleh komunikator kepada komunikan ketika ada pesan di sana. Maksudnya, hal yang dikomunikasikan baru bisa menjadi pesan ketika bisa dipahami. Baru pesan bisa memberi efek kepada komunikan.

Meledek cara berbicara Emery ketika menggunakan bahasa Inggris bukan sikap yang baik. Namun, Emery juga seperti memberi kesempatan kepada orang lain untuk meledeknya ketika gagal menguasai bahasa Inggris dasar untuk berkomunikasi. Satu aspek penting dari kegagalan Emery bersama Arsenal. Pelajaran penting bagi kamu semua.

BACA JUGA Delusi Emery dan Keberuntungan yang Masih Menaungi Arsenal atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 26 November 2019 oleh

Tags: ArsenalArsene Wengerbahasa inggrisemeryliga inggrisPep Guardiolapsg
Iklan
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Kosakata Bahasa Indonesia Tidak Miskin, Bahasa Inggris Perampok MOJOK.CO
Esai

Bahasa Indonesia Miskin Kosakata Adalah Pandangan yang Terlalu Jauh di Tengah Pemujaan Bahasa Inggris yang “Merampok” Bahasa Lain

7 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar

Nopek Novian: Godfather Konten Kampung yang Panen Dolar

17 Juni 2025
Pertandingan sepak bola putri di Jogja dalam laga MLSC. MOJOK.CO

Sepatu Rusak: Saksi Bisu dari Atlet Sepak Bola Putri di Jogja yang Penuh Nyali dan Nilai Mahal yang Mereka Pelajari

19 Juni 2025
UGM Kampus Terbaik yang Nggak Punya Dosen Problematik MOJOK.CO

Kuliah di Kampus Besar Seperti UGM Bukan Hanya Soal Gengsi, Salah Satunya Cari Aman dari Dosen Problematik

17 Juni 2025
mengurus ktp hilang.MOJOK.

Rasanya Jadi Perantau Mengurus KTP Hilang di Dukcapil Sleman: “Sat-Set”, Lima Menit Selesai, Tidak Ribet Seperti di Tangerang

16 Juni 2025
sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Lulus Kuliah IPK 3,7 tapi Susah Dapat Kerja Gara-gara Tidak Mendengarkan Nasihat Orang Tua

18 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.