Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Mojok dan Para Monyet

Arman Dhani oleh Arman Dhani
13 Agustus 2015
A A
Mojok dan Para Monyet

Mojok dan Para Monyet

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Betapa susahnya verifikasi sehingga beberapa penulis kerap mengabaikan. Termasuk saya. Setidaknya, seingat saya, tiga kali saya menyebarkan berita yang tidak tepat karena belum diverifikasi. Akibatnya sangat fatal, pembaca tertipu, orang yang ditulis namanya tercemar, dan yang paling buruk: integritas dan kredibilitas saya rusak—kalau saya masih punya.

Oryza Ardyansyah, jurnalis Berita Jatim yang juga senior saya, pernah mengatakan bahwa jurnalis adalah pedagang kejujuran. Ia harus selalu jujur. Karena sekali ia berbohong, pembaca tidak akan pernah mempercayainya lagi. Ajaran ini saya pegang teguh seperti saya menjaga tali nyawa. Meski demikian, toh saya juga beberapa kali kedapatan kurang awas verifikasi. Hasilnya, malu luar biasa.

Gegabah dalam verifikasi bisa membawa kepada fitnah, kebencian, dan kerusakan yang tak mungkin diperbaiki. Menarik bagaimana Mohammad Sohibul Iman, Presiden baru PKS, berpendapat tentang media sosial dan verifikasi. Melalui akun twitternya ia berkata—boleh jadi ini paradoks paling heboh di era medsos: makin melimpah informasi bukan makin bijak dan penuh hikmah, tapi makin ceroboh dan tebar fitnah. Lebih lanjut ia mengatakan, fitnah bisa menimbulkan irreversible damage.

Mojok, sebagai media opini, kali ini kena getahnya. Dalam kasus BPJS dan MUI, mereka menurunkan dua artikel yang kurang tepat. Premis yang diserang bahwa BPJS dinyatakan Haram, padahal tidak demikian adanya. Ini jadi menarik, mengingat Arlian Buana, pimred Mojok adalah sosok yang cukup galak dalam verifikasi. Satu tulisan saya pernah ia bantai dan koreksi habis karena menggunakan sumber yang tidak bertanggungjawab.

Kesalahan Mojok ini menjadi polemik, tidak besar, namun fatal. Polemik ini diawali dari kabar bahwa MUI mengharamkan BPJS, semua media besar pun memberitakan begitu. Setelah beberapa lama bola panas itu bergulir di publik, baru MUI melakukan klarifikasi.

Fauzan Mukrim, jurnalis CNN, dalam artikelnya Fatwa (Monyet) Pujangga, mengkritik media-media yang kerap memanjakan para clicking monkey. Apa clicking monkey itu? Fauzan merujuk pada kolom Daru Priyambodo, Pemimpin Redaksi Tempo.co, tanggal 15 November 2013, yang berjudul The Clicking Monkeys. Menurut Daru, clicking monkeys adalah “orang yang dengan riang gembira mengklik telepon selulernya untuk mem-broadcast hoax ke sana-kemari, me-retweet, atau mem-posting ulang di media sosial.”

Para clicking monkey ini memang susah ditertibkan. Menjadi celaka apabila pekerja media menjadi satu barisan dengan mereka.

Para clicking monkey ini secara tidak langsung membuat itikad baik MUI menjadi buruk sebelum dipahami. Saya pribadi sebagai umat muslim tidak selalu setuju dengan MUI, namun ketidakadilan kepada mereka bukan berarti mesti kita terima sebagai sesuatu yang wajar.

Mojok dalam hal ini sudah melakukan klarifikasi, memberi penjelasan dan meminta maaf secara terbuka. Ini sebenarnya hal biasa yang dilakukan media ketika mereka berbuat salah. Namun hal yang biasa ini jadi luar biasa karena jarang dilakukan oleh media di Indonesia.

Hanya media yang memiliki integritas moral, tanggung jawab, dan yang lebih penting nurani, yang sanggup meminta maaf secara terbuka. Berapa kali anda menemukan media atau media abal-abal yang tak jelas redaksinya menyebar berita bohong dan kebencian? Setelah ketahuan bohong, mereka lebih suka lepas tangan tanpa permintaan maaf.

