Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Indonesia Tanpa Feminis? Memang, Feminisme Itu Tidak Perlu Ada

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
4 April 2019
A A
Feminis di Indonesia Itu Nggak Membenci Laki-laki. Netizen Budiman, Muhasabah Diri Anda, Hei! mojok.co

Feminis di Indonesia Itu Nggak Membenci Laki-laki. Netizen Budiman, Muhasabah Diri Anda, Hei! mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kaum feminis tak perlu susah payah kampanye konsep feminisme kepada semua orang. Yang perlu dikampanyekan adalah menghargai sesama tanpa pandang sekat apapun.

Ketika sibuk scroll timeline, di tengah kebosanan lantaran kepungan berita politik, saya menemukan sebuah diskusi yang menarik. Ditemani sebuah tagar yang berbunyi: Indonesia Tanpa Feminisme, perdebatan antara ukhti, perempuan pada umumnya, bahkan laki-laki berjalan dengan panas.

Konon, desakan meloloskan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) di sisa masa tugas DPR yang menjadi sebabnya. Perdebatan soal RUU ini menghadapkan kelompok feminis dan aktivis pendukung perlindungan perempuan dengan sebagian kelompok Islam. Lalu, lahir kampanye  dengan tajuk Indonesia Tanpa Feminis.

Kampanye gerakan ini cukup giat, terutama di Instagram. Tagar yang menggelitik pun lahir, seperti misalnya tagar Indonesia Tanpa Feminis dan Uninstall Feminism, dibumbui pesan “lawan pemikiran feminisme.” Foto yang diunggah di InstaStory menunjukkan puluhan perempuan berjilbab mengepalkan tangan kanan disertai keterangan foto: “wanita yang ingin generasinya tidak kena racun feminisme” seperti dikutip oleh VOA.

 

View this post on Instagram

 

Lawan pemikiran feminis! Dan dukung @indonesiatanpafeminis .. .. In frame : wanita yang ingin generasi nya tidak kena racun feminisme

A post shared by indonesiatanpafeminis (@indonesiatanpafeminis) on Mar 26, 2019 at 7:38pm PDT

Sejauh yang bisa saya pahami, gerakan ini punya beberapa agenda. Pertama, persamaan gender yang dikampanyekan kaum feminis adalah untuk menghancurkan pondasi keislaman seorang muslimah, sehingga ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita. Kedua, Pendukung tagar Indonesia Tanpa Feminis mencoba kritis tentang konsep otoritas penuh atas tubuh seseorang dengan menegaskan bahwa “tubuhku bukan milikku, melainkan milik Allah”.

Ketika membicarakannya dalam konteks agama, feminisme dianggap akan menghancurkan nilai-nilai di dalam agama itu sendiri. Oleh sebab itu, ketika sedang ramai-ramainya RUU Kekerasan Seksual, Ibu Maimon, dosen di Universitas Padjajaran Bandung, penggagas petisi menolak iklan Shopee Blackpink, juga ikut menolak RUU tersebut.

Beliau menilai RUU PKS itu mendukung perzinaan. Dari perspektif Ibu Maimon, RUU PKS dinilainya memberi ruang bagi individu yang tidak terikat pernikahan untuk melakukan hubungan seksual, namun bisa menjerat para lelaki yang secara hukum berstatus sah sebagai suami untuk memaksa istri melakukan hubungan seksual. Sebuah pemikiran yang sungguh syahdu.

Sebetulnya, apa sih feminisme itu? Ada yang menyimpulkan feminisme sebagai gerakan perempuan untuk bisa setara dengan laki-laki. Ada yang langsung ngeri mendengar istilah feminisme karena dianggap gerakan perempuan untuk membenci laki-laki.

Ada laki-laki (dan banyak perempuan lainnya) yang langsung merasa terancam karena gerakan feminisme dianggap sebagai agenda perempuan untuk menguasai dunia. Ada pula yang menganggap feminisme sebagai ajaran sesat karena bertentangan dengan syariat agama. Wah ngeri betul. Kalau begini, memang sebaiknya feminisme itu ditiadakan saja.

Iklan

Apakah memang nilai-nilai agama dan konsep keluarga akan hancur jika kampanye feminisme berbuah manis? Kok saya rasa tidak begitu.

Begini, lho. Saya sih yakin kalau agama dibangun atau dibesarkan juga dengan yang namanya logika dan kesadaran kritis. Semua agama, seharusnya, punya napas pembebasan. Toh di dalam ajaran agama perempuan dikisahkan menjadi perawat ketika perang, menjadi pejuang di jalan Tuhan, dan lain sebagainya.

