MOJOK.CO – Ada alasan yang kuat mengapa seseorang berkata bahwa panggilan alam yang ia jalani, alias BAB atau boker, adalah aktivitas meditasi untuk mendapatkan inspirasi.
Buang air besar (BAB) atau boker atau sering juga diberikan istilah penghalus “panggilan alam”, adalah aktivitas manusiawi yang pasti dikerjakan setiap individu di dunia ini. Mau sekaya apa pun kamu, setinggi apa pun jabatanmu di kantor, atau seberapa banyak pun followers-mu, kalau perut melilit dan kebelet, ya ujung-ujungnya bakal ngeden juga. Sungguh, aktivitas BAB ini selayaknya sebuah pengingat bahwa kita semua adalah sama sebagai manusia. Masyaallah.
Saking menyenangkannya BAB, ada banyak hal yang kita lakukan secara sadar ataupun tidak sadar di toilet. Kenikmatan membuang sampah-sampah yang bersarang di usus pun dibarengi dengan aktivitas penuh khidmat yang kemudian menjadi cikal bakal alasan mengapa boker dianggap dekat hubungannya dengan “mencari inspirasi”.
[!!!!!!11!!!1!!!]
Pentingnya panggilan alam alias BAB dalam menemukan inspirasi ternyata telah tampak di saat kita masih kinyis-kinyis dan selalu berteriak “Mamaaa, udaaaah!” setiap selesai boker. Jarak antara detik pertama kita jongkok (atau duduk, bagi yang punya kloset duduk) dan datangnya bala bantuan (baca: Mama yang datang untuk nyebokin) umumnya menyimpan cerita panjang soal renungan kamar mandi kita. Tentu saja, yang tahu hal ini hanya kita, gayung, tembok, air keran, dan Tuhan Yang Maha Esa.
New York Times, pada tahun 2012, pernah mengadakan penelitian terhadap orang-orang kesepian. Kemu—eh, eh, tunggu sebentar, apa hubungannya orang kesepian sama orang-orang yang mau boker karena udah kebelet???
O, tentu saja ada. Yang sabar dulu, Gaes.
Perlu dipahami, menghabiskan waktu di toilet selama 5 hingga 15 menit (atau lebih, kalau sembelit) tentu memaksa kita menjadi orang yang kesepian. Nah, dengan demikian, perlu kita ketahui bahwa New York Times, pada tahun 2012, juga pernah mengadakan penelitian terhadap orang-orang kesepian. Hasil dari penelitian ini adalah seseorang bisa saja mengembangkan perilaku-perilaku aneh, mulai dari berbicara dengan seekor kucing ataupun bernyanyi-nyanyi sendiri di kamar mandi.
Dalam penelitian yang sama, disebutkan pula bahwa selama 6 hingga 15 menit pertama berada dalam kondisi sendirian, seseorang mulai akan menunjukkan ketidaknyamanannya. Sebanyak 70 persen responden pria dan 25 persen perempuan mengaku menggunakan waktu-waktu sepinya dengan bantuan musik atau ponsel untuk mengalihkan perhatian.
Nah, itulah, Saudara-saudara, gambaran singkat dari apa yang terjadi di toilet saat kita menuntaskan panggilan alam dan mencari inspirasi melalui tingkah laku aneh yang muncul secara spontan.
Buktinya, sembari menunggu kotoran terbuang dengan sendirinya, tak jarang kita melakukan hal-hal ini sebagai bentuk distraksi paling simpel dan sederhana:
Pertama, memandangi tembok dan lantai kamar mandi.
Beberapa kamar mandi dilapisi dengan keramik bermotif di dinding dan lantainya, meski ada pula yang berupa semen biasa tanpa hiasan warna-warni. Yang menarik, dinding dan lantai kamar mandi ini seakan-akan memiliki rahasia terdalam yang hanya bisa kita lihat sambil ngeden. A-apa maksudnya?
Tak jarang, ada beberapa cipratan air mandi yang mendarat di tembok, meninggalkan bekas berbentuk abstrak. Dari bentuk-bentuk random dan adanya relief-relief menarik dari keramik kamar mandi di dinding maupun lantai, imajinasi kita pun berkeliaran, menciptakan novel sepanjang caption Instagram di kepala. Sampai bilasan terakhir, kita pun tinggal bersusah payah mengingat caption indah tadi untuk segera di-post tanpa basa-basi.
Kedua, mainan air di tangan.
Saking luangnya waktu di toilet, beberapa dari kita pun memilih aktivitas yang cuma membutuhkan dua hal: air dan tangan. Caranya? O mudah saja: taruh beberapa tetes air di tangan secara berurutan hingga membentuk sebuah gugusan bisul air yang—anehnya—enak dilihat. Lakukan berulang kali, pecahkan, lakukan kembali, pecahkan—gitu terus sampai usiamu 25 tahun dan sudah siap menghadapi quarter life crisis. Mantap!
Ketiga, latihan jadi orang terkenal.
Berusaha itu pasti, berdoa itu wajib, berlatih itu perlu: dengan prinsip-prinsip ini, wajarlah jika saat BAB kita justru menggunakan waktu sebaik mungkin untuk mempersiapkan diri, baik sebagai aktor, penyanyi, atau orang terkenal yang harus diwawancara setiap 5 menit.
Ya, benar, Saudara-saudara, dengan bantuan gayung dan pantulan bunyi yang dihasilkan dalam kamar mandi, rasa-rasanya suara kita sudah selevel Ruth Sahanaya dan Glenn Fredly. Menyanyi di kamar mandi pun bisa dilakukan sebagai refleksi dari kenangan-kenangan dan khayalan yang suka muncul tiba-tiba di sela-sela tarikan napas saat ngeden, misalnya: teringat mantan yang selingkuh atau bahkan membayangkan diri ketemu Baekhyun EXO dan ditaksir, sampai akhirnya diajak nikah, tapi harus kena ancaman dari fans garis kerasnya. Bisa juga kita membayangkan diri mendapat kabar bahwa kita sesungguhnya adalah cucu Ratu Elizabeth yang harus kembali ke UK dan menjadi putri kerajaan untuk dijodohkan dengan putra bangsawan, meninggalkan pacar yang sudah memanggil kita Bebeb selama 7 tahun. Sekonyong-konyong, lagu Reza Artamevia yang judulnya Satu yang Tak Bisa Lepas seolah terputar otomatis di kepala kita.
Kita pun merasa sedih, diikuti suara “Plung!” yang kemudian terdengar sebelum kita menekan tombol Flush.
Iya, hidup terasa begitu complicated parah kalau kita mengkhayal pas lagi boker.
Tapi… seru.