MOJOK.CO – Setelah mengamati Olimpiade Tokyo 2020 selama beberapa hari, saya berhasil menyimpulkan 5 jenis olahraga paling berat yang diperlombakan.
Baru beberapa hari menyimak Olimpiade Tokyo 2020, napas saya sudah tersengal-sengal. Padahal saya cuma jadi penonton saja. Nggak kebayang atlet yang berlaga di gelanggang olahraga terbesar di dunia ini.
Nah, selama 4 hari mengamati Olimpiade Tokyo 2020, saya sudah bisa menyimpulkan 5 olahraga paling berat yang dipertandingkan. Berikut 5 olahraga yang saya maksud.
5. Cabor sepak bola
Saya menempatkan sepak bola sebagai cabor terberat nomor 5 di Olimpiade Tokyo 2020. Bukan, bukan karena saya suka sepak bola dan mengasuh akun bola di Twitter. Sepak bola ini jadi berat bukan pula karena mengurasi fisik saja, tapi psikis.
Tahukah kamu, tim sepak bola di Olimpiade Tokyo 2020 harus menggunakan pemain di bawah usia 23 tahun? Nah, ada aturan khusus di mana setiap kontingen boleh membawa 3 pemain senior atau disebut overage atau sebut saja pemain tua.
Inilah beratnya. Terkadang, orang tua itu punya pikiran yang jelimet, bahkan seperti tone deaf gitu. Misalnya ketika pandemi malah ngomongin sinetron atau merasa “terharu” karena ada yang meninggal. Ada juga orang tua yang ndableg, ngotot kalau kondisi masih “terkendali”, ternyata enggak.
Menghadapi rang-orang tuwir kayak gini tuh makan ati. Kalau dikasih tau kok ya ngeyel. Malah mengancam lagi biasanya. Sebagian orang tua kembali seperti anak kecil, sebagian lagi makin runyam cara mikirnya. Oleh sebab itu, sepak bola di Olimpiade Tokyo 2020 jadi berat banget.
4. Cabor basket 3 lawan 3
Basket itu capek banget. Penuh aksi di lapangan kecil. Nah, bagaimana kalau lapangannya makin kecil dengan jumlah pemain cuma 3? Makin berat karena aksinya intens banget. Basket 3 lawan 3 di Olimpiade Tokyo 2020 jadi olahraga terberat nomor 4.
Kemarin saya nonton Belgia vs Belanda. Salah 1 pemain Belanda mengalami cedera jari. Jelas nggak mungkin dibawa ke Sangkalputung di Surakarta, dong. Keburu pertandingannya selesai. Malah ada PPKM Universe lagi di Indonesia.
Lantaran ada 1 pemain yang cedera, Belanda tidak bisa mengganti pemain. Maklum, yang main 3, cadangannya 1. Maka terjadi sudah, pemain Belanda kelelahan. Tiap bola mati, para pemain Belanda langsung megangin lutut tanda kelelahan.
Timnas Belanda masih bisa memberi perlawanan. Bahkan sampai overtime. Namun, batasan fisik tidak bohong. Belgia menang. Bisa kamu bayangkan, aksi yang intens di lapangan sempit. Waktu berpikir juga sangat pendek. Mikir nyekor saja susah, apalagi mau mikir rang-orang tuwir yang lagi main sepak bola.
3. Cabor maraton
Cabor maraton baru akan dilombakan pada 8 Agustus 2021 dan ini salah 1 cabor favorit saya. Maraton di Olimpiade Tokyo 2020 sejatinya akan diperlombakan di Tokyo. Namun, kekhawatiran akan serangan hawa panas membuat lokasi lomba dipindahkan ke Sapporo.
Perpindahan lokasi lomba ini tentu saja disambut baik. Namun, banyak kontingen tetap menyiapkan diri dengan serangan hawa panas. Maklum, temperatur di Sapporo saja rata-rata 32 derajat Celcius ketika musim panas, seperti dilansir runnersworld.com.
