Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Jodoh Mukim Seseorang yang Penuh Misteri

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
30 Maret 2019
A A
ari-ari
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setiap orang punya tempat di mana ia akan merasa tenang, nyaman, dan merasa kerasan saat tinggal di sana. 

Ada banyak hal yang membuat seseorang merasa sangat betah, nyaman, dan tenang saat berada atau tinggal di sebuah daerah tertentu. Dari mulai faktor cuaca, kesamaan kultur, lingkungan masyarakat, sampai faktor kekasih.

Jodoh mukim. Begitu banyak orang bilang.

Di Jogja, misalnya, ada banyak sekali orang yang merasa nyaman saat merantau ke Jogja, hingga kemudian meniatkan diri untuk menetap di sana, membikin rumah, membangun rumah tangga, punya anak, dan menghabiskan masa tua di Jogja.

Makanya jangan heran jika kemudian Jogja semakin hari semakin padat. Tanah Kaliurang atas yang dulu adalah wilayah sepi bahkan sampai dijuluki sebagai tempat jin buang anak saking sepinya, kini telah berubah menjadi salah satu daerah yang paling gemerlap dalam peradaban Jogja.

Lahan-lahan kosong di pinggiran Jogja yang dulu tak pernah diperhitungkan kini mulai banyak dilirik oleh orang dan harganya pun semakin tak masuk akal.

Orang-orang pendatang di Jogja yang kemudian tinggal di Jogja ini ketika ditanya kenapa bisa betah di Jogja hampir sebagian besar tak akan bisa memberikan jawaban yang meyakinkan. “Ya, betah aja, nyaman aja,” begitu biasanya jawabannya.

Hal tersebut konon juga terjadi pada orang-orang yang tinggal dan menetap di wilayah tertentu.

Pada kenyataannya, memang ada banyak hal yang tak bisa dimengerti tentang jodoh mukim seseorang. Kadang ia terbangun oleh faktor-faktor yang dianggap tidak masuk akal.

Salah satu cerita legendaris tentang hal ini mungkin bisa direpresentasikan oleh kisah bagaimana Sunan Giri memutuskan untuk membangun masjid dan membangun pesantren sebagai pusat penyebaran agama Islam di daerah Gresik.

Konon, Sunan Giri diperintahkan oleh ayahnya, Syaikh Maulana Ishak, untuk membangun masjid dan pesantren tersebut di daerah yang bentuk, warna, dan bau tanahnya persis dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya.

Kelak, tanah yang bentuk, warna, dan bau tanahnya sama itu ternyata adalah daerah Bukit Giri, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Gresik. Lokasi itulah yang kelak menjadi pusat persebaran agama Islam sekaligus pemerintahan Gresik pada masa itu.

Bayangkan, jodoh mukim ternyata bisa dibangun oleh kesamaan tanah.

Dalam kepercayaan Jawa, ada pula kepercayaan tentang jodoh mukim seseorang.

Iklan

Konon, tempat di mana seorang bayi jatuh dari dipan tempat ia tidur adalah jodoh mukim baginya. Di tempat itulah kampung halamannya yang sesungguhnya. Di tempat itulah seseorang akan merasa nyaman dan tenang saat harus tinggal lama atau bahkan menetap di sana.

Kepercayaan Jawa yang lain mengatakan bahwa jodoh mukim seseorang adalah tempat di mana ari-ari atau plasenta seseorang ditanam.

Jadi, seseorang yang ari-arinya ditanam di Jakarta, misalnya, maka ia akan terus merasa kangen dengan Jakarta, merasa nyaman dengan Jakarta dengan segala kemacetan dan kebusukannya, kendati ia sudah menjelajah di berbagai kota lain di seluruh dunia.

Kepercayaan ini dibangun oleh istilah “Sedulur papat lima pancer”, yang mana seorang manusia sejatinya punya empat saudara penjaga, yakni kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari (plasenta), getih (darah), dan puser (tali pusar). Oleh masyarakat Jawa, empat saudara ini diperlakukan dengan baik, sehingga saat di jabang bayi lahir, empat saudara ini dikuburkan dengan baik.

Nah, masyarakat Jawa percaya bahwa seseorang punya pertalian yang kuat dengan empat saudaranya tersebut. Sehingga, ia tak bisa jauh-jauh dengan tempat di mana empat saudaranya itu dikuburkan.

Puthut EA, suatu ketika pernah menuliskan tentang hal tersebut melalui status Facebooknya. Kata dia, “Di mana ari-ari atau plasenta ditanam, di situlah dia akan kerasan.”

Entah kenapa, setiap kali saya baca ulang status Facebooknya tersebut, saya berdoa semoga apa yang ia katakan adalah kebenaran yang hakiki.

Maklum saja, menurut penuturan ayah dan Ibu saya, ari-ari saya dikuburkan di dalam tanah yang di atasnya sekarang berdiri sebuah musala. Dan sampai sekarang, saya belum merasa kerasan-kerasan amat. Setiap selesai salat, berdoa sedikit dan minimalis, trus langsung ngelencer pulang. Salampret, begitu orang bilang.

Saya takutnya, ari-ari saya ditanam di tanah yang sekarang jadi buk perempatan jalan, sebab tiap kali pulang ke Magelang, saya selalu saja betah nongkrong lama-lama di sana.

Terakhir diperbarui pada 15 September 2020 oleh

Tags: ari-arijodoh mukimtempat
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

No Content Available
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.