Ketika terbangun sebuah konsep yang “menuhankan” laki-laki–dalam artian ada pemaksaan dan kekerasan di dalamnya–ya masuk akal toh kalau dilawan? Bukan hanya laki-laki saja, tetapi di dalam keluarga juga terbangun konsep “menuhankan” tugas.

Perempuan hanya sebatas kasur, dapur, dan pupur. Perempuan itu tangannya selalu di bawah, terkait soal pendapatan sebuah keluarga. Perempuan tidak perlu bekerja, dan lain sebagainya. Ya kalau melawan penuhanan seperti ini, tak perlu feminisme dikampanyekan sebegitu masif.

Susah dipahami? Sebentar saya tambah satu hal lagi. Terkait penegasan “tubuhku bukan milikku, melainkan milik Allah”. Apakah perempuan itu hanya seonggok daging tanpa akal? Apakah perempuan itu hanya seperti batang pohon lapuk yang bagian tengahnya kopong? Ya tentu tidak, perempuan juga punya akal sehat, punya logika yang berhak untuk diasah.

Saya setuju dengan Kalis Mardiasih yang menulis di akun Twitter pribadinya. Ia menulis demikian: “Karena Allah menitipkan tubuh kepadaku, maka aku wajib menjaga tubuhku dengan baik, yaitu dengan kesadaran sepenuhnya bahwa tubuhku punya hak, hak kesehatan reproduksi, hak cuti menstruasi dan hamil, hak akan rasa aman dengan tidak menerima diskriminasi, pelecehan dan kekerasan.”

Ya apa kalau perempuan dipaksa untuk ngeue sama laki-laki, baik yang sudah sah maupun tidak, perempuan tidak perlu melawan? Itu tubuhnya, lho. Bukan sekadar potongan pohon mahoni yang sudah lapuk dan tidak berdaya. Pemaksaan, segala bentuknya, segala alibinya, ya tidak ada yang benar.

Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran di Jakarta, Dr. Nur Rofiah, berkata bahwa ada golongan rasional yang berpandangan bahwa, “Tubuhku milik Allah SWT tapi perempuan berdaulat atasnya dan bertanggungjawab untuk menggunakannya hanya dengan cara-cara yang maslahat, sebagaimana diamanahkan Allah SWT.” Hoo, apakah penjelasan dari Nur Rofiah tidak jelas?

Gini lho, kalau susah memahaminya dari sudut pandang agama, mari sederhanakan perdebatan ini. Perempuan, maupun laki-laki, adalah sama-sama manusia. Kedua gender ini adalah sesama dalam persaudaraan. Dari sebuah fakta yang sederhana itu saja sudah terlihat kalau perempuan dan laki-laki itu setara. Ini logika yang sangat sederhana.

Kalau sudah begitu, logikanya, perempuan punya hak untuk berdaulat atas dirinya sendiri, bukan? Patuh kepada suami adalah patuh kepada manusia. Kalau saya bilang begitu, apakah lantas perempuan melupakan Tuhan? Ya tentu tidak! Perempuan, sekali lagi, adalah sosok dengan akal sehat. Mereka bisa berpikir, ya ampun begitu saja nggak paham.

Kalau sudah agak paham, maka kampanye feminisme dan kaum feminis itu tidak perlu ada. Kampanye yang perlu kita suarakan adalah kampanye menghormati sesama, tanpa memandang gender, agama, warna kulit, kesukuan, dia gemuk, dia kurus, rambutnya ikal, rambutnya lurus, semuanya!

Kamu bisa membayangkan itu semua, bukan? Gampang sekali, bukan?

Terakhir diperbarui pada 4 April 2019 oleh

Tags: feminisfeminismeindonesia tanpa feminiskesetaraan genderRUU PKS
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

The Ugly Stepsister, standard kecantikan.MOJOK
Seni

The Ugly Stepsister, Definisi (Dipaksa) Cantik Itu Luka

26 September 2025
Aquarina Kharisma Sari: Feminisme Itu Bukan Cuma Soal Hak Pribadi
Video

Mengkritik Gerakan Feminisme dari Sudut Pandang Anti Feminisme Bersama Aquarina Kharisma Sari

5 Agustus 2025
Indonesia krisis fatherless. MOJOK.CO
Ragam

Apresiasi untuk Ayah yang Antar Anak ke Sekolah Hanyalah Perayaan Simbolis, Pemerintah Belum Selesaikan Masalah Utama

15 Juli 2025
Kebebasan Bersuara Direnggut Gara-gara Cap Terlalu Feminis. MOJOK.CO
Ragam

Kebebasan Bersuara Direnggut Gara-gara Cap Terlalu Feminis

11 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.