MOJOK.CO – Kita terlalu sibuk terkejut-kejut mendengar Awkarin menjual akun ke dirinya sendiri, sampai-sampai kita lupa telah dikerjai oleh ekspektasi yang absurd.
Seorang kerabat pernah bekerja di sebuah stasiun televisi swasta yang kerap memproduksi FTV siang dan acara musik dengan host lebih dari tiga orang. Cerita yang ditawarkan di FTV-FTV ini biasanya sangat kompleks sekaligus rada-rada absurd, misalnya tentang anak penjual jamu yang kebetulan ditaksir sama anak presiden setelah nggak sengaja hampir ketabrak di perempatan.
Itu baru FTV—acara musiknya lebih heboh lagi. Pokoknya, kalau di panggung kelihatan sepi, kayaknya si penyelenggara acara nggak bisa tidur tenang. Maka, jumlah pembawa acara terus ditambah—makin banyak makin bagus. Tak lupa, obrolan mereka nggak boleh melulu ngomongin kualitas musik para musisi yang tampil, melainkan harus mengungkit kehidupan pribadi masing-masing. Jadi, penonton bisa dapat keuntungan: nonton band, sekaligus nonton gosip. Masyaallah, beruntungnya kita semua~
Waktu ditanya alasannya, si kerabat cuma bisa menjawab pasrah,
“Gimana lagi, memang itu kesukaan penonton Indonesia, kok. Semakin drama, semakin ramai ditonton. Kalau bikin acara yang ‘normal’, nggak bisa makan kita.”
A-apa??? Ja-Jadi gitu???
Kekagetan tadi seakan berbanding lurus dengan anggapan bahwa masyarakat kita memang menggemari drama. Buktinya, semakin absurd cerita sinetron, semakin bahagialah penonton—mulai dari sinetron dengan judul ribet dan njlimet semacam “Suamiku adalah Anak Tetanggaku yang Dulu Kenalan Sama Adik Pamanku di Kota Tempat Tinggal Teman Kakekku” hingga judul yang membawa-bawa dunia azab semacam “Azab Penjual Online yang Slow Response, Kain Kafannya Belum Ready Stock” dan lain sebagainya.
Makin aneh? Ya nggak papa, soalnya makin disukai!
Awkarin, selebgram Indonesia yang bernama asli Karin Novilda, agaknya nglothok betul soal prinsip anomali ini. Buktinya, beberapa kali namanya melambung justru lewat drama dan sensasi, mulai dari pengalamannya pacaran dengan cowok bernama Gaga, kisah putus cintanya yang disiarkan di YouTube sambil menangis, lagu-lagu kontroversial bersama Young Lex, dan lain sebagainya. Namun, mengejutkannya, beberapa pekan lalu, ia justru memutuskan untuk melakukan hal yang baru, yaitu…
…berhenti dari Instagram dan tidak akan lagi menggunakan akunnya.
[!!!!!11!!!!!11!!!]
Akunnya disebut-sebut sudah dijual dan ia bakal kembali per tanggal 22 Oktober (kemarin) untuk menyelesaikan segala paid promote yang telah dibayar. Oh ya, tidak lupa, ia menyebut hal ini bukanlah drama atau hoaks.
Beberapa hari setelah pengumuman, foto-foto Awkarin yang menjadi relawan di Palu mulai bertebaran. Tanpa riasan tebal, Karin terlihat menikmati waktu bercengkrama dengan anak-anak korban gempa bumi dan tsunami Palu. Sontak, pujian bertubi-tubi datang. Orang-orang merasa Awkarin “jahat” sudah berubah jadi Awkarin “baik”—tanpa make up, baju seksi, media sosial, dan kamera.
Sampai di sini, rasa-rasanya Awkarin memang sedang bertransformasi menjadi Saras 008 orang yang bisa kita anggap sebagai sumber positive vibes. Beberapa orang meyakini Karin memang ingin melepas akun Instagramnya agar bisa hidup normal dan bebas dari media sosial, seperti si YouTuber Reza Arap. Tapi, benarkah???
*JENG JENG JENG*
Kemarin Senin (22/10), Awkarin menepati janjinya. Melalui akun Instagramnya, Karin membagikan link video di YouTube berjudul I Quit Instagram. Dalam video berdurasi kurang lebih 44 menit ini, kita bisa duduk manis dan mendengar kisah hidup perjalanannya, hingga sampai di pengumuman akhir yang menyebutkan nama pembeli akun Instagramnya, yaitu…
…dirinya sendiri yang baru.
Iya, saya ulangi sekali lagi: Karin menjual akun Instagramnya kepada dirinya sendiri yang ia sebut sebagai The New Karin.
Karin-yang-lama menjual akunnya kepada Karin-yang-baru.
Karin-yang-barulah yang akan menggunakan Instagram mulai hari itu.
[!!!!!11!!!!!11!!!]
Dalam videonya yang panjang tadi, Karin bercerita tentang keluarganya, usaha yang dia rintis, hingga mental illness yang dia derita. Sungguh, deh, Karin, sebagai manusia biasa yang juga rapuh dan penuh air mata, rasa-rasanya saya ingin memeluk kamu supaya bisa menghibur dan menguatkanmu, tapi…
…kenapa, sih??? Kenapa harus menjual dan membeli akun sendiri, dari diri sendiri ke diri sendiri??? Apa tujuannya Karin??? Apakah ini yang kamu sebut sebagai ‘bukan drama’, Sayangku??? :(((
Kekesalan netizen yang merasa ‘di-prank’ oleh drama Awkarin meluap. Mereka memang mengapresiasi keberanian Karin menghadapi depresi, tapi fakta bahwa Karin ternyata ‘menjual’ akunnya ke dirinya sendiri membuat mereka geleng-geleng kepala. Lah itu bedanya apa sama ‘nggak dijual ke siapa-siapa’, Mbak?
Di balik bengong-bengong kesal gara-gara drama Awkarin, agaknya kita bisa mengira-ngira maksud dan tujuannya. Apakah ia sebenarnya memunculkan drama ini untuk mengingatkan kita pada hal-hal bodoh yang pernah kita lakukan sebelumnya? Maksud saya, ngapain sih kita sok-sokan kirim SMS atau chat ke diri sendiri hanya supaya kelihatan sibuk dengan hape? Ngapain juga kita capek-capek kebagian jadwal jualan danus buat acara kampus, tapi ujung-ujungnya kita pilih untuk membelinya dengan uang sendiri biar cepat selesai?
Sebelum pertanyaan-pertanyaan ini dijawab Karin, kita semua sepertinya sudah bisa menyimpulkan apa yang terjadi: otak branding dan self-marketing Awkarin beserta timnya jelas tak bisa diragukan. Kalaupun hal ini membuat kita (dan saya) kesal setengah mati karena merasa dikerjai, sepertinya kita harus ingat kembali pada kata-kata Karin di video: katanya, ekspektasi dan harapanlah yang paling mudah membuat kita kecewa.
Artinya, kalau kita terlalu berekspektasi pada masyarakat kita sendiri agar tidak lagi gampang termakan drama, yaaaa siap-siap aja jatuh terjerembap dalam lembah kekecewaan yang dalam.
Eaaa~