Maraton di Olimpiade Tokyo 2020 bakal menempuh rute sejauh 42,195 kilometer. Bakal melewati landmark Sapporo seperti Taman Nakajima, Sapporo TV Tower, Universitas Hokkaido, dan 2 kali melewati Sungai Toyohira.
Pihak panitia sendiri sudah mengumumkan sejak jauh-jauh hari kalau tidak boleh ada penonton yang berbaris di pinggir rute. Langkah ini diambil sebagai pencegahan meluasnya pandemi covid-19.
Untung Olimpiade tahun ini digelar di Jepang. Kalau di Indonesia dan lagi maraton, bakal bermunculan “starling”, penjaja gorengan, abang cilok yang kalau diperingatkan nggak lantas pergi, tapi cuma muter cari lokasi lain. ada teroris saja berani, apalagi cuma Satpol PP yang begitulah.
2. Cabor triatlon atau trilomba
Cabor triatlon di Olimpiade Tokyo 2020 sudah selesai diperlombakan. Medali emas digondol oleh Kristian Blummenfelt, atlet dari Norwegia. Sumpah, dia ini semacam manusia super.
Triatlon, seperti namanya, menjadikan 3 cabor jadi 1, yaitu berenang, balap sepeda, dan lari. Untuk berenang, jarak yang ditempuh adalah 1.500 meter. Balap sepeda menempuh 40 kilometer. Sementara, lari menempuh 10 kilometer. Butuh daya tahan luar biasa untuk menyelesaikan 3 lomba. Belum jadi menjadi juara.
Tahukah kamu, Kristian Blummenfelt menyelesaikan triatlon Olimpiade Tokyo 2020 dalam waktu 1 jam 45 menit saja. Kata Handoko Tjung, 1 jam 45 menit itu adalah waktu yang kita butuhkan buat ngumpulin nyawa dari bangun tidur sampai akhirnya mau mandi. Kak Kristian udah selesai berenang 1.500 meter, gowes 40 kilometer, dan lari 10 kilometer.
1. Cabor polo air
Inilah cabor paling berat di Olimpiade Tokyo 2020: polo air. Iya, bukan yang lain. kenapa bisa paling berat? Karena berbagai risiko yang harus dihadapi para atlet.
Pertama, kamu main polo air di kolam renang kelas olimpiade. Bisa dibayangkan kamu nelan berapa banyak kaporit. Kedua, bukan tidak mungkin ada atlet yang pipis di dalam kolam renang. Dingin, kalau mau ke toilet kudu mentas dulu. Ribet, kan, kalau mau pipis. Tinggal currr saja dan tertelan oleh kawan atau lawan. Kaporit plus air kencing. Asin nggak tuh.
Main polo air juga sangat berat. Kalau lomba renang, paling banter 4 kali bolak-balik. Kalau polo air, bisa belasan kali sepanjang 4 quarter setiap pertandingan. Kaki para atlet juga nggak menapak ke lantai, tapi menjejak air di dalam kolam.
Setiap kali serangan balik kudu renang. Entar keserang balik, ya renang balik lagi. Mana dikit-dikit suara peluit terdengar, udah kayak tukang parkir Indomaret yang gaib itu. Waktu masuk enggak ada, pas pulang tiba-tiba udah muncul pakai rompi oranye pula. Untung kang parkir Indomaret nggak sambil berenang kerjanya.
Tapi ada enaknya juga triatlon di Olimpiade Tokyo 2020. Kalau capek bisa makan bekal Indomie goreng pakai nasi yang dimasukkan wadah Tupperware. Yang udah dingin, mienya udah nggak aldente, tapi malah makin nikmat karena micinnya menyatu itu.
BACA JUGA Cara Menentukan Jenis Olahraga yang Cocok untuk Kita dan tulisan Yamadipati Seno lainnya.