Indonesia sebenarnya punya tradisi minta maaf. Ketika ada berita yang salah, maka media bersangkutan akan memberikan hak jawab kepada orang/organisasi yang merasa dirugikan. Dewan Pers akan menjadi pihak yang menengahi. Bahkan beberapa media akan melakukan permintaan maaf secara terbuka dan koreksi jika berita yang ada memang terbukti salah, bohong, atau dibuat dengan tendensi tertentu.

Mojok perlu berbenah. Selama ini, Mojok kerap menjadi media kagetan. Tiap ada keramaian, seperti barisan monyet yang lapar Mojok langsung merespons. Saya juga termasuk. Semestinya, Mojok memberikan kesempatan para penulisnya untuk memahami sebuah masalah sebelum menuliskan. Lapisan pembaca awal dan editor Mojok mesti ditambah. Beban mesti dibagi sehingga kualitas bisa terjaga. Jika tidak, seperti monyet-monyet yang hanya bisa berteriak ketika ada keributan, Mojok akan jalan di tempat dan turun derajat jadi media sampah yang hanya bisa menyebarkan kebohongan.

Mojok sejauh ini menjadi angin segar ketika bacaan berisi kebencian dan kemarahan seperti air baih. Ketika media-media abal-abal yang berlabel agama menyerukan penyesatan dan pengkafiran, Mojok dengan santai membahas makanan. Ketika media lain sibuk bicara politik, Mojok bisa dengan lihai memberikan penulisnya kesempatan untuk curhat. Namun perasaan menjadi yang terbaik memang melenakan. Akibatnya kualitas tidak terjaga dan mutu menjadi rendah.

Saya pribadi tidak ingin Mojok jatuh menjadi hina seperti media-yang-sukanya-menghapus-postingan-ketika-ketahuan-bohong. Atau menjadi media medioker-partisan-tapi-malu-malu yang mendukung salah satu partai. Mojok mesti berpihak, berpihak pada kenakalan dan wisdom of the crowd. Para penulis Mojok sebaiknya adalah orang-orang bijak yang lebih memilih menahan diri dalam berkomentar dan jernih dalam berpikir.

Iklan

Intinya menahan diri. Seperti menahan diri untuk balikan ketika tahu mantan sudah bahagia bersama yang lain.

Terakhir diperbarui pada 29 Juli 2021 oleh

Tags: BPJSClicking MonkeysMojokMUI
Arman Dhani

Arman Dhani

Arman Dhani masih berusaha jadi penulis. Saat ini bisa ditemui di IG @armndhani dan Twitter @arman_dhani. Sesekali, racauan, juga kegelisahannya, bisa ditemukan di https://medium.com/@arman-dhani

Artikel Terkait

Kepesertaan BPJS Kesehatan Jawa Tengah capai 98% MOJOK.CO
Kilas

Kepesertaan BPJS Kesehatan di Jateng Capai 98,68%, Digenjot demi Bantu Masyarakat Dapat Layanan Paripurna

3 September 2025
Sound horeg di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. MOJOK.CO
Ragam

Sound Horeg bikin Kaca Jendela Rumah Pecah, Langsung Labrak Tetangga dengan Cara Elegan

23 Juli 2025
Pedih orang-orang yang penyakitnya tidak ditanggung BPJS MOJOK.CO
Ragam

Tersiksa Punya Penyakit yang Tidak Ditanggung BPJS, Biaya Pengobatannya bikin Putus Asa

14 Januari 2025
PPN Nggak Jadi Naik: Masih Ada Tapera, dan Kenaikan Iuran BPJS, Tarif KRL, UKT.MOJOK.CO
Ragam

PPN Nggak Jadi Naik: Masih Ada Tapera, dan Kenaikan Iuran BPJS, Tarif KRL, UKT

6 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jadi omongan saudara karena sarjana nganggur. MOJOK.CO

Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur

12 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Harga Paha Atas Olive Chicken Naik, Warga Jogja Resah (Unsplash)

Keresahan Warga Jogja di Balik Kabar Kenaikan Harga Menu Paha Atas Olive Chicken

12 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025

Video Terbaru

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025
Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

Sirno Ilang Rasaning Rat: Ketika Sengkalan 00 Menjadi Nyata

6 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.