Indonesia tak akan pernah kehabisan stok orang yang nyentrik dan nyeleneh dalam berpendapat. Di Indonesia, pendapat sesembrono apa pun, akan selalu punya wadah.
Mangkanya, saya nggak heran jika dalam kondisi darurat corona seperti sekarang ini, di mana banyak lembaga keagamaan sampai memberikan fatwa untuk tidak salat berjamaah di masjid karena dianggap rawan dan bisa ikut menyebarkan virus corona, ada satu atau dua atau tiga orang yang justru melawan arus dengan menyuruh orang-orang untuk memakmurkan masjid.
Kebetulan, salah satu orang yang melawan arus ini adalah mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Melalui postingan di akun Instagramnya, Pagatot mengajak orang-orang untuk tetap salat berjamaah di masjid dan tidak takut dengan corona. Kata Pagatot, virus corona adalah ciptaan Allah, dan yang kena juga sudah merupakan ketetapan Allah.
Sekilas, ajakan untuk salat berjamaah di masjid memang tampak mulia, namun dalam kondisi seperti sekarang ini, utamanya di daerah yang rawan dan punya potensi penyebaran corona yang tinggi, ajakan salat berjamaah ramai-ramai di masjid tak ubahnya seperti ajakan mencelakan diri. Berbahaya.
Yang lebih ndlogok, Pagatot membandingkan dengan kebijakan tempat ibadah agama lain seperti gereja, vihara dan pura/klenteng yang kata Pagatot tidak pernah melarang warganya untuk beribadah di sana.
Pagatot mungkin nggak tahu kalau Vatikan bahkan sampai menutup gereja-gereja di Roma. Pagatot juga mungkin nggak tahu kalau di China, banyak klenteng ditutup saat merebak wabah corona. Pagatot juga mungkin nggak tahu bahwa tempat-tempat sakral kayak Betlehem, Candi Borobudur, dsb itu banyak yang ditutup untuk meminimalisir dampak penyebaran corona.
Sekali lagi, Pagatot mungkin nggak tahu. Maklum, Pagatot sudah tua. Bacaan beliau mungkin masih koran cetak yang beritanya nggak bisa update setiap jam. Jadi kalau ada update informasi, beliau baru bisa kebaca sama Pagatot di hari berikutnya.
Ini berbahaya. Sebab sosok dengan banyak pengikut kayak Pagatot pasti akan banyak diikuti pendapatnya. Kalau pendapatnya baik, tentu nggak jadi masalah. Tapi kalau pendapatnya membahayakan, itu baru gaswat. Padahal, sebagai tokoh yang sedang berjuang mendapatkan simpati publik, Pagatot butuh banyak eksposur. Butuh banyak masuk pemberitaan. Mau tak mau, ia harus banyak berpendapat.
Selain itu, sebagai seorang pensiunan, beliau juga butuh sarana untuk mengisi waktu luangnya.
Nah, berkaca dari hal tersebut, saya punya beberapa usulan kegiatan yang bisa dicoba oleh Pagatot untuk mengisi waktu luang di masa pensiunnya tanpa membahayakan orang lain melalui pendapat-pendapat sembrononya. Kali saja Pagatot baca.
Berkemah di hutan
Ini kegiatan yang akan sangat cocok dilakukan oleh Pagatot. Sebagai mantan tentara di negara yang punya banyak hutan, Pagatot pasti bakal suka berkemah di tengah hutan belantara. Sebagai sosok yang religius, Pagatot pasti tidak akan menganggap kemah di hutan sebagai kemah biasa. Ia pastilah menganggapnya sebagai sebuah usaha untuk mentadabburi alam.
Pagatot pasti rindu petualangan. Rindu pada adrenalin yang terpacu. Dan hutan bisa menuntaskan semua kerinduan itu.
Jangan bawa ransum dan peralatan banyak. Cukup bawa bekal sederhana saja kayak pisau, garam, senter, korek api, ponsel, powerbank, dan hal-hal pokok lainnya. Untuk makanan nanti bisa cari ikan atau rusa.
