Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Mari Mendukung Jokowi-Prabowo Duet di Pilpres 2024 Melawan Kotak Kosong demi Indonesia yang Lebih Kolosal

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
14 April 2021
A A
jokowi
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Beberapa waktu yang lewat, wacana terkait jabatan presiden tiga periode sempat menjadi perbincangan yang cukup hangat bahkan cenderung panas, utamanya setelah dibahas oleh Amien Rais yang dalam salah satu videonya menyebut ada potensi untuk mengotak-atik UU demi memuluskan skenario agar Jokowi bisa terpilih lagi menjadi presiden di Pilpres 2024.

Belakangan, satu per satu, pihak-pihak terkait kemudian memberikan bantahan terkait wacana tersebut.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan bahwa di internal MPR saat ini sama sekali tidak ada pembahasan terkait perpanjangan masa jabatan presiden dan wakil presiden dari dua periode menjadi tiga periode.

Tenaga ahli Kepala Staf Presiden (KSP) Ade Irfan juga menyatakan bahwa wacana masa jabatan presiden tiga periode hanyalah isapan jempol belaka.

Hingga pada puncaknya, Presiden Jokowi sendiri melalui akun media sosial resminya menyatakan bahwa dirinya tidak berminat menjadi presiden tiga periode.

“Saya sama sekali tidak memiliki niat, juga tidak berminat, untuk menjadi presiden tiga periode.” Kata Jokowi.

Belum kering wacana tersebut beredar, kini publik kembali disuguhi dengan wacana yang jauh lebih panas, yakni wacana agar Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berduet di Pilpres 2024.

Wacana tersebut menguat setelah disinggung oleh Direktur Indo Barometer M Qodari dalam sebuah webinar. Qodari menyatakan bahwa sangat memungkinkan bagi Jokowi dan Prabowo maju bersama di Pilpres 2024 sebagai pasangan capres-cawapres, tentu dengan melewati mekanisme amandemen UUD 1945 terlebih dahulu.

Lebih lanjut, Qodari menyatakan bahwa majunya Jokowi dan Prabowo bisa menjadi skenario yang menarik, sebab majunya dua orang ini kemungkinan besar akan melahirkan Pilpres satu paslon melawan kotak kosong, sebab koalisi pengusung Jokowi dan Prabowo akan sangat dominan sehingga membuat partai-partai lain mau tak mau ikut mendukungnya.

Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini mengatakan bahwa UU 7/2017 tentang Pemilu memang memberi celah untuk tersedianya satu paslon capres, kendati demikian, hal tersebut bisa menjadi preseden yang buruk bagi demokrasi.

Nah, kalau memang kelak skenario yang agak aneh itu ternyata benar-benar terwujud (utamanya mengingat sampai saat ini, belum ada tokoh lain yang cukup dominan untuk bisa melawan Jokowi-Prabowo), maka tentu saja majunya Jokowi dan Prabowo menjadi pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024 harus didukung penuh.

Bukan apa-apa, saat ini, kita semua tahu bahwa demokrasi di Indonesia memang tengah berada di fase yang sangat mengkhawatirkan.

Menyampaikan pendapat di depan umum, termasuk melalui sosial media kini bukan lagi menjadi hal yang aman dan baik-baik saja. Di masa pemerintahan Jokowi, larangan untuk berkumpul atau berdemonstrasi, pembubaran paksa, pembatasan organisasi, penghalangan informasi, serta intimidasi menjadi hal yang semakin terasa lumrah.

Banyak kebijakan pemerintah yang dianggap represif dan anti-demokrasi. Pengesahan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) sampai Omnibus Law menjadi sedikit dari sekian banyak contoh.

Iklan

Dalam laporan The Economist Intelligence Unit (EIU) tahun 2020 lalu, Indonesia mencatatkan skor indeks demokrasi terendah dalam kurun waktu 14 tahun terakhir dan menempatkan Indonesia masuk dalam kategori negara dengan demokrasi cacat.

Dengan fakta yang demikian, apa saja upaya yang dianggap melemahkan demokrasi harus didukung sepenuhnya. Sebab tampaknya, Indonesia memang sudah jenuh dan ingin keluar dari zona demokrasi. Jadi kalau memang ingin menghancurkan demokrasi di Indonesia ini, sebaiknya memang jangan setengah-setengah. Harus total sekalian.

Nah, bisa majunya kembali Jokowi sebagai capres dan berpasangan dengan Prabowo untuk kemudian melawan kotak kosong tentu bakal menjadi titik balik matinya demokrasi di Indonesia.

Setelah itu, orang-orang akan mencoba memilih sistem pemerintahan yang tepat untuk Indonesia selain demokrasi, sebab tampilnya Jokowi dan Prabowo sebagai presiden dan wakil presiden adalah bukti bahwa demokrasi telah mati.

Salah satu sistem yang tampaknya cukup seksi dan masuk akal untuk dipilih adalah monarki (syukur-syukur monarki absolut). Indonesia bisa mencoba mengupayakan kembali masa-masa jaya nusantara sebagai kerajaan di bawah naungan wadah bernama Majapahit. Kekuasaan penuh ini toh sudah mulai dibiasakan. Jokowi sebagai presiden, anaknya jadi walikota, mantunya pun demikian. Ini kan sudah cukup membuktikan bahwa Jokowi punya bakat dan potensi untuk membawa Indonesia kembali ke masa kerajaan.

Dengan bentuk pemerintahan kerajaan, Indonesia bisa mencoba meromantisasi kejayaan masa lalu, tentu dengan segenap bekal pengalaman dan kegagalan raja-raja di masa silam.

Nantinya, Indonesia bisa menjadi kerajaan besar dengan kerajaan-kerajaan kecil sebagai wilayah keprovinsian di bawahnya.

Sebagai kerajaan dengan segala romantisasi masa lalunya, kehidupan masyarakat Indonesia perlahan akan berubah menjadi masyarakat yang kolosal. Masyarakat yang “Tutur Tinular”. Masyarakat yang “Saur Sepuh”

Mobil-mobil akan berkurang dan perlahan digantikan dengan kuda. Pistol dan senapan bakal hilang digantikan dengan keris dan tombak. Bro dan Sis bakal diganti dengan Kisanak dan Nisanak. Ekstrakurikuler sekolah akan diganti dengan pendidikan ilmu kanuragan. Umpatan bajingan akan diganti dengan haram jadah. Kalau perlu, menu es kopi susu dan boba akan hilang dan diganti dengan tuak.

Kita akan kembali terbiasa melihat orang-orang sakti beradu jurus yang mereka pelajari di padepokan-padepokan yang sudah terakreditasi. Kita akan kembali melihat orang-orang berlatih olah sastra selayaknya Arya Dwipangga. Dokter tak lagi dipanggil dokter, melainkan tabib.

Pokoknya segala lini kehidupan masyarakat akan sangat “kerajaan”. Kurang indah gimana, coba?

Ingat, segala pengalaman hidup indah itu bisa kita wujudkan. Dan langkah pertama untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan mendukung Jokowi-Prabowo sebagai paslon tunggal di Pilpres 2024.

Mari kita mendukung Jokowi-Prabowo untuk Indonesia yang lebih kolosal.

BACA JUGA Mengapresiasi Kericuhan yang Terjadi pada Kongres HMI dan tulisan AGUS MULYADI lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 14 April 2021 oleh

Tags: jokowiprabowoSotar Satir
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.