Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Anies Baswedan “Absen” di Aksi 22 Mei Karena Sibuk Curhat Kepada Air Itu Perlu Dimaklumi

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
25 Mei 2019
A A
anies baswedan dan aksi 22 mei MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pak Anies Baswedan katanya “absen” di aksi 22 Mei karena curhat kepada air. Ya nggak papa, dong. Kita semua selalu butuh curhat dan sambat, kok.

Saya sering heran. Terutama ketika banyak orang yang sibuk menyerang dua tokoh favorit saya. Mereka adalah Amien Rais dan Anies Baswedan. Kebetulan, keduanya punya nama berawalan “A”, menandakan orang yang berpikir ke depan. Kamu tahu, terkadang orang dibenci bukan karena bermasalah, tapi karena berpikir lebih maju ketimbang zamannya.

Saya heran, karena banyak yang tidak bisa memahami cara berpikir Ki Amien dan Anies Baswedan, lalu marah-marah. Ini lho, selalu. Nggak mau berusaha untuk tabayyun dulu. Padahal keduanya sudah mencontohkan bahwa tabayyun itu indah dan perlu. Lihat bagaimana Ki Amien tak pernah gegabah mengeluarkan pernyataan dan Pak Anies yang selalu tenang dan santun.

Orang-orang yang berpikir lebih maju dari zamannya memang sulit dipahami. Kita nggak mau tuh susah payah untuk berusaha mengikutinya. Seperti misalnya ketika menyalahkan Pak Anies Baswedan yang “absen” di paruh awal aksi 22 Mei yang lalu. Beliau ini sedang kunjungan kerja ke Jepang. Orang kerja kok masih saja dirundung.

Bukankah dengan bekerja, bekerja, dan bekerja itu sudah mengikuti anjuran Pak Jokowi. Ini menjadi bukti bahwa Pak Anies adalah Gubernur DKI yang paham betul dengan pekerjaannya. Bukan jadi gubernur karena lawannya blunder dan kalah oleh “kekuatan massa”. Bukan, dong.

Pak Anies Baswedan pun sudah mengikuti SOP ketika mengeluarkan pernyataan setelah ontran-ontran aksi 22 Mei pecah. Sebagai Gubernur DKI yang patuh SOP, Pak Anies dengan tegas bilang kalau para pendemo jangan rusuh. Kalau rusuh, para pendemo akan berhadapan dengan “kami”. Itu kata Pak Anies.

Pernyataan itu diudarakan setelah kerusuhan pecah. Terlambat? Ya nggak, dong. Ini namanya langkah strategis. Sebuah usaha untuk meredam aksi 22 Mei menjadi kerusuhan yang berkelanjutan. Sudah seperti pendidikan dasar sembilan tahun. Kamu tahu kebiasaan di film aksi India, bukan? Pak Polisi India itu selalu datang terlambat, tapi dimaafkan. Tak perlu saya jelaskan lebih lanjut, kamu pasti paham kalau Pak Anies itu punya inspirasi yang jelas. Memangnya cuma drama Korea saja yang bisa menginspirasi.

Omong-omong soal kata “kami” yang diutarakan oleh Pak Anies Baswedan setelah kerusuhan aksi 22 Mei reda, bagaimana cara kamu memahaminya?

Apakah kata tersebut merujuk kepada Pak Anies, jajarannya, dan pihak keamanan? Cuma sebatas itu? Kalau berpikir cuma sebatas itu, artinya kamu memang nggak bisa memahami makna tersirat dari pernyataan mantan menteri pemerintahan Jokowi itu.

Seperti yang saya bilang, Pak Anies Baswedan itu berpikir lebih maju ketimbang zamannya. Ketika aksi 22 Mei sedang panas-panasnya, beliau berkunjung ke pintu air. Apakah beliau sekadar meninjau ketinggian air saja sebagai usaha pencegahan banjir? Oh, kamu salah besar.

Ketika sorotan media sedang gencar-gencarnya karena aksi 22 Mei yang rusuh, Pak Anies memanfaatkannya untuk menebar sebuah “pesan tersembunyi”. Biar kamu semua paham dan nggak marah-marah, Pak Anies ini cuma ingin dipahami. Dipahami bahwa cinta beliau itu dipisahkan secara paksa. Berpisah ketika cinta-cintanya itu berat, Burhan!

Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno itu seperti buka puasa dengan paduan kurma, air putih, dan teh hangat. Sudah cocok, nikmat pula. Kamu ingat perjuangan mereka untuk mengalahkan Ahok yang populer itu? Berat, Bos! Mereka seperti berjuang sendirian. Bagaimana dengan massa 212 kamu bertanya? Loh, mereka kan memperjuangkan agama, bukan jabatan Gubernur DKI. Ini perlu dipahami betul.

Sejak Pak Sandiaga Uno “pergi ketika sayang-sayangnya” untuk mendampingi Pak Prabowo di Pemilu 2019, Pak Anies berjuang sendirian. Solo karier, “jomblo”, dewekan, piyambakan, untuk mengurusi Jakarta yang katanya “panas dan berat” itu.

Kamu pun harusnya tahu kalau Pak Anies dan Pak Sandi itu punya chemistry yang paripurna. Sama-sama masih muda. Visioner. Santun. Coba lihat Pak Sandi dengan Pak Prabowo. Ya masih terlihat kompak sih. Namun, Pak Prabowo sering keteteran mengimbangi kemudaan Pak Sandi. Lawakan Pak Sandi dengan memakai seikat petai di kepala, ATM setipis kertas, dan lain-lain, tidak bisa disambut oleh Pak Prabowo secara jenaka. Lha dipikir melucu itu gampang.

Iklan

Ketika beban hidup makin berat, manusia butuh orang lain atau “media” untuk curhat. Sebagai politikus yang perlu menjaga citra diri, tidak mungkin Pak Anies curhat begitu saja ke siapa saja. Kalau bikin lagu dan curhat secara terbuka kepada warga, nanti dikira mau mengambil lahan Pak SBY. Kalau mau marah-marah di Youtube, nanti dikira Youtubers. Itu lahan Pak Jokowi dan Jan Ethes. Inilah wujud betapa Pak Anies itu santun dan sangat pengertian.

Maka, satu-satunya media untuk curhat adalah kepada “benda favoritnya”, yaitu air! Ya betul, Pak Anies itu sangat suka dengan air. Ahh, siapa sih yang nggak suka dengan air. Lha wong 80 persen tubuh kita tersusun dari air. Buka puasa, yang kali pertama dicari adalah air.

Betapa Pak Anies Baswedan mencintai air

Masih ingat dengan pernyataan Pak Anies soal banjir? Bahwa banjir itu bisa diatasi dengan memasukkan air ke dalam tanah. Ini sungguh brilian! Ketika banyak pemimpin ingin mengatasi banjir dengan normalisasi sungai, mengatasi pendangkalan sungai, mencegah warga membuang sampah ke sungai, reboisasi di hulu, dan lain-lain, Pak Anies Baswedan menawarkan solusi cemerlang!

Masukkan air ke dalam tanah–dan voila!–banjir akan hilang. Ini bentuk pengertian tertinggi Pak Anies kepada air. Jadi, ketika aksi 22 Mei memanas, Pak Anies malah meninjau pintu air, itu adalah bentuk usaha menjaga diri supaya tidak terjadi mental breakdown.

“Hai air, pekerjaan yang begitu berat ini ana kerjakan sendirian. Semenjak Akhi Sandi pergi ketika sayang-sayangnya, ana cuma sendirian. Nggak ada yang mau memahami ana. Udah lama banget sejak Akhi Sandi pergi, itu partai nggak buruan damai dan milih satu nama buat dampingin ana di DKI. Pas rusuh begini aja, ana disuruh ini itu, disarankan macam-macam. Nggak ada yang memahami ana. Sedih akutu.”

Itulah dialog imajiner Pak Anies dengan air keruh di pintu air. Kecintaan Pak Anies juga terlihat ketika beliau membantu pasukan oranye membersihkan sisa-sisa ontran-ontran aksi 22 Mei. Tertangkap kamera, beliau menyirami jalan pakai selang mobil pemadam kebakaran lalu sibuk menyikat jalan supaya bersih.

Saat itu, saya bisa membayangkan betapa bahagianya Pak Anies Baswedan. Bersama air, merasakan kesejukannya, saya doakan semoga hati beliau yang patah bisa sedikit disegarkan. Dan sekali lagi, kalau ada rusuh seperti aksi 22 Mei lagi, jangan marah ketika Pak Anies pergi ke Bundaran HI dan memandang air mancur itu dengan tatapan syahdu.

Itu tatapan orang kangen. Politik milik elite, tapi kangen milik semua orang. I feel you, Pak Anies.

Terakhir diperbarui pada 25 Mei 2019 oleh

Tags: aksi 22 MeiAnies BaswedanjokowiPemilu 2019prabowoSandiaga Uno
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.