Membaca berita Ahmad Dhani ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pencemaran nama baik beberapa waktu yang lewat membuat saya sebagai seorang Baladewa semi kaffah cukup terpukul, saya merasa keimanan saya diuji.
“Apakah saya masih harus mencintai Dewa 19?”
Ini hal kiranya cukup pelik bagi saya, dan mungkin bagi ribuan penggemar Dewa 19 lain di seluruh penjuru tanah air. Ulah tak penting yang dibikin oleh Ahmad Dhani sehingga menyebabkan dia ditetapkan menjadi tersangka memang sedikit banyak cukup membuat banyak Baladewa muak.
Bagi Ahmad Dhani, status tersangka ini bukanlah yang pertama. Akhir 2016 lalu, misalnya, ia bersama beberapa orang pernah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus makar. Kemudian akhir Agustus 2017 lalu, Dhani juga ditetapkan sebagai tersangka atas kasus ujaran kebencian.
Rasanya aneh dan canggung mengetahui vokalis band yang begitu Anda idolai ternyata banyak dihujat oleh banyak orang. Perasaan yang kemudian membuat saya sedikit banyak jadi tahu paham betul bagaimana perasaan fans Kangen Band atau Kufaku Band.
Saya tentu tak pernah melarang Dhani untuk aktif di dunia politik, lagipula siapa saya kok berani-beraninya melarang. Saudara bukan, teman dekat juga bukan. Murni sekadar fans dari band yang kebetulan ia menjadi salah satu personelnya.
Yang jadi masalah adalah keaktifannya di politik itu membuat show penampilan Dewa 19 jadi terganggu.
Saya masih ingat betul saat Dewa 19 mengadakan konser tanggal 26 Oktober 2016 di Alila Hotel Solo. Saya menonton bersama gebetan dan berharap malam itu menjadi malam yang indah dengan lantunan lagu-lagu romantis dari Dewa 19.
90 persen harapan saya terkabul malam itu, sebab Dewa 19, utamanya sang vokalis, Ari Lasso, tampil dengan begitu prima.
Namun, 10 persen sisanya adalah rasa muak yang tentu saja karena faktor Ahmad Dhani. Saat itu, Ahmad Dhani masih berstatus sebagai calon wakil walikota Bekasi mendampingi Sa’duddin.
Dan tahukan Anda apa yang dilakukan oleh Ahmad Dhani? Di tengah-tengah konser, Ahmad Dhani tiba-tiba mengundang para pejabat yang hadir di dalam konser untuk maju ke depan dan mempersilakan mereka berfoto bersama Dewa 19. Saya sebut “Para Pejabat” karena memang jumlahnya kolosal. Dari pejabat sipil sampai militer dan kepolisian dia panggil semuanya.
Konser Dewa 19 tersebut kemudian berubah menjadi semacam acara reuni alumni Lemhanas.
Yang paling mangkel tentu saja adalah konser Dewa 19 bertajuk #Dejavu yang rencananya diselenggarakan di Palembang pada pertengan November 2016 lalu.
Konser tersebut terpaksa batal karena ijin dari kepolisian tidak keluar sebab saat itu Ahmad Dhani ditetapkan sebagai tersangka kasus makar.
Saya yang sudah mengajukan libur demi berencana menonton konser tersebut tentu saja muntab setengah modiar. Untung ganti rugi tiketnya lancar, dan saya belum sempet beli tiket pesawat dan booking penginapan.
Dengan perkembangan kasus dan kelakuan Dhani dalam beberapa tahun terakhir, saya yakin, ia akan kembali membuat ulah-ulah yang lain. Dan tentu saja, godaan keimanan untuk saya ke depan masih akan tetap berlanjut.
Pada akhirnya, saya hanya bisa berharap kepada pihak kepolisian. Tolong kedepannya, permudah ijin konser Dewa 19, jangan terlalu dianggap serius lah mas Dhani ini, dia mah begitu orangnya.
Saya sangat mendukung kalau memang Ahmad Dhani ditangkap dan dipenjara (saya yakin, banyak yang akan ikhlas), namun tolong, kalau pas Dewa 19 mau konser, mohon Dhani dilepaskan dulu.
Sebab, sengehek-ngeheknya Dhani, tetep aja cuma dia yang cocok dan pantes membawakan “Mistikus Cinta”, Nggak ada yang lain.
Ayolah, Dhan, silakan aktif di politik, tapi cukup sebagai pembuat lagu jingle saja. Selebihnya, tetaplah berkarya bersama Dewa.