MOJOK.CO – Selain bapak dan ibu guru, Lebah Ganteng rasa-rasanya pantas kita sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa!
Sebagai penikmat variety show berjudul Running Man, saya cukup menggantungkan diri pada subtitel yang menyertainya, baik dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Ha gimana, susah banget buat ikutan ketawa kalau nggak paham Lee Kwang Soo atau Song Ji Hyo ngomong apa.
Sebuah polemik pernah muncul ke permukaan. Sebuah fansite memprotes oknum-oknum tak bertanggung jawab yang menyebarkan subtitel buatan mereka tanpa menyertakan kredit dan—ini lebih parah—mengambil keuntungan. Padahal, FYI saja, si fansite ini menerjemahkan setiap episode Running Man tanpa mendapat keuntungan sepeser pun.
Ingatan di atas seperti segar kembali waktu sebuah kenangan lain mendadak lewat dan tumpah di lini masa Twitter berikut ini:
Barusan penasaran terus baca2 artikel, terus tau bahwa Lebah Ganteng ga dapet penghasilan dari subtitle2 yg dia buat.
Aku sedih. 🙁— Nessie Judge (@nessiejudge) October 17, 2019
Lebah Ganteng.
Bukan, nama ini bukan milik seekor tawon yang kebetulan lebih cakep dibanding tawon lainnya (lagian tawon cakep itu yang kayak apa, deh?!), bukan pula nama panggung seorang badut ulang tahun. Penikmat film-film luar negeri yang biasa nonton via streaming atau mengunduh di Torrent pasti kenal betul nama ini: ia adalah orang yang “hobinya” menerjemahkan film-film asing dan menghadirkan subtitel secara gratis.
Nggak ada yang tahu apakah Lebah Ganteng ini ganteng beneran atau nggak—mengingat ia ingin identitasnya dirahasiakan—tapi yang jelas, kita sama-sama paham satu hal: Lebah Ganteng merupakan pahlawan kita di masa-masa kegelapan sebelum les bahasa asing bisa kita ikuti.
Kabar yang menyebutkan bahwa selama ini Lebah Ganteng bekerja sukarela alias tidak mendapatkan uang dari 500-an film yang sudah ia buatkan terjemahannya tentu bikin kita jadi kaget-kaget-sedih. Ternyata, selain bapak dan ibu guru kita, Lebah Ganteng juga rasa-rasanya pantas kita sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa!
Meskipun, yah, saya nggak tahu apakah Lebah Ganteng bisa masuk surga—kayak pendapat Pak Mendikbud soal guru –guru honorer yang gajinya kecil itu.
Tapi—omong-omong—gimana ceritanya, sih, kok Lebah Ganteng bisa-bisanya nggak dapat uang dari subtitel yang dia bikin???
Dikutip dari Tirto, Lebah Ganteng menyebut dirinya memulai kegiatan sebagai subber dari tindakan iseng semata. Soalnya, saat dia mencari subtitel untuk sebuah serial TV yang akan ditontonnya, ia tak menemukan di mana pun. Akhirnya, dibuatlah subtitel pertamanya, yang kemudian mengawali ratusan lainnya.
Seperti subber lainnya, ia memang sempat menerima request subtitel yang membuatnya mematok harga beragam. Tapi ingat, dalam proses penerjemahan, tak ada keuntungan yang ia dapatkan.
“Bukan diunggah terus dapet duit. Saya murni berbagi,” kata si Lebah.
Asal kamu tahu saja, apa yang Lebah lakukan ini nggak enteng-enteng banget. Dikutip dari Vice, ia bahkan membuat subtitel langsung di Notepad. Artinya, ia sengaja menonton film dari awal hingga akhir, menuliskan terjemahan file SRT, dan menjadikannya file subtitel. Software hanya akan digunakannya untuk mewarnai subtitel.
Saya jadi ingat: bertahun-tahun lalu, saya pernah menjadi tukang terjemah untuk pembuatan subtitel video-video pendek JKT48 di sebuah fansite. Apakah ada fee-nya? Tentu saja tidak. Persis seperti apa yang Lebah Ganteng katakan, ini semua adalah perkara “berbagi”.
Bahwa ada orang di luar sana yang ingin mengetahui apa yang diucapkan tokoh dalam film atau video adalah motivasi bagi kami, para subber serupa si Lebah. Meskipun, jujur saja, menerjemahkan manual dan mengetiknya langsung di Notepad sambil memastikan timing kalimat tertentu diucapkan adalah pekerjaan yang melelahkan.
Tapi anehnya, pekerjaan yang melelahkan ini juga jadi menyenangkan setiap kali teringat akan ada banyak orang yang terbantu karenanya.
Duh, Lebah Ganteng. Terima kasih banyak ya. Semoga hidupmu dimudahkan selalu!
BACA JUGA Menyoal Kesalahan Penerjemahan Bahasa Inggris yang Suka Ngasal atau artikel Aprilia Kumala lainnya.