MOJOK.CO – Katanya, perempuan ideal dan terbaik adalah mereka yang mau diajak makan di pinggir jalan. Uuuh, apa betul?
Ada anggapan di tengah masyarakat, bahwa perempuan yang mau diajak makan di pinggir jalan adalah perempuan yang terbaik serta ideal untuk dijadikan pasangan. Pasalnya, ini menjadi ciri-ciri seorang perempuan yang bersedia diajak hidup susah, sederhana, dan nggak ribet. Alias: ngajak jalan dia, sama artinya dengan menghemat pengeluaran kencan. Tentu saja ini menjadi salah satu hal yang baik untuk masa depan.
Lantas, benarkah hanya dari satu kegiatan saja, seorang lelaki betul-betul bisa menilai keseluruhan kepribadian teman kencannya ini? Bukankah masih ada rentetan alasan dan kemungkinan lain yang juga bisa menyebabkan seorang perempuan tidak mau makan di pinggir jalan? Bahwa, tentu saja, pilihan ini bukan semata-mata karena alasan matre belaka.
Hal pertama yang perlu dicatat adalah, ketika seorang perempuan nggak mau diajak makan di pinggir jalan, bukan berarti dia selalu pengin makan di tempat yang mewah. Atau setidaknya harus tempat yang fancy dan Instagram-able—sekadar untuk konten yang di-upload di media sosial.
Tolong diingat baik-baik ya, Sayang. Di antara pilihan tempat makan pinggir jalan dan makan di tempat mahal, masih ada begitu baaaaaanyak alternatif tempat makan lainnya. Misalnya, Burjo dan warung makan nggak di pinggir jalan lainnya namun harganya tetap murah, masak sendiri di rumah, atau memilih makan di foodcourt mahasiswa yang lebih terjamin keramahan bagi isi dompetnya.
Jadi, pilihan untuk mau makan di pinggir jalan atau tidak, sebaiknya bukan hanya dilihat sebatas hitam dan putih. Seolah-olah, nggak mau diajak makan di pinggir jalan artinya dia adalah perempuan yang matre adanya. Padahal, kan ya nggak gitu juga.
Lagian kalau kita menganggap makan pinggir jalan sama artinya dengan gaya hidup hemat, murah, dan nggak menguras kantong, sepertinya tidak selalu seperti itu. Buktinya, pecel lele di pinggir Jalan Kaliurang dekat UGM harganya jauh-jauh lebih mahal daripada makan ayamnya Mas Kobis. Kalau nggak percaya, coba aja dicek. Nggak, kok. Sungguh, ini nggak di-endorse sama Mas Kobis. Tapi kalau nanti Mas Kobis jadi pengin endorse ya, diterima dengan lapang dada.
Selain itu, ada kemungkinan lain yang bisa menyebabkan seorang perempuan tidak berkenan makan di pinggiran jalan. Bisa jadi, ia tidak yakin dengan kebersihan tempat makannya. Bagaimanapun juga, masalah kebersihan tempat makan ini adalah sesuatu yang paling penting. Nggak mau kan, setelah makan justru kamu dan pasangan jadi kena diare kompakan?
Oh ya, selain masalah kebersihan, bisa jadi ia sedang mengalami trauma. Lantaran sebelumnya ketika sedang makan di pinggiran jalan, tiba-tiba lewat truk pembawa sampah yang langsung mengubah rasa makanan dengan seketika. Saat ini, ia sedang butuh waktu untuk pelan-pelan beradaptasi lagi dengan pengalaman buruk yang pernah menimpanya. Jadi tidaklah elok rasanya, jika kamu langsung men-judge bahwa dia adalah perempuan yang matre dan manja.
Selanjutnya, pilihan nggak mau diajak makan di pinggir jalan, mungkin diam-diam dia sedang ingin mengetes pasangannya. Dia ingin melihat responmu dalam keadaan yang bikin tidak semua lelaki itu nyaman. Misalnya, kira-kira jika ia bersikap sebegitu manjanya dan nggak asal mau makan di mana saja, apakah pasangannya masih tahan? Ataupun ia ingin melihat, apakah pasangannya adalah seseorang yang pelit dan hitung-hitungan, jika diajak makan di tempat yang lebih well keadaannya?
Jika seorang lelaki beralasan bahwa hanya dengan mengajak perempuan makan di pinggir jalan karena ingin melihat: apakah pasangannya betul-betul mau diajak hidup susah nantinya. Lebih baik hentikan ini semua, Sayang. Apakah kamu betul-betul sepesimis itu dengan masa depanmu sehingga dari jauuuuh sudah merencanakan untuk hidup susah?
Bukankah akan lebih baik kalau pola pikirmu ini yang di-setting ulang? Bahwa, dalam keadaan susah tersebut, kamu akan mengusahakan untuk segera keluar, nggak mau lama-lama dari keadaan susah itu, dan berusaha mencapai keadaan yang lebih baik?
Sekali lagi, makan di pinggir jalan bukan menjadi satu-satunya indikator bahwa dia memang pantas untuk mendampingimu. Kriteria perempuan yang baik kan banyak, tidak sebaiknya hanya dilihat dari tempat makan saja. Meski dia mau diajak makan di pinggiran jalan, bukan artinya dia nggak bakalan selingkuh. Sayang, semua orang punya kesempatan yang sama untuk berbuat jahat. Nggak terbatas hanya dilihat dari tempat makannya saja. Camkan ini!!!111!!
Lagian, apa, sih, enaknya punya pasangan yang mau diajak makan di pinggiran jalan, tapi dia masih suka bergosip, gampang emosi, ngomongnya suka ngawur dan bikin sakit hati? Selain itu, ternyata dia tetap bergaya hidup mewah, branded, dan bergabung di arisan-arisan sosialita? Yang kemudian tidak kamu sadari, sebetulnya makan di pinggir jalan ini hanya sebagai pencitraan semata sebagai konten di media sosial saja.
Udahlah, kalau pasangan nggak mau makan di pinggir jalan dituruti aja. Lagian makan di luar juga nggak setiap hari juga~