Cari hutan yang lebat. Semakin lebat, semakin tentara. Kalau perlu, cari hutan yang banyak hewan buasnya. Pagatot pasti tidak takut, sebab macan, ular berbisa, kalajengking, dan sebagainya itu adalah ciptaan Tuhan. Kalau ternyata Pagatot harus bertemu dan kemudian cedera karena ulah hewan buas tersebut, tak apa, itu sudah menjadi ketetapan Tuhan.
Nanti Pagatot bisa sekalian merekam kegiatannya selama camping. Rekaman kegiatannya itu nanti bisa diupload di Youtube. Pasti bakal ramai. Sebab video ala-ala survival kan punya banyak penggemar. Selain bisa menjadi ajang komunikasi publik, juga bisa menjadi sumber penghasilan buat bekal kampanye 2024 mendatang.
Bermain Karambol
Karambol itu selayaknya perang. Permainan yang sangat cocok untuk seorang Pagatot yang punya jiwa militer.
Dalam karambol, ada saat di mana pemain harus menembak biji yang ada di daerah lawan. Tapi ada juga saat di mana ia harus menembak biji yang posisinya justru berada di daerah sendiri. Ada mekanisme rumit. Kapan harus memakai gacuk untuk menembak langsung, kapan harus memakai gacuk untuk menembak secara ngeban alias memantul.
Bermain karambol tentu saja sangat cocok untuk Pagatot. Selain untuk mengasah fokus Pagatot yang semakin kabur seiring dengan makin bertambahnya umur, juga bisa menjadi ajang untuk mendekatkan diri dengan masyarakat akar rumput yang kita ketahui masih sering memainkan karambol di gardu pos ronda.
Nanti yang kalah, muka Pagatot boleh dicoreng-coreng pakai bedak atau tepung. Hal yang akan membawa Pagatot bernostalgia pada kenangan masa lalu saat dulu masih aktif menjadi tentara yang wajahnya sering dicoreng-coreng pakai arang.
Berlatih Nasyid
Entah disengaja atau tidak, tapi ndilalah kok ya banyak mantan Jenderal yang suka bernyanyi, baik yang suaranya sedap maupun yang suaranya cuma jedar-jeder kayak suara tembakan salvo di upacara pemakaman militer.
Pak Wiranto itu konon kalau nyanyi campursari, buagusnya minta ampun. Pak Muldoko pun setali tiga uang, ia pernah diminta menyumbang tembang dalam sebuah acara wayang, dan suranya ternyata liciiiin. Yang paling dahsyat, tentu saja Pak Esbeye. Walau suaranya datar laksana kertas asturo, namun itu tidak menyurutkan beliau untuk tetap bernyanyi dan bahkan sampai bisa bikin album.
Berkaca dari senior-seniornya tersebut, maka layaklah jika Pagatot harus mulai melirik dunia tarik suara. Nah, karena positioning Pagatot saat ini adalah sebagai sosok yang dekat dengan kelompok kanan mentok, maka dari segi musik, Pagatot harus memilih musik yang penuh dengan nuansa keislaman. Dan dalam hal ini, nasyid tentu saja adalah pilihan yang paling masuk akal.
Ini tentu bisa menjadi hal yang menarik. Pagatot, dengan segenap sisa-sisa pengaruhnya, pasti mampu mengusahakan agar bisa berduet dengan grup-grup nasyid terkenal kayak Snada, Raihan, atau Izzatul Islam.
Pasti akan sangat keren saat nanti Pagatot —yang sudah pangsiun— menyanyikan lagu “Hai Mujahid Muda” dengan penuh semangat yang berkobar-kobar. Jelas nggak kalah keren dibandingkan mantan vokalis Skid Row Sebastian Bach —yang umurnya sudah setengah abad— menyanyikan lagu “Youth gone wild” atau Rhoma Irama —yang sudah 73 tahun— menyanyikan lagu “Darah muda”.
Solali lali… (((cuaaap))) Ola Olalaaa… (((cuaaap)))