Bicara soal aplikasi, saya selalu teringat Steve Jobs ketika ia pertama kali mengenalkan iPhone kepada publik pada tahun 2007. “Sebuah iPod, sebuah telepon, sebuah alat komunikasi bergerak… ketiganya tidak terdapat dalam perangkat yang berbeda! Dan kita menyebutnya sebagai iPhone!” kata Jobs. Hadirin pun menjura. Sebuah perangkat yang dapat melakukan beberapa fungsi sekaligus melalui aplikasi akhirnya muncul dalam peradaban manusia.
Sejak itulah ponsel cerdas menjadi kian dikenal. Beberapa vendor teknologi seperti Google, Microsoft, dan Samsung turut berlomba memproduksi ponsel cerdas.
Semakin banyaknya varian ponsel cerdas di pasaran, aplikasi-aplikasi mobile pun tambah merebak. Kini ada jutaan aplikasi yang telah dikembangkan untuk memanjakan penggunanya. Ada yang semakin meredup, ada yang bertahan, dan ada pula yang semakin matang menjadi sebuah aplikasi.
Tentu kita masih ingat bagaimana aplikasi permainan Angry Birds buatan Rovio Entertainment begitu populer di tahun 2012. Karakternya yang ikonik, membuat Angry Birds digemari anak-anak (dan tak tertutup juga orang dewasa). Beberapa varian Angry Birds muncul, diikuti dengan berbagai gimmick karakternya dalam bentuk boneka dan film.
Lihat juga bagaimana seorang pengembang game asal Vietnam, Nguyen Ha Dong, seperti tertimpa durian runtuh ketika ia, secara tak sengaja membuat permainan sederhana yang dinamakan Flappy Bird. Permainan tersebut begitu populer di awal tahun 2014. Tak lama setelahnya, Flappy Bird ditarik dari Apple App Store dan Google Play karena dinilai menyebabkan adiksi pengguna. Ya, setiap aplikasi memang memiliki masa emasnya sendiri-sendiri.
Melalui tulisan ini saya tidak akan memasukkan platform aplikasi yang memang sudah besar dalam beberapa tahun ke belakang, seperti Facebook, Youtube, Twitter, atau Instagram. Saya juga tak akan memasukkan sederet aplikasi yang lebih populer di luar Indonesia, semisal aplikasi chatting WeChat dan Snapchat, aplikasi pemutar musik Apple Music, hingga aplikasi kencan ala Tinder.
Aplikasi-aplikasi berikut dipilih karena pernah membuat heboh di Indonesia—setidaknya pernah dibahas di situsweb sejuta umat, Mojok, banyak dibicarakan orang, juga diramalkan masih dibutuhkan pengguna gawai di tahun-tahun mendatang. Berikut daftarnya.
5. Vine
Hanya dalam waktu empat bulan, aplikasi yang awalnya dikembangkan oleh Dom Hofmann, Rus Yusupov, dan Colin Kroll ini diakusisi oleh platform mikroblog Twitter pada bulan Oktober 2012 yang lalu. Vine adalah layanan perekam video berdurasi 6 detik, yang berisi cuplikan-cuplikan video singkat. Cara menggunakannya sangat mudah, tinggal pencet-tahan untuk merekam video. Anda bisa langsung membagikannya ke berbagai situs media sosial.
Banyak video singkat yang tersebar dalam jejaring Vine, dari yang berisi konten parodi/humor, selfie, hingga yang bersifat informatif (how to). Anda akan menemukan harta karun video yang bisa mengocok perut Anda sampai kesemutan. Bagi penggemar bola, cuplikan video detik-detik terjadinya sebuah gol yang dibuat menggunakan Vine tentu sangat berguna.
4. Duel Otak
Mari lupakan sejenak permainan adiktif nan njelimet ala Clash of Clans (CoC). Jenis permainan strategi yang belakangan masih digemari muda mudi yang hobi mengoleksi gold dan elixir untuk membangun sebuah istana yang fana. Atau permainan Candy Crush yang sampai detik ini masih jadi primadona ibu-ibu PNS kala senggang. Permainan yang tujuannya hanya untuk mengejar jabatan kedinasan level permainan yang tiada ujung.
Duel Otak termasuk dalam aplikasi kuis multiplayer kasual satu lawan satu. Pertanyaan-pertanyaan dikumpulkan dalam kategori-kategori tertentu. Tendensi menjatuhkan lawan dengan cara memilih kategori pertanyaan yang tak dikuasai lawan seringkali jadi senjata pamungkas. Walau begitu, justru bukan karena ragam pertanyaannya yang membuat Duel Otak digandrungi, tetapi karena efek post-game-syndrome yang bisa membuat pemainnya gemas bukan kepalang.
Bayangkan bagaimana perasaan pemain yang kalah jika lawan yang menang membagikan skornya ke jejaring sosial sambil mengumbar umpatan, “Belajar dulu yang bener!”, “Baca buku dulu sebelum nantang”, “Bak mandi dikuras dulu ‘tuh baru main lagi”, sampai “Eh, kok lama benget, mau googling dulu, ya?”.
Yah, dengan efek yang seperti itu, semoga saja Duel Otak tak benar-benar difatwaharamkan oleh MUI, seperti kata doi.
3. GoJek
Kurang afdol rasanya jika tak memasukkan aplikasi ‘buatan dalam negeri’ yang naik daun berikut dengan segala polemiknya di negeri sendiri: GoJek.
