Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Polemik Deddy vs KPI Merupakan Awal Gerakan Kultural Sinetron Melawan Covid-19

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
16 Februari 2021
A A
Polemik Deddy vs KPI
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beberapa waktu yang lewat, KPI merilis daftar acara televisi yang dianggap berpotensi melanggar protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19. Total ada 29 program dari 11 stasiun televisi. Rilisan tersebut tak butuh waktu lama untuk viral dan menjadi bahan perbincangan banyak orang.

Deddy Corbuzier menjadi salah satu sosok yang cukup keras menanggapi rilisan tersebut. Deddy menganggap rilisan tersebut cukup aneh sebab tak ada satu pun acara sinetron yang masuk dalam daftar, justru banyak acara bergenre talkshow yang masuk.

Bagi seorang Deddy Corbuzier, yang memang merupakan salah satu praktisi acara talkshow, tentu saja hal tersebut sangat menyebalkan.

Ia pun kemudian mengungkapkan kekesalannya melalui video sentilan yang ia unggah di akun media sosial miliknya.

“Gua ini lagi bingung sama aturan KPI, Komisi Penyiaran Indonesia. Kan gua punya talkshow, talkshow gua duduknya jauh-jauh, tidak berdiri, tidak salam-salam, sudah mengikuti protokol kesehatan, PCR, semuanya, terus harus pakai masker. Nah Anda mungkin belum pernah ngebawain talkshow satu jam pakai masker. Teman-teman mungkin nggak berani ngomong juga, tapi ya sudahlah, anggap aja memang itu ngebantu. Tapi sinetron boleh nggak pakai masker. Mantap,” kata Deddy Corbuzier.

“Apakah mungkin kalian berpikir protokol kesehatan mereka lebih baik dibandingkan kita, saya nggak tahu. Atau protokolnya lebih mahal, saya juga nggak tahu.”

Tentu saja banyak netizen yang membela Deddy, sebab memang ia berada di posisi yang, dalam kasus ini, memang tanpa cela. Ia mempertanyakan sesuatu yang memang sangat layak dipertanyakan.

Orang-orang pun kemudian banyak yang menegasikan polemik tersebut sebagai semata ajang perdebatan antara Deddy dan KPI. Padahal kalau mau lebih jeli, sentilan Deddy kepada KPI ini sejatinya merupakan semacam dorongan kepada para pembikin sinetron agar bisa berbuat lebih banyak dalam usaha melawan pandemi Covid-19.

Sentilan Deddy Corbuzier kepada KPI tentang sinetron yang tidak masuk dalam daftar acara yang melanggar protokol kesehatan ini seharusnya menjadi renungan yang bagus bagi para pembikin sinetron atau FTV.

Sudah saatnya produser-produser sinetron tampil menjadi ujung tombak edukasi Covid-19 bagi masyarakat, utamanya setelah tugas itu terbukti gagal total dilaksanakan oleh pemerintah. Kita semua tahu betul bahwa pemerintah tidak becus memberikan pengetahuan yang memadahi kepada masyarakat tentang Covid-19.

Dalam posisi inilah, Deddy Corbuzier, dan juga mungkin masyarakat lainnya, sangat mengharapkan peran sinetron sebagai media propaganda dan agitasi kontemporer, utamanya dalam upaya melawan pandemi Covid-19.

Apa yang bisa dilakukan oleh para pembikin sinetron? Tentu saja banyak. Production House atau PH bisa bikin sinetron bertema Covid. Aktris dan aktornya jaga jarak semua. Nggak ada adegan ciuman, salaman, atau cipika-cipiki. Kalau memang butuh adegan yang menggambarkan keromantisan, cukup diganti dengan adegan sepasang kekasih saling mendoakan dalam diam. Pokoknya semua pemain pakai masker semua.

Nggak usah takut nanti suara artisnya nggak kedengeran karena pakai masker, bullshit itu. Jangankan ngomong, di dalam kultur sinetron kita, orang mbatin aja bisa kedengeran kok. Apalagi cuma suara omongan orang pakai masker.

Ubah sinetron yang tadinya full drama menjadi full dengan edukasi.

Iklan

Nanti judul sinetronnya harus ada unsur-unsur Covid-nya, misal “Catatan Hati Korban Pandemi”, “Vaksin yang tertukar”, “Jangan berhenti mengcoronaiku”, “Kutemukan Cinta Sejatiku di Wisma Atlet”, dan sebangsanya.

Kalau sudah begini, niscaya, sinetron bukan hanya menjadi tontonan, namun juga tuntunan. Itu nanti sama mulianya dengan Wak Haji dan Rhoma Irama dengan Soneta-nya, mereka bukan hanya menyebarkan nada, namun juga dakwah.

Ini tentu bisa menjadi semacam gerakan kultural rakyat bantu rakyat. Gerakan yang megamplifikasi slogan “Teruslah bekerja, jangan berharap kepada negara.”

Dengan adanya skenario tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya, perseturuan antara Deddy dan KPI ini adalah perseturuan yang memang by design. Memang sudah dikonsep demi mewujudkan gerakan kultural edukasi Covid-19 melalui komponen-komponen budaya pop yang diawali oleh sinetron.

Kelak, negeri ini akan mencatat, bahwa sosok terpenting dalam usaha melawan pandemi Covid-19 di Indonesia bukanlah Terawan, Budi Gunadi, apalagi Jokowi, melainkan Raam Punjabi.

Ya, Raam Punjabi. Tak ada rotan, Raam Punjabi.

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2021 oleh

Tags: Sotar Satir
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

jokowi
Kolom

Perintah Jokowi Memang Sebaiknya Tidak Selalu Dituruti oleh Anak Buahnya

27 Agustus 2021
stiker
Kolom

Penempelan Stiker pada Rumah Warga yang Belum Divaksin Adalah Langkah yang Brilian dan Harus Diapresiasi

13 Agustus 2021
meminta maaf
Kolom

Permintaan Maaf Kapolda Sumsel Terkait Donasi 2 Triliun Seharusnya Memancing Pejabat-Pejabat Lain untuk Ikut Meminta Maaf

5 Agustus 2021
jokowi mojok.co
Kolom

Maksud Mulia di Balik Pernyataan “Bukan Mudik tapi Pulang kampung”, “Bukan Kolaps tapi Overcapacity”, dan “Bukan Kelangkaan tapi Keterbatasan”

10 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.