MOJOK.CO – Jika Cristiano Ronaldo adalah juru selamatnya Real Madrid, maka Grand Max layak mendapatkan predikat sebagai juru selamatnya Daihatsu.
Mobil Grand Max yang masih dihidupkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, hingga kini, mampu menjadi pembeda bagi Daihatsu di antara produk-produk lainnya.
Bagaimana dengan Daihatsu Xenia? Xenia sedikit kalah jika dibandingkan Toyota Avanza, saudara tiri, sekaligus rivalnya tersebut, untuk menyandang status mobil sejuta umat. Kemudian ada Terios, produk serupa tapi tak sama dengan Rush, yang juga masih menjadi yang kedua jika dibandingkan dengan Rush.
Di kelas LGCC (Low Cost Green Car), Daihatsu memiliki dua produk andalan, yakni Sigra dan Ayla. Status keduanya, lagi-lagi, menjadi yang kedua, di bawah duo produk Toyota untuk kelas LCGC, yaitu Calya dan Agya.
Daihatsu dibuatnya gigit jari dan merana karena hampir selalu menjadi yang kedua jika dibandingkan dengan keluaran Toyota. Mereka yang memilih produk Daihatsu dibandingkan Toyota, bisa jadi karena mau berhemat anggaran saja. Biasanya, produk-produk Daihatsu memang lebih murah dibandingkan punya Toyota.
Tapi tenang, Daihatsu punya satu produk pamungkas untuk keluar dari bayang-bayang Toyota, yaitu Daihatsu Grand Max, “sang gerobak berjalan”.
Grand Max pernah menjadi saksi bisu perjalanan saya dari Jogja sampai Pemalang. Dari Jogja sampai Magelang, dengan jalan lapang dua alur itu, Grand Max bisa diajak ngebut. Dengan sokongan mesin 1.300 cc, ia bisa digeber dan bersaing dengan Avanza, walau harus dengan usaha ekstra ngos-ngosan sampai akhirnya bisa minimal mengimbangi sopir-sopir Avanza yang nyalinya seperti tanpa batas itu.
Jumlah penumpang waktu itu ada 2 di depan, di baris kedua ada 3 orang, sedangkan di belakang diisi 4 orang. Bahkan jika mau dimaksimalkan, Grand Max masih bisa muat menampung 11 orang. Kalian yang punya mobil ini tentunya bisa berbangga hati tatkala, dengan mobil ini, kalian bisa mengajak seluruh keluarga, sampai tetangga-tetangga ikut pun masih bisa muat!
Kembali lagi ke cerita perjalanan. Sampai di Temanggung – Kendal, jalan yang harus dilalui berkelok-kelok dan naik-turun bukit. Jalanan juga tak lagi mulus. Sekali menyambar lobang, suspensi Grand Max seperti mati rasa, alias tak berfungsi. Akibatnya semua akan merasakan nyeri pantat yang terombang-ambing dihempas. Sama seperti gerobak yang tak punya suspensi, di sinilah kekurangan Grand Max.
Ditambah lagi, jalur Pantura dari Kendal menuju Pemalang, yang tergolong lebar, banyak jalan lurusnya, banyak pula gronjalannya. Seperti refleks, sang sopir langsung menginjak pedal gas sekuat tenaga. Dengan suspensi sekeras batu kali, yang terjadi sesampainya di tempat tujuan, para penumpang langsung mual dan pusing.
Namun, meski suspensinya sungguh membuat sedih, dengan segala kerendahan hatinya, Grand Max menawarkan satu kelebihan yang menyenangkan, yaitu multi-fungsi. Mobil ini sudah seperti pesepak bola yang versatile, bisa bermain di banyak posisi.
Bagaimana tidak, dia bisa berperan dalam usaha pengembangan pendidikan dan kesehatan yang ada di negeri ini. Grand Max bisa mengambil peran sebagai mobil dinas sekolah, ambulans, bahkan mobil jenazah. Luwes.
Menjadi mobil ambulans, ia bisa dilengkapi dengan sirine multi-suara, lengkap dengan mikrofon. Saking leganya, tubuh Grand Max yang montok ini bisa ditambah tempat duduk perawat dilengkapi dengan kotak peralatan, gantungan infus model geser, tabung pemadam kebakaran, dan yang paling penting: tandu dengan scoop stretcher.
Ketika ia disalin muka menjadi mobil jenazah, tambahannya hampir sama dengan Grand Max versi ambulans. Pembedanya adalah tandu pasien diganti keranda rangka full stainless steel lengkap dengan rail, matras, dan strap.
Ketika turut mencerdaskan kehidupan bangsa, Grand Max tak akan mengeluh ketika ia menjadi mobil dinas sekolah hingga perpustakaan keliling. Bisa memuat hingga 11 orang, Grand Max cocok dijadikan sarana perjalanan dinas bapak dan ibu guru. Memuat banyak orang untuk satu kali perjalanan tentu menghemat biaya dinas.
Ketika menjadi perpustakaan keliling, bagian sisi bisa dimodifikasi dengan model bukaan ke atas. Jadi, buku-buku bisa dipajang dan terlihat dengan jelas oleh para hamba buku gratis. Bayangkan jika 100 Grand Max disulap menjadi perpustakaan: kamu tak perlu lagi pergi ke perpus-perpus di Indonesia yang biasanya berbau apak dan koleksinya tidak lengkap. Grand Max bakal membawa perpustakaan ke depan rumahmu.
Jika kamu anak muda pegiat startup kuliner dan pecinta kopi, mobil ini bisa disulap menjadi food truck sederhana atau kedai kopi berjalan. Sudah menanamkan sistem injeksi, mobil ini menjadi irit, namun tetap tangguh. Sudah cocok dijadikan kedai berjalan, berkeliling kota, mengobati perut yang lapar dan hati yang gelisah karena kekurangan kopi enak berharga mahal padahal gaji pas-pasan.
Saking banyaknya kegunaan Grand Max, sudah seharusnya om-om milenial beralih dari mobil-mobil mahal seperti Toyota C-HR. Meski kalah muka, namun Grand Max menang guna. Sebuah kalimat bijak yang bakal kamu pahami ketika sudah menonton Movi terbaru Mojok di mana Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih jadi bintangnya.
Nantikan! Niscaya!