GoJek tak lain hanyalah sebuah aplikasi pihak ketiga yang menjadi jembatan antara tukang ojek dengan para pengguna gawai. Sebuah layanan berbasis lokasi yang menawarkan kemudahan dalam mencari tukang ojek terdekat.
Harga yang relatif lebih murah (dengan embel-embel promo) ketimbang ojek pangkalan, sukses membuat masyarakat di ibukota ketagihan. Selain lebih murah, layanan GoJek mampu menembus kemacetan Jakarta yang aduh-entah-sampai-kapan-berakhirnya. Angkutan umum lain seperti mikrolet, bajaj, dan mini bus semakin ditinggalkan pengguna karena tak mampu mengatasi kemacetan di jalan raya. Kian hari, portofolio GoJek kian bertambah.
Dengan platform semacam itu, GoJek sukses membuat abang-abang di pangkalan ojek pengkolan jadi ngambek dan tak terima, lantaran pelanggan setia mereka diembat begitu saja. Alhasil, banyak di antara tukang ojek tersebut yang memilih bergabung dengan GoJek.
Namun, berita-berita tak sedap juga sempat mengguncang cerita motivasional GoJek. Seperti, misalnya, beberapa oknum GoJek kedapatan melakukan transaksi fiktif saat menggunakan aplikasi GoJek. Hingga sensasi lain yang terbaru, seperti pelarangan GoJek oleh Pak Menteri Perhubungan, meski akhirnya diizinkan kembali oleh Pak Presiden.
Kini GoJek mulai menambahkan layanan baru selain ojek, termasuk layanan pengantar jodoh, pengantar makanan, pengantar barang kiriman, pijat panggilan, hingga tukang bersih-bersih. Selain berekspansi melebarkan fitur-fiturnya, GoJek juga mulai merambah ke kota-kota selain Jakarta, seperti Jogja, Semarang, Medan, Balikpapan, hingga Palembang. GoJek juga menginspirasi layanan serupa seperti GrabBike, UberTaxi, dan BluJek.
Lwaaarrr byasa. Semoga GoJek gak bikin gojeg lagi lah ya, makin #GoRakyat.
2. Periscope
Seperti halnya Vine, Periscope termasuk layanan berbagi video. Periscope lebih dikenal sebagai aplikasi video siaran langsung. Aplikasi ini dirilis pada bulan Maret 2015, hampir bersamaan dengan Meerkat, aplikasi serupa yang rilis terlebih dahulu sebulan sebelumnya. Aplikasi yang awalnya dikembangkan oleh Kayvon Beykpour dan Joe Bernstein ini akhirnya diakuisisi (lagi-lagi) oleh Twitter, sehingga membuat Periscope semakin populer.
Periscope menawarkan cara berkomunikasi dua arah antara penyiar dengan pemirsanya. Semua orang berhak menjadi penyiar. Tak seperti televisi yang sifatnya hanya satu arah, aplikasi Periscope memperbolehkan pemirsanya untuk curhat memberikan komentar kepada penyiar. Komentar tersebut dapat dibaca secara langsung dan segera bisa ditanggapi oleh penyiar.
Banyak seleb yang mulai menggunakan Periscope. Sebut saja Dian Sastro, Raisa, juga Maudy Ayunda. Periscope mereka gunakan tak sekadar untuk menyapa penggemarnya, tetapi juga untuk ngobrol-ngobrol atas topik tertentu serta update aktivitas sehari-hari. Cocok buat Anda yang ingin jadi seleb dadakan.
Editorial bagian aplikasi Apple dan Google sepakat menempatkan Periscope sebagai aplikasi mobile terbaik di tahun 2015. Apakah Periscope akan segera mematikan siaran langsung televisi dalam hal kecepatan menggosip mengabarkan informasi? Siapa tahu.
1. Canva
Jika keempat aplikasi di atas adalah aplikasi mobile, saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah aplikasi web bernama Canva. Mungkin banyak yang belum tahu, maka inilah saatnya Anda harus mengenal aplikasi yang menjanjikan ini. Fiturnya yang lengkap, sesuai dengan kebutuhan pengguna, pun hanya butuh koneksi internet untuk dapat menggunakan aplikasi ini. Setidaknya Canva membuat kita lebih produktif dan kreatif, sehingga layak masuk dalam jajaran aplikasi terbaik 2015.
Canva lahir di Sydney, Australia, tahun 2012. Dikembangkan oleh para tutor desain grafis yang tujuan awalnya untuk memudahkan anak didiknya mempelajari dasar-dasar desain grafis. Sampai sekarang tercatat ada lebih dari 6 juta pengguna Canva yang terdaftar. Meskipun Canva hanya dapat diakses melalui aplikasi web dan iPad, rasanya tinggal menunggu waktu saja Canva dapat dinikmati di gawai iPhone dan Android.
Canva cocok bagi Anda yang ingin membuat meme, poster, atau cover Facebook, Twitter, slide presentasi, kartu ucapan, juga kartu nama secara instan tanpa harus membuka aplikasi tambahan seperti CorelDraw atau Photoshop. Ada banyak desain template, filter/efek foto, grafis, dan jenis font yang bisa Anda gunakan secara cuma-cuma.
Bagaimana, tertarik untuk mencoba? Oh, tidak tertarik? Ya, wajar saja. Kamu memang gaptek.