MOJOK.CO Kenapa hanya Milea saja, Dilan? Kalahlah kau sama Lupus.
Sejak Desember 2017, teaser film Dilanku 1990 telah diunggah di banyak media sosial dan banyak dibagikan. Para pembaca novel Pidi Baiq ini pun berdebar-debar, menantikan peluncuran filmnya yang jatuh pada hari Kamis besok, 25 Januari 2018.
Disebut-sebut, Dilan bukanlah tokoh fiktif; ia benar-benar ada dan telah membuat Milea jatuh hati berkat sikap dan kepuitisannya.
Bahkan, hingga hari ini, kutipan-kutipan romantis dan slengekan ala Dilan bertaburan di media sosial, diikuti dengan caption emoji love dan tagar #relationshipsgoals.
Kepopuleran Dilan sedikit banyak mengusik rasa penasaran saya. Saat saya masih muda *uhuk*, saya juga menggandrungi seorang tokoh cowok dalam cerita. Bukan Dilan, namanya Lupus.
Siapa yang kenal Lupus? Tjieee, kita seumuran~
Dilan dan Lupus adalah tokoh dalam novel yang lahir dari dua tangan yang berbeda. Kalau Pidi Baiq menulis Dilan, Lupus sendiri diciptakan penulis Hilman Hariwijaya. Sama-sama ber-setting sebagai anak muda dan kekinian pada zamannya, Dilan dan Lupus sukses menarik perhatian Indonesia.
Tapi, di antara Dilan dan Lupus, ada jurang perbedaan yang cukup besar.
Kalau kita perhatikan, gaya PDKT mereka berdua jelas berbeda. Untuk menyatakan cinta, misalnya. Pertama-tama, Dilan menggombali Milea dengan sistem “nanggung”.
“Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Nggak tahu kalau sore. Tunggu aja.”
Besoknya, pernyataan cinta Dilan untuk Milea muncul pertama kali lewat sepucuk surat.
“Pemberitahuan: Sejak sore kemarin, aku sudah mencintaimu.”
Diakui Dilan, ia sengaja memilih surat karena menyatakan cinta secara langsung sudah biasa. Hmm, rupanya Dilan merupakan jenis bad boy yang konvensional~
Ini beda banget sama Lupus. Mas-mas berjambul ini lebih memilih cara unik untuk memperlihatkan cintanya. Pertama-tama, Lupus melempar tebakan pada Poppy, sang pujaan hati.
“Jin, jin apa yang nggak nguatin?”
Poppy kebingungan, lalu akhirnya Lupus menjawab, “Jin…akin hati kamu.”
“Apa bedanya vespa sama kamu?” kejar Lupus lagi.
Karena Poppy nyerah, Lupus membagi jawabannya kembali, “Kalau Vespa antik, kalau kamu… cantik!”
Lalu, cuuup~ Lupus mengecup Poppy sembari berkata, “I love you.”
Selesai.
Perbedaan lain antara Dilan dan Lupus kembali terlihat di waktu ulang tahun gadis pujaan.
Di hari ulang tahun Milea, Dilan muncul dengan kado super tyda biasa: buku TTS. Lebih unik lagi, buku ini sudah diisi semua, dengan catatan khas romantis tipis:
“Selamat ulang tahun, Milea.
Ini hadiah untukmu, cuma TTS.
Tapi sudah kuiisi semua.
Aku sayang kamu.
Aku tidak mau kamu pusing karena harus mengisinya.”
Sementara itu, Lupus mempersiapkan sesuatu yang tak kalah spektakulernya. Di hari ulang tahun Prudence (gadis incaran Lupus saat masih SMP), ia bukan mengisi TTS, melainkan mengumpulkan… tebakan~
“Eh, aku mau ngasih tebak-tebakan ke kamu. Soalnya nanti tebakan ini akan kujadiin doorprize di acara ultahnya Prudence,” kata Lupus pada temannya.
“Sekarang, sebutkan negara yang paling sedikit penduduk ceweknya?”
“Ah, nga tau.”
“Sri Langka!”
“Oh iya.”
“Kalau negara yang penduduknya laki semua?”
“Nga tau juga.”
“Bang Lades!”
Kedua metode ini sama-sama menarik dan bisa jadi contekan dalam merebut hati wanita. Tapi, yang jadi pertanyaan saya, kenapa hasilnya berbeda?
Sebagai catatan nih, lewat keahliannya bermain tebak-tebakan, Lupus sukses menggaet banyak wanita, seperti Prudence, Poppy, Milla, Rina, dan Happy. Malah, tak jarang, cewek-cewek ini terang-terangan “berebut” Lupus. Uwuwuwu~
Terus, Dilan gimana?
Meskipun kutipannya romantis dan di-retweet terus, hanya satu Milea saja dalam cerita yang dibuatnya klepek-klepek.
Setelah ditelisik lebih dalam, ternyata penyebabnya cuma satu, sederhana pula: Dilan melupakan tebak-tebakan.
Tidak ada yang romantis dari tebakan Lupus; tidak seperti Dilan. Tapi, tebak-tebakan receh itu nyatanya berhasil menciptakan senyum di bibir wanita. FYI, cewek suka cowok humoris. Gemesh. Chu. Cubit-able. Unyu, pokoknya.
Lalu, bagaimana seharusnya agar Dilan bisa sekece Lupus dalam bermain teka-teki?
Gampang. Perhatiin deh: Lupus suka makan permen karet, tapi Dilan nga.
Di Indonesia, apalagi zaman dulu, bungkus permen karet selalu berfaedah. Mengapa demikian? Kamu bisa menemukan banyak tebakan dan plesetan di sana~
Yha, itulah mengapa Lupus tak henti mengunyah permen karet. Setiap hari sebenernya dia ngeborong permen karet dan ngapalin tebakan-tebakannya. Berkat kegigihannya, ia berhasil menggaet wanita incarannya.
Ha yakin tenan aku ki.
Maka, my lov, cobalah. Belilah permen karet dan pelajari tebak-tebakannya. Kalau susah nemu tebakan di bungkus permen karet, follow Mojok aja di Instagram atau Twitter, soalnya suka ada #TebakanMojok.
Lumayan buat referensi. Hehe~
BACA JUGA Dilan 1991 dan Dilanku yang Hijrah Tahun 1440 Hijriah dan tulisan lainnya dari Aprilia Kumala.