MOJOK.CO – Ketimbang sesumbar, Pak Terawan sebaiknya berbagi kiat mencegah dan mengantisipasi virus corona. Kalau terjadi outbreak di Indonesia, rakyat tahu kudu ngapain.
Jujur saja, saya takut dengan virus corona. Karena rasa takut itulah, saya banyak membaca sumber-sumber terbaik. Bukan hanya karena takut, tentu saja yang lebih penting adalah mengenali langkah-langkah terbaik untuk mencegah. Apalagi, kok kayaknya, virus corona belum di-cover sama BPJS. Hayo….
Sebagai warga Jogja, saya selalu waspada dengan erupsi Gunung Merapi. Bukan hanya karena takut, tetapi lebih penting adalah tahu langkah-langkah supaya nggak celaka karena peristiwa alam itu. Karena pernah mengalami peristiwa alam tersebut, kata “waspada” menjadi sebuah mantra. Bukan lantas menggampangkan karena tahu kejadian yang sama akan terjadi kelak.
Saya sering diingatkan oleh orang tua, oleh saudara-saudara yang juga jauh lebih tua kalau waspada itu sangat bermanfaat. Ketika peristiwa alam terjadi, kita tahu harus ngapain. Oleh sebab itu, ketika membaca pernyataan Menteri Terawan soal virus corona, saya jadi pingin ngelus dada.
Ketika mengunjungi kantor BRI 2, Menteri Terawan bilang begini:
“Iya, begitu tahu, saya parani (sambangi) untuk informasi tidak simpang siur. Jadi kita dihebohkan untuk hal-hal tidak penting ya. Kasihan nanti nggak ada apa-apa, coba kamu beli masker berapa?” kata Terawan seperti dikuti Detik.
Saya perhatikan foto Pak Terawan, saya juga lihat gesture beliau. Mungkin, yang beliau ingin sampaikan adalah pesan nggak perlu panik. Namun, sayang, pemilihan kata Pak Terawan kesannya menggampangkan sebuah outbreak dari China itu.
Kalimat, “Jadi kita dihebohkan untuk hal-hal tidak penting ya,” itu nggak pantas diucapkan seorang menteri di tengah situasi yang saya yakin Indonesia nggak bakal siap. Nggak bakal siap kalau ternyata virus corona sampai di Indonesia dan mulai menginfeksi banyak orang. Pak Terawan siap?
Masalah kesehatan dan keselamatan manusia itu, selamanya, adalah “situasi penting”. Apalagi untuk virus corona yang sampai sekarang belum ada anti-virusnya. Bahkan, China pun baru bisa mengkarantina mereka yang terinfeksi, belum menyembuhkan. Bahkan, Wuhan, sebagai lokasi awal terjadinya outbreak sudah diisolasi.
Sikap Pak Terawan untuk berkunjung ke BRI 2 tanpa mengenakan masker itu memang terlihat keren. Namun, pesan yang menyembur dari mulutnya kurang pas. “Kasihan nanti nggak ada apa-apa, coba kamu beli masker berapa?” Beli masker pakai duit sendiri, Pak. Mending tuh urusin BPJS.
Virus corona nggak di-cover BPJS, kan Pak? Pak Terawan, menteri yang di awal menjabat disebut Jokowi punya “jurus” atasi defisit BPJS. Namun, setelah menjabat, Pak Terawan malah menyerah. Bilang “angkat tangan” nggak bisa atasi defisit BPJS. Bagi seorang menteri yang belum lama bekerja sudah menyerah, lalu menggampangkan outbreak virus corona, gimana kita bisa percaya?
Mendatangi kantor BRI 2 memang langkah bagus. Namun, sebaiknya, nggak perlu sesumbar. Rakyat sudah memakan mentah-mentah omongan Pak Terawan, lho. Di grup wasap keluarga, ada saudara saya yang sudah ikut “menggampangkan” virus corona. Ya nggak masalah, sih, kalau Indonesia bisa terhindar dari penyebaran. Alhamdulillah. Namun, gimana dengan situasi terburuk?
Ketimbang sesumbar, Pak Terawan bisa menginstruksikan bawahannya buat bikin infografis. Isinya soal mengenali gejala-gejala virus corona. Mulai dari cara penularan, antisipasi, sama anjuran untuk nggak makan hewan liar. Unggah di Instagram dan Twitter supaya kewaspadaan rakyat yang naik, bukan ikut sesumbar seperti Bapak.
Saya dibilang parno juga nggak masalah. Lha wong masih jauh lebih murah mencegah ketimbang mengobati. Satu hal lagi, setelah Pak Yasonna Laoly, sekarang Pak Terawan. Menteri-menteri Jokowi gampang sekali “selip lidah”. Mendingan, sebelum kunjungan, Bapak dan Ibu menteri bikin contekan dulu. Biar nggak blunder dan malah bikin keresahan.
BACA JUGA Yasonna Laoly Sebar Hoaks, Bicara Ngawur, Lalu Sekarang Bawa-bawa Tuhan atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.